Sore ini cafe semakin ramai karena ini hari Sabtu, Zofran dan Mayra turun kelantai bawah berbarengan.
Terdapat beberapa karyawan cafe yang sedang berbincang di sudut ruangan namun melirik tajam kearah Zofran dan Mayra.
Zofran hanya acuh saat mendengar seorang dari mereka menyebut nama Mayra,menurutnya hal biasa.
"Dasar gak tau malu, pada hal waktu dulu mbak Mayra itu benci banget sama pak Zofran apalagi waktu pulang belanja dia langsung pergi ninggalin pak Zofran, tapi sekarang malah Deket banget ya?"
"Kalian tau gak? kayaknya sih mbak Mayra jadi simpanan nya pak Zofran, tadi pak Zofran kasih Aruna bungkusan isinya susu ibu hamil sama makanan, jangan jangan..."
"Jangan bicara kalau kalian tidak tau menau tentang hidup seseorang." karyawati itu pun sekejap diam dan ketakutan.
"Maaf pak, kami benar benar tidak tau bahwa bapak mendengar." ucap salah satu dari mereka.
"Jadi kalau saya mendengar? kalian akan bicara manis, dan pahit di belakang, dan untungnya saya dengar, kalian tidak tau kan hubungan saya dengan Mayra?" ucap Zofran kesal.
"Perhatian semuanya!" Ucap Zofran lantang, dan sekejap para tamu dan semua karyawan menatap Zofran dengan lekat.
"Hari ini saya akan memberitahukan kepada kalian semua karyawan maupun yang datang pada hari ini. Saya dan Mayra adalah pasangan suami istri, saya tidak suka kalian membicarakan hal yang kalian tidak tau."
Mayra diam dia tidak tau akan berkata apa Zofran menatap lekat Mayra dan mengandeng tangannya.
"Saya mohon doanya, semoga buah hati kami dapat berkembang dan tumbuh dengan baik." Zofran pun melangkah keluar cafe, namun Mayra ? masih saja diam seribu bahasa.
Di dalam mobil pun Mayra masih diam, dia bingung mengapa Zofran menjadi senekat itu, Mayra hanya berfikir, jika Zofran mengumumkan hubungan mereka seharusnya dengan cara yang romantis, bukan mendadak dan berapi api.
"Kenapa hanya diam?" ucap Zofran datar.
"Kau mengumumkan nya tanpa bertanya terlebih dulu pada ku." ucap Mayra yang masih dengan mode senyap.
"Aku tidak ingin mereka menghujat mu dengan kata kata yang menurut ku tidak pantas."
"Tapi kau keterlaluan, kau bahkan tidak bicara terlebih dahulu pada ku!"
"Aku sudah geram dengan mu, aku hanya ingin mereka tidak bicara buruk tentang mu!"
Mayra terisak air matanya menetes padahal nada Zofran saat ini tidak terlalu tinggi.
"Sudahlah, hapus air mata mu." ucap Zofran dengan nada Frozennya.
"Aku hanya malu."
"Apa? malu kau malu telah menikah dan mengandung anak ku?" Sahut Zofran salah paham.
"Bukan itu, aku malu mereka menatap ku tadi, seperti diancam."
Zofran tertawa menatap Mayra.
"para wanita saja iri menatap mu, kau malah malu." Sahut Zofran lagi tapi kali ini hening, Mayra tak lagi menyahut.
Mereka pun sampai di rumah, Rida sedang tidak ada di rumah saat ini, hanya ada Bi Juju dan supir yang akan terus mengantar Mayra.
Mayra masuk ke kamar dan segera menggulung selimut. "Dasar kanebo, kaku... aku mau tadi seharusnya jadi momen romantis, dia berlutut di hadapan ku lalu memberi ku buket bunga." Ungkap Mayra sambil berteriak, dan Mayra tak tau jika di depannya telah ada Zofran yang sedang menatap dan mendengarkan semua kekesalannya.
"Kau mau bunga, dan aku berlutut?"
"Tidak..."
"Jujur akan lebih baik, dari pada kau hanya bisa teriak tidak jelas seperti ini."
"Iya... aku mau bunga, aku mau kau berlutut dan bicara baik baik dengan ku."
Zofran tersenyum sinis.
"Kau bukan kuburan, dan kau bukan ratu, aku tidak akan berlutut, mengucap kata kata manis, atau memberikan mu bunga, dan aku bukan kanebo."
"Lalu apa?"
"Aku bukan orang yang lebay atau anak muda yang romantis seperti harapan mu, aku akan memberi mu kebahagian walau mungkin butuh waktu." Zofran menggenggam jemari Mayra.
"Maaf aku tak bisa seperti yang kau inginkan, aku akan berusaha membahagiakan mu, namun tidak untuk mencintai mu, maaf."
Zofran pun dari hadapan Mayra, Mayra tau tidak akan ada cinta dan adegan romantis dalam hidupnya.