Hari ini Mayra berpenampilan sederhana mungkin, dengan kaos oblong berwarna hitam, celana pendek dibawah lutut berwarna coklat muda, dengan sepatu cats berwarna hitam.
Mayra datang ke cafe untuk mengurus beberapa dokumen yang diminta Zofran pagi ini.
Semua karyawan cafe, menyapanya dengan senyuman, Mayra memang begitu pucat dan terkesan tak bertenaga.
Seharian Mayra mengerjakan dokumen yang di minta Zofran, karena memang dokumen itu tidak sempat ia urus selama dua bulan terakhir karena Mayra yang tidak pernah datang ke cafe, dia sibuk mengurus mertuanya yang sedang sakit sakitan.
Tepat pukul 16.30 Mayra telah menyelesaikan dokumen itu, Mayra bangkit dari duduknya, matanya sedikit berkunang, Mayra meneguk air putih dari botol kemasan.
"Huh, kenapa jadi selemas ini, mungkin karena aku meninggal kan makan siang."
Mayra kembali ke rumah dengan membawa dokumen di tangannya, Mayra hanya diam saat karyawannya menatapi dia yang pucat, Mayra butuh kasur badannya sakit semua dan rasa lemas semakin menjadi.
Ketika sampai di depan rumah Mayra segera berlari menuju kamarnya, dia membungkam mulutnya dengan tangan, membuka kamar mandi dan memuntahkan semuanya, namun hanya air saja yang keluar.
Rida mengetahui Mayra telah kembali, Rida masuk kedalam kamar Mayra menatap Mayra yang sedang susah payah mencoba memuntahkan sesuatu yang mengganjal di dalam perutnya.
"Sayang, kamu kenapa? Hey, masuk angin?"
Mayra tidak menjawab, dia masih fokus pada rasa mual dan lemas pada sekujur tubuhnya. Mayra berkumur dan mencuci wajahnya.
"Mayra hanya butuh istirahat mam, tadi juga Mayra lupa makan siang, mungkin mag Mayra kambuh."
"Baiklah, mami suruh bi Juju buatkan bubur dan siapkan obat buat kamu, istirahat saja ya."
Mayra merebahkan badannya pada kasur nyamannya.
Setibanya jam makan malam Mayra bangun dan turun ke lantai bawah, menuju meja makan, menghirup aroma makanan yang baru matang dan tersaji di atas meja lagi lagi membuat Mayra mual.
"Uek... uek..." Mayra menghirup nafas dalam dalam. Suara Mayra di dengar oleh Zofran yang baru saja memasuki ruang keluarga. "Ada apa dengan dia?" ucap Zofran dalam hatinya.
Zofran menghampiri Mayra yang masih menahan mualnya.
"Elmayra, ada apa? wajah mu pucat sekali, kau muntah?" tanya Zofran yang menangkap Mayra karena tubuhnya hampir limbung.
"Mag ku mungkin kambuh, tadi siang aku lupa makan, aku sudah minum obat, tapi tetap rasa mualnya tidak juga hilang."
"Wajah mu pucat sekali, ayo ku tuntun sampai ke kamar." Ajak Zofran, Zofran menuntun Mayra menuju kamar, namun saat sampai di tangga Mayra menjatuhkan badannya, Mayra pingsan.
Zofran merebahkan Mayra di ranjangnya, menyelimuti Mayra, kemudian menyingkirkan rambut Mayra dari wajahnya.
Rida yang mengetahui keadaan Mayra segera memanggil dokter pribadi mereka.
Setelah satu jam lamanya dokter pun datang dan memeriksa kondisi Mayra yang hanya bisa membuka mata saja saat ini.
"Setelah saya memeriksa keadaan Mayra sepertinya Mayra sedang mengandung, namun kita harus melakukan tes lebih lanjut, saya minta Mayra menampung air seninya kedalam tabung ini, lalu saya akan melakukan tes."
Dalam hati Mayra kaget setengah mati, namun Zofran malah merasakan sebaliknya kebahagian mencuat dalam hatinya, dia senang namun harus menutupinya.
"Semoga kabar gembira ini nyata ya Tuhan." ucap Rida yang luar biasa bahagia.