Pagi ini aku sedang berkutat dengan sejumlah pesanan cake yang terus di order, aku memulai semua pembuatan kue kue ini dari semalam, ya jadi dari sepulangnya belajar di kampus aku segera datang ke cafe dan mulai menyelesaikan kue kue ini.
Pada saatnya cafe di buka ini baru jam 08.00, namun sudah banyak yang memesan kopi panas bahkan hanya untuk sepotong kue atau menu kecil untuk sarapan.
"Mbak Mayra dari semalem ya disini, muka mbak pucat sekali, mendingan istirahat dulu aja deh." Ucap Kevin seorang yang sering mengantikan ku di kitchen.
"Iya, Vin, saya boleh minta tolong?"
"Boleh mbak, apa?"
"Tolong kamu estimasi barang ya untuk satu Minggu ke depan, supaya saya bisa belanja siang ini."
"Baik mbak, nanti jam 10 saya keruangan atas."
"Thanks ya Vin, saya ke atas dulu."
Aku pun kembali keruangan yang menjadi office cafe ini, kepala ku benar benar pening.
Sekitar dua jam aku memejamkan mata,namun lagi lagi aku dibangunkan oleh pria yang kemarin sore ku usir dari cafe.
Tubuh tinggi menjulang itu kini ada di hadapan ku, dengan nafas yang tak karuan aku mulai bicara dengan nya.
"Mau ap kau masuk kedalam ruangan ku."
tanpa menjawab dia duduk dan memutar laptop dihadapan ku.
"Hemmm. Cukup mengagumkan, dalam satu bulan cafe ini lumayan bagus,dari segi cost dan lain sebagainya, namun sayang yang memonitoring nya hanya perempuan galak yang tak tau etika."
"Apa maksud mu dengan tak tau etika? aku hanya mengusir mu karena kau menggangu kenyamanan yang lain, tuan Zofran Aryaka." Aku geram dengan dia yang menatap ku dengan tatapan sadisnya.
Dia hanya tersenyum licik lalu keluar dari ruangan ku.
Kevin mengantarkan estimasi barang yang ku minta.
Aku pun segera pergi dari cafe namun lagi, tangan kekar yang tak aku inginkan datang menarik paksa diri ku untuk masuk kedalam mobil.
"Tuan, apa yang kau lakukan, ini pemaksaan!" Bentak ku saat mobil sudah melaju jauh dari cafe.
"Diam, aku kan menemani mu membeli semua perlengkapan cafe ku."
Aku memutar bola mata seakan kesal dan membenci perlakuannya, dia tampan namun kasar, siapa pun yang menjadi istri dari Zofran Aryaka pastilah beruntung sekaligus menderita.
Setibanya kami di sebuah swalayan, pria itu mengambil troli besar, begitu pula dengan ku, aku segera melarikan diri menuju area bahan kue, memasukan keperluan kering seperti terigu, bahan pengembang kue, gula dan macam lainnya.
Zofran, masih saja berkutat dengan selembar kertas yang ku berikan untuk mencari konsentrat juss dan juga buah kalengan yang biasanya kami gunakan, alasan cafe kami memilih swalayan karena aku memiliki kartu member dan harganya jauh lebih murah dari pasar, namun adapula batang yang kami ambil dari suplayer di pasar.
Satu jam lebih kami memilih dan mengambil barang, dan waktunya untuk membayar.
Kasir menghitung semua belanjaan penuh yang ada di dalam troli.
"Semuanya Rp 4.764300."
Aku mengambil dua buah kartu satu kartu debit dan yang satunya kartu diskon dan poin.
Kami pun tiba di parkiran mobil, aku memasukan sendiri semua kardus berisi belanjaan itu sementara Zofran sudah ada di balik kemudinya.
Tidak ada pembicaraan apapun antara aku dan dirinya saat menuju cafe.
Setelah sampai aku menyuruh Kevin dan beberapa karyawan untuk memindahkan semuanya, setelah itu Arga datang menjemput ku, karena memang Devan dan maminya yang menyuruh.
"Arga, udah datang aja, tunggu sebentar ya, aku ambil barang di atas, ada yang ketinggalan."
"Ok, gue juga masih mau ngabisin minuman dulu kok May."
Aku pun kembali keruangan karena flashdisk ku ketinggalan, dan segera menghampiri Arga tanpa perduli lagi dengan semua yang ada di hadapan ku, masa bodi dengan Zofran yang sinis kepada ku, toh memang dia selalu sinis.
"May, mau tanya bole?" Ucap Arga kepada ku saat ada di mobil.
Aku cuma abai dan mengangguk.
"Siapa sih cowok tadi? ganteng berwibawa banget, bos?"
"Dia yang kasih dana buat cafe Bu Maria."
"Lo kenapa?"
"Apanya?" Tanya ku balik pada Arga.
"Kaya orang kesel gak suka gitu deh, ada masalah?"
"Enggak ada, cuma kesel aja pengen makan orang Ga."
"May, cerita kali, cowok itu?"
"Ya, gue kemarin ngusir dia karena dia kasar sama cewek nya, dan ganggu pengunjung lain, terus sekarang dia sok ngatur cafe tau gak."
"Sabarin aja lah,,,, bukannya Lo itu cewek paling sabar ya, ngadepin gue aja sabar."
"Beda cerita, kita mau ketemuan di mana sih?"
"Rumah Devan... Mami suruh gue jemput lu dulu."
Setelah itu kami diam dan aku hanya menatap jendela mobil.