Sesampainya di rumah mewah milik Devan mereka berdua turun dari mobil.
Perlu kalian ketahui sebelumnya, Arga dan Devan itu masih memiliki hubungan keluarga yang cukup dekat, Mami Devan dengan Papah nya Arga adalah adik kakak.
Tanpa permisi Arga menarik tangan Mayra masuk kedalam rumah besar itu,
"Ga, kamu masuk rumah orang gak pakai permisi dulu, gak sopan." gerutu Mayra.
"Elah, May, ini rumah Tante gue, ya mau pakai salam atau gak suka suka dong."
Mayra hanya mendengus kesal.
Mereka pun sampai di ruang makan rumah Devan, dimana Kiya adik Devan, Maminya Devan dan juga Sinta pacar Devan, ya... lebih dari itu, tepatnya tunangan.
Mayra dengan sopan menyalami maminya Devan, "Malam Tante, Tante sehat?"
"Seperti yang kamu lihat May, mami baik, oh ya kemana saja lama tidak datang ke rumah."
"Mayra sedang banyak pekerjaan, jadi jarang kemana mana."
Mayra pun diminta untuk duduk di sebelah kiri maminya Devan.
"Oh ya, Sinta kamu harus belajar banyak dari Mayra, selain cantik dan pintar dalam pelajaran, Mayra juga sangat ahli dalam memasak, mami sering di buatkan makanan atau kue olehnya." Mendengar pernyataan itu Mayra menjadi tidak enak hati pada Devan dan juga Sinta.
"Oh iya, Ka May, Kiya mau dong mampir ke Cafenya kakak, kata Arga, Kakak buka cafe baru ya?"
"Iya Ky, kalau kamu mau mampir kakak bisa share lokasinya kok, dan kayanya sih Deket sama lokasi SMA mu."
"Ok."
Mereka pun makan dengan perasaan senang dan hangat. Mayra membantu maminya Devano di dapur, untuk mencuci semua peralatan setelah makan malam, dan Sinta pun ikut membantunya.
"Mayra,"
"Emmm, oh kamu Sin?"
"Berapa lama kamu kenal sama keluarga ini, mengingat kita baru pertama kali ketemu, kamu jangan sok hangat seperti ini ya." Ketus Sinta, ini memang pertama kalinya mereka bertemu, karena selama ini Devano hanya bercerita saja.
"Cukup lama, kenapa?"
"Berapa tahun?"
"Sekitar 3 tahun, selama aku kuliah aja." Mayra lanjut membilas semua peralatan makan dan menatanya di rak.
"Selama itu? apakah gak ada perasaan antara kamu dan Dev, karena jujur aja gak ada persahabatan atau pertemanan yang murni, diantara wanita dan pria."
Mayra tau kemana arah pembicaraan Sinta. Mayra tersenyum seraya membantah semua perkataan Sinta.
"Sinta kamu benar, tapi tidak sepenuhnya, percaya sama Devan, karena cuma kamu yang bisa membuat dia siang malam bercerita panjang tentang perempuan." Mayra berjalan tanpa memperdulikan Sinta.
"Tante, Mayra mau pulang dulu ya, karena besok pagi harus bersiap buka Cafe, malam ini juga Mayra harus bersiap."
"Iya, sayang mami boleh minta tolong gak May?"
"Apa Tante?"
"Tante mau besok kamu temani Tante untuk tester makanan menu baru di Hotel."
"Boleh Tan, nanti hubungi aku saja ya."
Mayra pun pergi dari rumah itu dengan ojek online.
"Aku tau, aku yang salah, seharusnya perasaan ini tidak ku teruskan, dan pembicaraan tempo hari dengan Tante Ani, tak usah ku hiraukan, aku bahagia jika Devano bahagia, dengan wanita yang dia pilih, lagi pula tugas ku disini hanya untuk wisuda, setelah itu aku akan pergi dari kota ini."
Mayra menguatkan hatinya. Bagaimana tidak sejak awal Devano yang selalu berbaik hati padanya, begitupun orang tuanya, Tante Ani, maminya Devano menginginkan Mayra sebagai menantunya, sementara Devano telah memiliki pujaan hatinya, bahkan telah menjadi tunangannya.
Mayra selalu diam dan memberi support pada Devano, ketika dia bermasalah dengan tunangannya itu, tanpa perduli perasaan nya, menurutnya jika tidak bisa menjadikan Devano kekasih, menjadi sahabat pun akan lebih baik.
Di jam malam seperti ini cafe masih saja ramai pengunjung, bahkan semuanya sangat sibuk.
Mayra segera mencuci tangan dan memakai apron nya.
Mayra turun ke floor untuk membersikan meja dari piring bahkan gelas serta sampah yang para tamu tinggalkan.
"Mbak May, di tunggu pak Zofran di office."
"Oke, setelah semuanya selesai saya datang."
Mayra telah selesai segera mencuci tangan dan pergi ke office menemui Zofran.