Setelah matakuliah terakhir selesai, Qing Yu langsung bergegas kembali ke Apartemennya. Biasanya, setelah matakuliah terakhir berakhir, Qing Yu dan kedua temannya akan berbincang dan makan bersama. Namun kali ini berbeda, Qing Yu pria ceria itu sekarang sudah berubah menjadi sangat pendiam dan tertutup dengan dunia luar. Seakan-akan dunia ini hanyalah dia sendiri yang tempati dan tinggal.
Qing Yu juga sudah jarang mengeluarkan senyum indah bagaikan malaikat miliknya. Kejadian tembakan cinta itu, bagaikan sebuah petaka besar dalam kehidupannya sekarang.
Cinta adalah sebuah hal yang sangat indah, dan cita juga adalah sebuah ke bahagiaan yang sama sekali tidak bisa di ucapkan hanya dengan sebuah kata-kata. Namun cinta juga bisa membawa sebuah kesedihan yang bahkan bisa membuat orang menjadi lupa akan dunia dan diri mereka, cinta juga dapat membuat orang-orang akan saling membunuh, dan cinta jugalah yang dapat membuat seseorang bisa mengakhiri hidup mereka.
Begitu pula dengan kejadian cinta yang di alami Qing Yu; Cinta yang dapat membawa orang lain dalam sebuah jurang kematian.
Begitulah resiko di cintai oleh seseorang yang memiliki kuasa dan uang. Semuanya bisa didapatkan dengan sebuah paksaan yang dapat menyakitkan sepihak.
Sangat tragis. Tapi tetap saja masih banyak orang di dunia ini yang akan berlomba-lomba untu mengejar cinta mereka; Yaitu cinta sejati.
Qing Yu menatap tv yang sedang menyala dengan pandangan kosong, pikiranya sama sekali tidak terfokus ke siaran tv yang terputar. Entah apa yang dia pikirkan malaikat itu, sampai-sampai membuat cairan bening jatuh dan menetes dari kedua bola matanya.
Dia menangis dalam diam, bahunya terlihat gemetar, dan sesekali terdengar isak tangis darinya. Dia menangis sendirian tanpa ada seorangpun yang datang untuk menghiburnya dan memeluknya. Qing Yu berpikir, dua tahun itu adalah hal yang mudah untuk dia lewati dalam masa-masa kelam seperti ini. Namun, ternyata dugaannya salah, sehari saja yang ia lewati, seakan waktu berputar begitu sangat lambat. Itu sangat menyiksa baginya.
Masih dalam diamnya, terdengar ketukan pintu dari luar Apartemennya. Qing Yu melihat jam dinding yang tergantung di dinding tepatnya di atas tv. Jam itu sudah menunjukan pukul 11 malam. Qing Yu mengerutkan alisnya dan berpikir, siapa yang datang mengetuk pintu orang lain malam-malam begini(?) Ia cepat-cepat menghapus jejak bening dari matannya, ia menenangkan pikirannya, dan pergi membuka pintu Apartemennya.
Cleekk...
Qing Yu membuka pintu dan menatap dua orang bertubuh tinggi di depannya.
"Maaf apa ada yang bisa saya bant..." Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, hidung serta mulutnya kini sudah di bekap mengunakan sesuatu yang dapat membuatnya jatuh pingsan, dia sempat memberontak, namun kekuatan miliknya tidak akan sebanding dengan milik dua orang bertubuh tinggi dan besar itu.
Entah berapa lama Qing Yu pingsan. Dia tersadar pada saat suhu dingin menerpa tubuhnya yang hanya menggunakan baju kaos tipis. Dia membuka kedua matannya pelan, namun yang dia dapatkan adalah kegelapan. Matanya di tutup sesuatu seperti kain, kedua tangan dan kakinya terikat dengan tali, Qing Yu mencoba melepaskan tali itu, berharap tali itu akan longgar dan terlepas. Namun sayang, tali itu terikat dengan kuat di tangan dan kakinya.
Dia menyerah.
Qing Yu berpikir sepertinya dia di culik dan di bawah ke dalam hutan. Bagaimana tidak, dia bisa mendengar suara air sungai yang mengalir di dekat rerumputan yang saat ini tempat dia berbaring, dan terkadang sesekali dia mendengar suara burung hantu.
"Kau sudah bangun?" Terdengar suara pria yang tidak jauh dari tempat ia berbaring. Qing Yu mengarahkan pandangan ke asala suara, dengan keadaan mata yang masih tertutup oleh kain. Suara itu asing baginya, terdengar sangat tegas dan cukup menindas. Pria itu terdengar seperti tidak suka ber basa basi.
Terdengar beberapa langkah kaki mendekat, Qing Yu waspada. Beberapa orang itu menarik Qing Yu kasar dari tempat berbaringya dan memaksanya untuk duduk.
Kain penutup matanya dibuka.
Qing Yu membuka matanya, hal pertama yang dia lihat adalah seorang pria bertubuh tinggi dan beberapa orang yang berada di belakangnya. Dia tidak bisa melihat siapa orang-orang itu, di sini terlalu gelap dan hanya di terangi oleh ribuan cahaya bintang dan satu api unggun yang jaraknya sekitar sepuluh meter di depannya.
Hening. Tidak seorangpun yang memulai percakapan.
Sekitar tiga menit dalam keadaan diam. Qing Yu lebih dulu berkata, "Maaf kalian siapa?" Tanya Qing Yu pada orang-orang di depannya.
Nuamun bukan jawaban yang dia dapatkan, tapi sebuah kata yang membuatnya tekejut.
"Pukul." Perintah orang yang berdiri tidak jauh di depannya.
Orang-orang yang berada di sampingnya langsung maju dan memukul Qing Yu, menendang, sampai malaikat kita terbaring babak belur kesakitan dengan kedua tangan dan kaki yang masih dalam keadaan terikat.
Qing Yu terkulai lemas di padang rumput yang memiliki suhu cukup dingin ini. Orang-orang yang berda di depannya sama sekali belum berniat pergi setelah memukulinya sampai babak belur.
Bunyi dering telpon terdengar cukup kuat dan keras di dalam kesunyian malam. Itu bunyi dering telpon dari saku celana Qing Yu.
Panggilan itu berhenti dan kemudian berbunyi kembali.
Tidak ada pergerakan dari semua orang di kegelapan malam ini. Dering ponsel itu terus berbunyi hingga panggilan ke tujuh kali.
"Bawa ponsel itu kemari."
Salah satu dari orang-orang itu menggeleda saku milik Qing Yu dan mengambil ponsel yang berada di saku miliknya.
Pria bertubuh besar itu memberikannya pada pria tinggi berbaju putih yang dipikir Qing Yu adalak bosnya.
Pria berbaju putih itu mengangkat panggilan telpon itu dan membuka spiker suara dan maju ke arah Qing Yu yang sedang terbaring lemas di rerumputan yang cukup dingin ini.
''Angel, astaga kau ini...''
Qing Yu membelalakan matanya terkejut. Itu Qing An, itu panggilan dari Qing An.
''Yu, aku sudah katakan padamu untuk jangan lupa menelpon ibu atau ayah, kenapa kamu sama sekali tidak menelpon mereka?"
"Ada beberapa urusan, jadi aku belum menelpon Ayah dan Ibu. Kau dimana?" Ucap Qing Yu dengan penuh susah payah.
"Asrama kampus."
"Oh."
"Oh ia Angel, aku memiliki dua minggu liburan di sini. Aku berencana menemuimu sekaligus jalan-jalan."
"Ja–jangan," Kata Qing Yu sedikit gugup.
Qing An, "..."
"di sini sudah masuk musim dingin. Kamu tidak kuat menahan dingin, aku takut nanti kamu bisa demam." Sambungnya kembali.
Terdengar helahan napas di seberang telpon, "Sial, sangat menjengkelkan. Aku tidak jadi pergi. Ok aku akan menutup telpon, jangan lupa menelpon Ayah atau Ibu, nanti mereka berpikir kalau kamu sudah mati di sana."
Qing Yu terdiam dan sambungan telponpun terputus.
Jujur saja Qing Yu ingin memberitahu kepada adiknya, bahwa ia tidak sedang baik-baik saja di sini. Tapi apalah daya, ia sangat takut jika masalah tembakan cinta ini akan membuat kedua orantuanya beserta adiknya akan ikut terseret juga ke dalamnya.
"Buka ikatannya dan tinggalkan saja dia di sini." Orang-orang yang berdiri di depan Qing Yu mulai berjalan mengikuti belakang pria berbaju putih yang berbicara tadi.
Salah satu dari mereka membuka ikatan Qing Yu, "Apa sebenarnya yang di pandang nona kami sampai harus mengotori tangannya, untuk ber urusan dengan pria sepertimu." Ucap orang itu dengan nada sedikit menghina.
Dan kemudian pergi meninggalkan Qing Yu di kesunyian malam yang dingin ini.
.
.
.
Bersambung ...
Jumat, 3 Januari 2020