Zofran menatap lurus dengan sikap kaku dan dingin amarah masih berselimut di dalam hatinya.
Mengingat kejadian beberapa tahun lalu, saat Mayra menamparnya di depan banyak orang, bahkan mengusirnya dari tempat miliknya sendiri.
"Nak Zofran? ini sudah malam istirahat lah, biar Mayra saya yang menjaga."
"Tidak perlu, lebih baik anda tinggalkan saya bersama putri anda malam ini, pulanglah, dan saya akan memberikan apa yang sudah saya janjikan sebelumnya, tanpa bantuan anda, maka saya tidak akan pernah mendapatkan wanita itu." Zofran bicara dengan Ayah Mayra, dan itu di dengar oleh Maminya Zofran.
"Keterlaluan kamu Zofran!" Prak...
Zofran terkena tamparan maminya itu, rasa panas menjalar di pipinya, perih itu yang Zofran rasa.
"Selama ini mami kira kamu adalah pria yang patut mami banggakan, mami mencintai kamu, mami sangat senang ketika kamu mengirimkan kabar akan menikah dan kamu tau wanita yang kamu nikahi itu, wanita yang mami kenal, dia sangat bijaksana dan sangat baik, dia selalu menghormati orang lain."
"Mami? mami mengenalnya?"
"Tentu! Mami sangat mengenalnya bahkan saat kamu belum sama sekali mengetahuinya."
"Mami, mami dengar Zofran.
"Tidak perlu, mami akan melindungi dia dari segala kelicikan kamu."
Mami Zofran masuk keruangan dimana Mayra terbaring lemah dengan wajah pucatnya.
Mami Zofran tau itu adalah pelayan cafe tempat dimana dia sangat menyukai Strawberry short cake nya, saat Zofran mengangkatnya menuju mobil tadi.
Mayra membuka mata saat wanita paruh baya itu menggenggam tangannya, dan mengucap kalimat maaf berkali kali.
"Bu Rida? Benar Bu Rida kan?"
"Mayra? maaf ya nak, maafkan anak ku."
"Maaf, untuk apa?"
"Untuk semua kesalahan yang di lakukan anak ku Zofran pada mu."
"Pak Zofran anak ibu?"
"iya, maaf saya tidak bisa berbuat banyak." Bu Rida menumpahkan semua air matanya bersama Mayra.
Pagi pun tiba, dokter yang memeriksa keadaan Mayra menyatakan, bahwa keadaanya mulai stabil, dan besok Mayra sudah bisa pulang.
Rida bahagia sekali mendengar kabar bahagia itu, Rida menyiapkan kamar untuk menyambut Mayra di rumahnya.
Ia berencana untuk membawa menantu satu satunya itu untuk tinggal bersamanya di rumah besarnya, Rida hanya memiliki Zofran, Begitu pula dengan Zofran, bahkan apapun permintaan Rida akan segera di turutinya.
Malam ini Zofran datang ke kamar rawat istrinya, dia menatap Mayra dengan wajah datarnya.
"Jika mau bunuh diri lagi, cobalah minum racun atau gantung diri, karena itu mungkin akan lebih efektif."
"Sepertinya, akan lebih mudah jika membunuh mu terlebih dahulu, ku pastikan kau mati Tuan Zofran Aryaka."
Masih membuang mukanya, Mayra enggan menatap pria tampan dan gagah di hadapannya itu.
Zofran menyentuh wajah Mayra mensejajarkan pandangan dengannya.
"Bisakah menatap ku jika aku sedang berbicara." Zofran semakin mendekatkan wajah mereka, dan Cup..
sekilas Zofran mengecup bibir pucat Mayra, lalu Mayra?
Prak...
"Brengsek!"
Zofran tersenyum, "Aku bisa lebih brengsek dari itu, dan aku yakin kau akan menurut."
Mayra menatap pria itu yang semakin lama menjauh dari dirinya.