Zofran mengikuti Mayra sampai ke lantai atas dimana tempat tertutup bagi mereka, Zofran mengunci pintu, dia menatap Mayra dengan sikap yang cukup dingin dan emosional.
"Bisakah kau bekerja sama dengan ku, bekerja sama dengan baik?" Zofran melangkah tatapan tajam membunuhnya menggerayangi tubuh Mayra, yang kini menatap keluar jendela kaca ruangan itu.
"Bekerja sama untuk apa? Jika bekerja sama untuk menjauh dari mu, maka ceraikan saja aku, dengan senang hati aku akan menjauh dari mu "
Entah mengapa tangan Zofran malah merengkuh pinggang Mayra dari belakang.
"Lepas!" ucap Mayra kasar.
"Kenapa? ini sah saja untuk kita, kau malu jika ada yang melihat mu bersama ku."
Mayra mulai pasrah percuma jika melawan manusia batu seperti ini.
Zofran seperti sedang dikuasai kabut gairah, tentu saja dia memang sejak semalam tergoda oleh kehangatan tubuh Mayra.
Zofran menikahi Mayra karena dia tidak bisa berterus terusan menjajah setiap wanita yang dapat dengan mudahnya memberi kenikmatan padanya.
Zofran tidak bisa sehari saja melewatkan sentuhan sentuhan wanita, namun saat perpisahannya dengan Mayra satu tahun lalu, dia meninggalkan semua wanitanya.
Meski begitu Zofran tidak pernah mau benar benar memuaskan dirinya, hanya sekedar hand job atau blow saja, Zofran tidak pernah mau lebih dari itu, baginya bibit itu hanya untuk rahim yang benar benar baik dan unggul.
Zofran menarik Mayra ke sofa, tentu saja Mayra tidak tinggal diam namun, tenaganya masih kalah besar dengan Zofran. Zofran memangku Mayra dan mulai memaksa untuk mencumbunya, mulai dari bibir sampai ke leher jenjang milik Mayra.
"Pak, saya mohon, jangan lakukan ini pada saya." Lirih Mayra yang kini sudah benar benar dalam kendali Zofran.
Zofran memang pandai membangkitkan gairah wanita, dia faham apa yang Mayra sukai.
"Mengapa? kau istri ku, itu sah secara hukum dan agama."
Zofran terus merangsang tubuh Mayra, sampai dua kancing kemeja Mayra berhamburan di lantai.
"Zofran! Hentikan, aku tidak bisa seperti ini!" Prak...
Mayra mencoba membuat Zofran sadar dengan menamparnya.
Zofran menyeringai dan pergi meninggalkan Mayra di ruangan itu.
Mayra menangis sejadi jadinya, untung saja dia menyimpan jaket di ruangan itu, jika tidak dia tidak akan bisa keluar dari ruangan ini.
Mayra kembali ke rumah Zofran dia menemui Maminya Zofran.
"Mami, sudah kembali?"
"Iya sayang, kamu kenapa? apa yang terjadi? kamu habis menangis?"
Tanya Rida.
"Mami, maaf Mayra harus ke kamar sekarang, aku sedikit kurang enak badan."
"Mami buatkan sup ya?"
Mayra hanya tersenyum menanggapi Rida.
Rida tau apa yang terjadi pada menantunya, bibir Mayra yang sedikit bengkak, dan juga tanda merah yang masih terlihat walau ia mengenakan jaket.
"Keterlaluan anak itu, memaksakan kehendak pada gadis baik seperti Mayra." Ketus Rida mengucap sendiri.
Mayra masuk kedalam kamar mandi dan keluar dengan baju rumah yang cukup santai, baju berwarna hitam dengan celana pendek selutut nya.
Mayra merasa tubuhnya semakin berat dan matanya sembab, dia memutuskan untuk tidur, dan pada akhirnya dia pun terlelap.
Malam pun tiba, Rida masih harap cemas karena sejak kepulangan menantunya, menantunya itu tidak kunjung keluar dari kamarnya, sampai Zofran pun kembali ke rumah.
"Mami, belum tidur?" mengingat jam di tangannya sudah menunjukan jam 12 malam.
"Anak kurang ajar, berlaku kasar pada istri mu dan memaksanya adalah hal yang paling memalukan Zofra."
" maksud Mami, bicara apa Mayra sama mami?"
"Tanda di leher dan air matanya, bukan sebuah hal yang membuat mami senang dengan hubungan kalian, kamu memaksakan kehendak mu pada Mayra Zofran!"
Zofran hanya diam mengingat dia memang telah memaksa Mayra, walau Mayra istrinya sendiri.
Zofran menaiki anak tangga, sampai tiba di dalam kamarnya, dimana ada Mayra istrinya sedang tertidur dibawah selimut tebalnya.
Zofran mandi, dia menyiapkan susu untuk Mayra, dia tau sebentar lagi Mayra pasti bangun karena lapar.
Benar saja seusai mandi, Zofran menatap Mayra yang telah duduk tepi ranjang mereka.
Zofran keluar hanya dengan handuk melilit tubuhnya, dan itu membuat efek jera pada Mayra.
Zofran duduk di tepi ranjang mengambil segelas susu dan seperti kemarin Zofran meminumnya namun disimpan dalam mulut, seketika ia melumat dan menggigit sedikit bibir Mayra agar terbuka dan menyalurkan susu itu pada rongga mulutnya.
"Bisakah tidak usah menjadi pemaksa!"
"Tidak bisa."
Bukannya berhenti Zofran malah semakin liar memilih dan menikmati bibir ranum Mayra, tangannya tak jua berhenti ia, mulai menjelajah bagian bagian sensitif Mayra.
Mayra berontak namun Zofran terus memaksanya, sampai Mayra pun ikut menikmati.
Mereka terbuai akan ciuman ciuman yang diberikan masing masing, Zofran menyentuh perut rata Mayra, dan itu memberi efek tersendiri untuk Mayra.
"Zofran! cukup! aku tidak bisa!"
"Sayang, aku juga tidak bisa menghentikannya.."
"Zofran, aku sedang datang bulan."
Seketika Zofran berhenti dan masuk kembali kedalam kamar mandi.