Mayra membuka pintu rumahnya dia menuju dapur melihat ibu mertuanya yang sedang membuat teh hijau untuknya sendiri, Mayra menahan tetes air matanya karena selama beberapa bulan terakhir ini ia mengabaikan kondisi ibu mertuanya itu.
Mayra mencium tangan dan pipi Rida dengan penuh penyesalan.
"Mam, maafkan Mayra yang seakan tidak perduli dan mengaggap mami tidak ada, Mayra salah Mayra pikir dengan mengabaikan semuanya Mayra akan lebih baik dan dapat melupakan segala sakit yang Mayra rasa, namun Mayra malah merasa semakin sakit dan terluka." Mayra memeluk dan menangis dengan perasaan yang begitu hancur, dia telah berbuat kesalahan, bahkan ia dengan tega membentak dan berlaku kasar pada Zofran tempo hari.
Awal mula Mayra Berubah.
"Aku sudah bilang, aku tidak mau makan, dan stop memberi perhatian kepada ku, kau tidak pernah bisa membeli kehidupan ku dengan apapun, kau menyetujui bayi ku untuk pergi, maka kau juga akan melihat aku yang menderita dan perlahan menemaninya." ucap Mayra dengan kasar, tanpa perduli seisi rumah mendengar ucapannya.
"Kalian semua senang, melihat ku hancur perlahan? kau Zofran Aryaka, kau yang telah menghancurkan hidup dan kebahagian ku secara sempurna, aku memang istri mu, kau melakukan semuanya sempurna Zofran, tapi tidak aku tidak akan pernah memberikan semuanya 2 kali, aku tidak bodoh Zofran." Semenjak saat itu Mayra menyibukan diri dengan kembali bekerja di Cafe, Zofran mengizinkan Mayra, karena Zofran mengerti Mayra membutuhkan pelampiasan untuk emosinya, mungkin dengan bekerja Mayra perlahan akan melupakan semuanya.
"Darimana?"
"Apa perduli mu?"
"Elmayra, aku suami mu, aku berhak menanyakan semua tentang istri ku."
"Kau, bukankah kau serba tau tentang diri ku? sudahlah aku lelah, sebaiknya kau juga beristirahat."
Mayra melenggang pergi menuju kamarnya.
"Lihat mam? istri ku telah berubah, dia bukan wanita yang ku kenal, dia bukan wanita yang mengandung anak ku."
Zofran bicara pada Rida yang sedari tadi memang berada di ruangan tv.
"Kita perlu bicara." ucap Zofran saat Mayra telah keluar dari kamar mandi.
"Tidak perlu, jika bicara kita akan bertengkar lagi bukan, aku lelah." jawab Mayra yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Aku telah mengizinkan mu untuk kembali ke Cafe, bahkan aku sangat mengerti kau sangat kehilangannya, tapi mengapa kau tidak pernah memberi ku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, kau tidak pernah memberi kesempatan untuk ku menepati semua janji ku, mengapa kau selalu menghindar?"
"Aku hanya sedikit menyadari dan tau diri saja, setelah bayi ku pergi ada kemungkinan kau akan membuang ku dan akan mencari pengganti ku dengan secepatnya bukan?"
"Elmayra itu hanya ketakutan mu semata, ku tegaskan pada mu sekali lagi, kau hanya milik ku, pernikahan ini akan terus berlanjut meski pun tak adanya cinta diantara kau dan aku."
"Mengapa?"
"Karena aku membutuhkan mu dalam hidup ku Mayra, tidak ada yang mampu ku sentuh selain diri mu, Jujur saat aku menemukan mu, kali pertama perjanjian kehamilan mu, hanya kau yang mampu melakukannya dengan ku."
"Tapi kenapa aku? Aku bahkan sekarang gagal sebagai calon ibu Zofran rahim ku sangat lemah, aku hanya menjadikan mu pelampiasan karena semua kesalahan ku!"
"Tuhanlah yang menghendaki semuanya, jika kau seperti ini terus maka perlahan kau hanya akan menyiksa diri mu."
"Aku tak perduli, jangan berikan perhatian serta kehangatan mu pada ku lagi, aku membencinya." ucap Mayra dan menarik selimut tebalnya.
Berakhir.
Mayra masih menangis mengungkapkan kekecewaan atas dirinya sendiri.
"Mayra, mami sudah memaafkan semuanya, mami mengerti dirimu, mami sangat mengenal mu, Mayra kau tau siapa yang paling terpukul dengan sikap mu yang seperti ini?" Mayra diam menatap maminya.
"Zofran lah yang paling menyesal, dia juga berubah beberapa hari lalu, dia pulang malam, wajahnya pucat dia terbebani atas sikap mu Mayra, mami mohon perbaiki hubungan kalian ya..."
Mayra mengiyakan permintaan maminya, dia akan segera memperbaiki hubungannya yang semakin buruk dengan Zofran.