Di dalam ruangan Apartemen, Qing Yu terus mengejar sang adik Qing di manapun sang adik melangkah.
"Qing, apa yang kamu lakukan di kampus kemarin dulu?"
"Apa..."
"Aku merasa ada yang aneh."
"Aneh apa?"
"Orang-orang yang membuliku semuanya tiba-tiba saja menjauh dariku."
Qing An berjalan menuju ke ruang tamu dengan membawa empat gelas coklat panas.
"Bukankah itu bagus."
Qing An duduk di kursi dengan santai sambil meminum coklat panas miliknya. Sedangkan sang kakak masih berdiri kaku di samping sang adik.
"Qing..."
"Aku memukul mereka yang mengganggumu." Potong Qing An.
Qing Yu duduk di sofa pasrah sambil menatap sang adik.
"Qing."
Ikhi, "Bukankah itu lebih baik, Yun?"
Rita, "Umm... Benar kata Ikhi. Orang-orang seperti itu, sesekali harus di beri pelajaran agar kedepannya tidak berbuat seenaknya."
(Info : Yun adalah panggilan akrab Qing Yu).
Qing Yu hanya terdiam, wajahnya terlihat sangat khawatir akan suatu hal... Tapi, apa yang membuat malaikat cantik ini merasa khawatir(?)
Hanya Qing Yu lah yang tahu.
Ke esokan harinya, Qing Yu, menyeret koper milik Qing An dan memaksanya kembali ke negara I secepanya. Tindakan yang di berikan Qing Yu terhadap sang adik sangatlah terburu-buru seakan tidak ada lagi hari esok, bahkan tidak ada waktu buat Qing An untuk membuka suara atau melakukan protes.
Setelah mengantar sang adik di bandara dan memastikan kembaranya itu pergi dengan selamat, Qing Yu pun kembali ke Apartemen miliknya. Saat di depan pintu dan menekan sandi pintu, tangan Qing Yu terlihat bergetar.
Tut... Tut... (Pintu terbuka).
Qing Yu masuk ke dalam Apartemen dengan kedua tangan yang meremas kuat masing-masing sisi bajunya.
Qing Yu ketakutan.
Sesampai di ruang tamu, Qing Yu langsung berlutut di depan seseorang yang menggunakan setelan jas mahal.
"Lepaskan teman-temanku, mereka tidak bersalah."
Rita, "Qing!!"
Di dalam Apartemen tersebut, Qing Yu, Rita, dan Ikhi, telah di sandra oleh orang-orang yang memiliki postur tubuh tinggi dan tegap, serta memiliki tubuh yang sangat terlatih.
Semalam Rita dan Ikhi memutuskan untuk bermalam di Apartemen Qing Yu di karenakan waktu menunjukan pukul tengah malam.
Qing Yu, "Aku mohon lepaskan teman-temanku."
Seorang pria yang menggunakan setelan jas mahal hanya duduk angkuh sambil menyilangkan kaki tanpa mengatakan apa-apa.
"Pagi tadi.... Kamu kemana?" Tanya pria tersebut.
Qing Yu tertegun sejenak dan berkata, "Olahraga."
Pria bersetelan mahal itu melirik Qing Yu yang sedang berlutut di sampingya.
"Dengan pakaian itu?"
"Ia." Jawab Qing Yu mantap.
Karena terburu-buru mengantar sang adik ke bandara, Qing Yu bahkan tidak sempat mengganti pakaian tidurnya yang memiliki bahan cukup tipis. Padahal udara di luar sudah mulai memasuki musim dingin.
Rita dan Ikhi menatap Qing Yu yang berjarak 5 meter dari mereka. Tatapan bingung sekaligus khawatr dapat terlihat jelas di wajah keduanya.
Khawatir akan keselamatan Qing Yu dan keselamatan mereka.
Khawatir dengan suasana ruangan yang semakin aneh.
Kakak Revana yang merupakan pria dengan setelan jas mahal memberi perintah pada tangan kanannya beserta yang lain untuk melakukan tugas mereka.
Dan perintah tersebut di patuhi tanpa protes.
Ketiganya pun di seret terpisah.
"Tunggu apa yang kalian lakukan." Teriak Ikhi.
Rita berteriak keras untuk di lepaskan, namun di tampar oleh kaki tangan kakak Revana.
"Apa yang kalian lakukan. Jangan sakiti dia!! Rita!! Rita!!"
Dan hari ini adalah hari terburuk, dan hari yang tidak pernah bisa di lupakan Qing Yu sepanjamg hidupnya.
Hari dimana dirinya di tiduri oleh sembilan pria bertubuh kekar secara bergilir.
.....
Tidak terasa tiga bulan telah berlalu. Semenjak kejadian yang menimpa Qing Yu tiga bulan lalu, sekarang dirinya (Qing Yu) lebih terlihat seperti mayat hidup, tidak berbicara, tidak tersenyum, tidak tertawa, dan hanya duduk menatap kejauhan dengan pandangan kosong.
Dan semenjak kejadian tiga bulan itu pula, Qing An pun menukar posisi dirinya dengan sang kakak Qing Yu.
Selama jam kosong di kampus, Qing An selalu duduk dalam diam.
Helaan napas pasrah terdengar dari mulut Qing An.
"Qing Yu." Panggil ketua tingkat.
Qing An menoleh ke arah ketua tingkat yang sudah duduk di sampingnya.
"Ada apa?"
Ketua tingkat tersenyum ramah dan kemudian mengeluarkan sebuah buku setebal dua senti meter dari tasnya.
"Ini untukmu."
Qing An menatap ketua tingkat tersebut dengan pandangan bingung.
"Ambil."
Qing An mengambil buku tersebut dan membaca judul bukunya, Angel.
"Ketika aku merasa bosan dan stress akan sesuatu, aku akan selalu membaca buku itu. Ceritanya menarik dan tidak begitu membosankan."
"Jadi kamu ingin aku membacanya?"
"Umm." Ucap ketua tingkat sambil menganggukan kepalanya.
Ketua tingkat berdiri dari duduknya, "Sekarang sudah jam 9 malam, kamu belum bergegas untuk pulang?"
Qing An terkekeh, "Mau pulang bersama?"
Ketua tingkat tertunduk malu, "Umm."
Akhir-akhir ini ketua tingkat yang bernama Natalia selalu saja datang pada Qing An. Hal itu merupakan pandangan biasa bagi teman-teman kelas mereka, di karenakan Natalia sangat menyukai Qing Yu, dan itu bukan lagi rahasia umum. Namun yang paling di sayangkan adalah Qing Yu tidak memiliki kepekaan mengenai perasaan Natalia terhadapnya
Tapi berbeda dengan sang adik Qing An. Qing An adalah pria yang memiliki kepekaan tinggi terhadap perasaan para gadis yang di berikan padanya.
Bukankah para gadis hanya perhatian pada pria yang mereka sukai(?)
Sesampai di Apartemen, Qing An membuang tas ransel miliknya di sembarang tempat dan kemudian membuang dirinya secara pasrah di atas kursi sofa secara tengkurap.
"Bagaimana caranya aku bisa menemukan orang-orang itu? Mereka juga tidak pernah lagi muncul semenjak insiden pemerkosaan tiga bulan lalu."
Qing An bangun dan duduk tegak, "Apa karena pembalasan atas tindakan kakak terhadap Revana telah berakhir!?"
Qing meremas kuat switer hitam miliknya.
"Sial, kalian pikir bisa pergi semudah itu!!"
"Revana, gadis itu harus di beri pelajaran yang sama dengan apa yang di alami kakak."
Ke esokan harinya Qing An mencegat Rita dan Ikhi di taman kampus. Kedua orang itu selama tiga bulan ini telah menjauh dan menghindar dari Qing bersaudara, Qing An juga tidak merasa risih akan tindakan keduanya karena Qing An tahu kalau Rita dan Ikhi memiliki alasan yang kuat untuk menghindar dari Qing Yu.
Qing An duduk sambil menyanggah dagu dengan kedua tangannya, wajah Qing An terlihat sangat serius, dan itu membuat Rita dan Ikhi sedikit menegang.
Ikhi, "Qing, apa ada yang ingin kamu tanyakan?"
Rita dan Ikhi menatap Qing An lekat.
Qing An kembali menatap keduanya dengan serius.
Qing An, "Ada."
.
.
.
Bersambung . . .
Selesai pengetikan pada hari–
Kamis, 18 – 09 – 2020
Pukul, 09.34 Wita
________________________
Otakku sangat buntu😭