Selama kurang lebih lima hari berturut-turut, Qing An merasa sangat tertekan dan sulit tidur akibat depresi ringan. Selama lima hari juga Qing An selalu kepikiran dengan kata-kata yang di ucapkan Nattalia saat perjalanan menuju kelas.
Flashback...
"Pria seperti itu tidak akan mendekati orang lain tanpa tujuan."
"Apa maksudmu?"
Nattalia berhenti berjalan, dan balik menatap Qing An yang berdiri selangkah di belakangnya.
"Aku tidak berani mengatakannya secara langsung padamu. Tapi, beberapa hari ke depan kamu akan menemukan jawabannya."
Nattalia menghembuskan napasnya, "Coba cari sesuatu yang hilang di sekitarmu."
Flashback end...
Qing An menyanggah kepalanya yang saat ini sudah terasa sakit.
"Apa maksud gadis itu? Sesuatu yang hilang di sekitarku? Sebaiknya aku bertanya saja pada Afnan dan yang lainnya, mungkin saja salah satu dari mereka tahu apa jawabannya."
Qing An mengambil ponsel miliknya yang terletak di atas nakas dan kemudian menelpon Afnan.
....Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi....
Qing An menelpon berkali-kali dan hasil yang ia dapat tetap sama, begitu juga dengan tiga lainnya.
"Apa-apaan dengan mereka berempat ini."
Qing An menghembuskan napas kemudian membuang ponselnya asal-asalan.
DRUUUUTTT ... (dering ponsel)
Qing An melihat nama yang tertera di layar ponsel dan tanpa pikir panjang langsung mengangkat panggilan telpon.
"Hallo."
[Qing...] Terdengar suara Nattalia yang menangis keras. Suara di seberang telpon terdengar seperti Nattalia sedang berlari.
"Apa yang terjadi!" Kata Qing An panik.
"Tolong aku."
"Kamu di mana sekarang?"
"Aku tidak tahu...(menangis)"
"Nyalakan GPS ponselmu... Sial, aku tidak tahu nomor kantor polisi bahkan tempatnya saja aku tidak tahu." Umpat Qing An sambil mengambil jaket dan kunci mobil milik sang kakak Qing Yu.
Setelah menemukan lokasi keberadaan Nattalia, Qing An langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Butuh waktu sekitar satu jam tiga puluh menit untuk sampai pada lokasi di mana Nattalia berada.
Lokasi GPS Nattalia terdapat di sebuah hutan yang cukup jauh dari keramaian, dan terdapat gedung tua berlantai enam yang sudah terbakar kurang lebih enam tahun lamanya.
Keadaan sekitar hutan sangatlah gelap, dan hanya di terangi sinar bulan. Saat Qing An ingin melangkah maju, notifikasi pesan masuk di ponsel Qing An.
Dan itu adalah pesan dari Nattalia.
Isi pesan mengatakan agar Qing An tidak melangkah ke depan dan tetap berada di tempat.
Qing An mengerutkan kening bingung.
Tapi setelah beberapa saat, terdengar suara perempuan yang memanggil namanya dari arah kegelapan.
"Qing An..." Panggil natalia sambil berlari seperti orang yang sedang kesurupan.
"Apa yang terjadi?"
"Ayo cepat pergi dari tempat ini. CEPAT...!!!" Ucap Nattalia panik.
Tanpa basa basi Qing An langsung menarik Nattalia masuk ke dalam mobil, dan suara tembakan bang terdengar kuat di tengah malam yang sunyi. Sasaran tembakan di arahkan pada Nattalia, namun karena adanya sedikit pergeseran posisi antara Nattalia dan Qing An, tembakan tersebut akhirnya jatuh pada Qing An, tepat pada bahu kirinya.
"Qing." Teriak Nattalia khawatir.
"Masuk ke dala mobil."
Keduanya pun masuk ke dalam mobil dan melaju dengan cepat meninggalkan lokasi bangunan tua.
Di lain sisi, tepatnya pada bangunan tua berlantai enam, berdiri seorang pria jakun dengan setelan jas kantor lengkap, tidak lupa dengan senjata laras panjang yang ia pegang di tangan kanannya, pria tersebut meremas erat senjata di tangannya sambil memandang kepergian mobil yang semakin hari-semakin menjauh dari pandangannya.
"Tuan... Anda menembaknya."
Pria jakun yang di panggil tuan tersebut hanya berdiri diam tanpa mengatakan apa-apa.
Setelah diam beberapa menit, pria jakun tersebut berguman pelan, "Kenapa dia bisa berada di sini?"
Qing An dan Nattalia telah memasuki jalan yang di terangi lampu dan beberapa kendaraan. Luka tembak yang di alami Qing An beberapa saat yang lalu kini sudah terasa sakit, dan darah tidak henti-hentinya mengalir dari area bahu Qing An saat ini. Kondisi ini membuat Nattalia sangat khawatir dan meminta Qing An untuk mengizinkannya menyetir.
Nattalia melajukan mobil menuju ke Rumah Sakit terdekat. Setelah sampai di Rumah Sakit, Qing An langsung di tangani dengan cepat oleh para medis.
Di ruang rawat inap.
Nattalia, "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak memintamu untuk datang..."
Nattalia menatap Qing An dengan mata yang berkaca-kaca, "Aku tidak tahu mau menghubungi siapa lagi. Semua orang tidak ingin membantuku, bahkan kedua orangtuaku lepas tangan terhadap hidupku."
Nattalia menangis, "Maafkan aku. Seharusnya tembakan itu di arahkan padaku."
"Tidak perlu merasa bersalah. Mungkin hari ini aku kurang beruntung."
Qing An, "Tapi... Kenapa kamu bisa sampai di tempat itu?"
Nattalia menghapus air matannya, "Aku...(menangis)... Aku tahu siapa-siapa yang meniduri kakakmu."
"Tunggu dulu. Apa maksudmu?"
Nattalia mengangkat tangannya di depan Qing An, guna untuk menghentikan Qing An berbicara.
"Aku juga tahu, bawa kamu bukan Qing Yu...(menangis)... Aku bisa menebaknya karena kamu sama sekali tidak mengenalku. Mungkin kamu bisa menipu semua orang dengan menjadi Qing Yu. Tapi kamu tidak bisa menipuku. Alasannya... (menangis tersedu-sedu)... Alasannya karena aku... (menangis)... Karena aku adalah pacar Qing Yu. Kami berdua baru saja berpacaran beberapa jam setelah seorang mahasiswi baru bernama Revana mengungkapkan perasaannya di depan keramaian pada Qing Yu.
Awalnya aku merasa sangat bahagia karena Qing Yu dengan tegas den sopan menolak gadis itu. Dan di situ aku ingin berteriak di depan wajah gadis itu, bahwa Qing Yu adalah milikku, dan aku adalah kekasihnya. Tapi saat..."
Pada saat itu. saat Nattalia ingin melangkah ke depan menemui Qing Yu, namun sahabat masa kecilnya yang sering berjalan bersamanya di kampus menariknya dengan cepat menjauh dari keramaian di mana orang-orang sedang berkumpul menyaksikan tontonan yang sangat bagus.
Tapi setelah keesokan harinya, Qing Yu meminta Nattalia untuk sementara tidak menyapanya atau bisa di katakan, keduanya saling menghindar untuk sementara waktu sampai masalah yang terjadi pada Qing Yu selesai. Namun, semakin berjalannya waktu, masalah tersebut semakin hari semakin memanas dan membesar. Bahkan sampai tidak ada lagi titik terang bagi Qing Yu untuk bertahan.
"Aku merasa sangat jahat. Aku tidak dapat membantunya saat dia dalam kesulitan."
Nattalia memandang Qing An, "Sebenarnya masalah ini tidak akan terjadi sampai sebesar ini. Tapi masalah Qing Yu semakin di perparah kan akibat hasutan dari seseorang. Kamu mungkin tahu siapa mereka! Mereka Rita dan Ikhi, kedua orang itu adalah teman dekat Qing Yu."
Nattalia menangis tersedu-sedu, bahkan beberapa kata yang dia ucapkan pada Qing An terdengar tidak jelas, namun masih bisa dapat di pahami dengan baik oleh Qing An.
"Aku tidak tahu apa yang Rita dan Ikhi katakan pada Revana. Tapi aku dengan sangat jelas mendengar ketigannya tertawa bahagia saat Qing Yu mengalami pemerkosaan dua hari yang lalu... Coba kamu berpikir saja pakai logika. Semua orang menghindar dari Qing Yu agar hidup mereka dapat selamat... Dan siapapun yang mendekati Qing Yu akan mengalami nasip yang sama seperti kakakmu. Tapi aku sangat yakin, Ikhi dan Rita pasti sangat tahu dengan jelas kejadian pemerkosaan kakakmu."
Qing An terdiam dengan wajah sedingin es.
Keesokan harinya, Qing An keluar dari Rumah Sakit lebih cepat dari seharusnya. Keduanya kembali ke Apartemen Qing An, dan setelah itu Nattalia berpamitan untuk kembali ke rumahnya.
"Apa kamu yakin ingin kembali ke rumahmu?"
Nattalia menghembuskan napas pasrah, "Apa yang bisa aku lakukan. Aku hanya memiliki satu tempat untuk kembali, kalau bukan rumah di mana lagi?"
"Baiklah. Jaga dirimu baik-baik, semoga kejadian malam itu tidak terulang untuk yang kedua kalinya."
"Umm... Semoga saja."
Qing An mengantar Nattalia sampai ia naik ke dalam taksi, dan kemudian Qing An kembali ke Apartemennya. Di depan pintu Apartemennya sudah berdiri Alois dengan dua kantong belanjaan. Keduanya masuk ke dalam Apartemen dalam diam.
Alois, "Kamu sudah makan siang?"
"Belum. Rencananya aku akan memasak, tapi karena melihatmu datang, jadi aku memutuskan untuk bersantai siang ini."
Alois tersenyum mendengar ucapan Qing An, "Baiklah, maka aku akan ke dapur."
"Aku akan membantumu."
Alois menaruh semua belanjaannya di atas meja dapur, dan memilih-milih masakan yang akan ia masak siang ini.
"Bukannya kamu ingin bersantai siang ini?"
"Tidak jadi."
Alois mencuci bawang bombay, cabe hijau, dan lain-lain, kemudian bahan-bahan tersebut di potong-potong.
Qing An, "Jadi apa yang bisa aku bantu?"
Alois menatap Qing An di sampingnya yang berdiri dengan wajah berharap.
"Kamu duduk saja dan menungguku selesai memasak."
"Tapi aku ingin membantumu." Ucap Qing An tegas.
"Baiklah, nyalakan kompor, dan tumis semua bumbu ini."
"Ok."
Qing An mulai bekerja sesuai apa yang di instruksikan oleh Alois.
Melihat Qing An bekerja, entah kenapa membuat Alois merasa sedikit gugup.
Alois melanjutkan kembali aktifitasnya, namun sesekali Alois akan memandang Qing An dengan ekspresi yang tidak dapat di artikan.
Alois, "Apa di kampus kamu memiliki seorang teman yang dekat denganmu?"
Qing An menumis semua bahan-bahan yang di potong Alois, dan kemudian mengambil sayur yang telah di potong-potong kecil oleh Alois.
Alois, "Masukan daging terlebih dahulu, dan setelah dagingya lunak, baru kamu boleh masukan sayurnya."
"Aku tidak tahu, apa aku ini memiliki seorang teman atau tidak."
Qing An, "Apa aku sudah bisa memasukan sayur?"
Alois, "Tunggu beberapa saat... Aku akan membuat sup jahe. Sup jahe sangat enak di makan pada cuaca dingin seperti ini."
"Maka aku akan memasak nasi." Saat Qing An ingin melangkah ke tempat beras, tangannya langsung di tarik Alois, dan itu tepat pada lengan kirinya yang terkena tembakan di bahu.
Alois, "Biar aku yang melakukannya."
Saat di tarik, Qing An merasa bahunya seperti akan terbelah menjadi dua.
Qing An memegang bahunya dengan wajah kesakitan, "Jangan menarikku tiba-tiba seperti ini."
"Apa lenganmu terluka?" Ucap Alois tanpa ekspresi.
"Umm..."
"Bahumu berdarah."
Mendengar ucapan Alois, Qing An langsung dengan cepat mengangkat tangannya yang saat ini ia taruh di atas bahu, dan benar saja, darah sudah memenuhi lengan bajunya.
Alois mematikan konpor gas dan menarik Qing An menuju ke ruang tamu.
Alois "Di mana kotak P3K milikmu."
"Lemari TV."
Alois mengambil kotak P3K dengan cepat, dan duduk di samping Qing An.
"Apa kamu bisa membuka pakaianmu?"
Qing An mengangguk, dan membuka satu persatu kancing pakaiannya, dan kemudian duduk membelakangi Alois.
Alois membuka perban yang dibalut di bahu Qing An dengan wajah datar, sedatar tembok bangunan.😅 Alois mengambil kassa dan membersihkan darah-darah yang telah berserahkan di bahu Qing An.
"Bagaimana bisa kamu mendapatkan luka ini?"
Qing An meremas kuat pakaian yang ia pegang di tangannya. Ekspresi wajahnya terlihat sangat membunuh.
"Seseorang telah menembakku dengan sengaja."
Alois menghentikan gerakkan tangannya beberapa detik, dan kemudian melanjutkannya kembali.
"Kenapa orang itu menembakmu? Apa kamu berselisih dengan seseorang?"
"Entahlah, mungkin aku tidak sengaja telah menyinggung hati seseorang, kemudian orang itu marah, dan menembakku." Qing An balik menghadap Alois, "Bagaimana menurutmu? Kesalahan besar apa yang aku lakukan sampai orang itu menembakku?"
"Aku tidak tahu."
"Apa kamu ingin mendengarkan kisahku?" Tanpa mendengar persetujuan Alois, Qing An langsung berbicara.
"Enam bulan yang lalu, ada seorang gadis yang sangat cantik mengungkapkan perasaannya padaku. Gadis itu mengungkapkannya dengan berani di depan keramaian. Tapi aku menolaknya dengan sopan."
Alois, "Kenapa kamu menolaknya?"
Alois memasang kembali perban baru di bahu Qing An dengan sangat hati-hati.
"Karena aku memiliki seorang kekasih."
Alois menghentikan gerakkannya dan menatap Qing An yang duduk membelakanginya saat ini.
"Menurutmu, apa aku salah menolak gadis itu?"
"Tidak."
Qing An terkekeh pelan, "Lalu kenapa mereka menembakku?"
"Mereka tidak ingin menembakmu." Ucap Alois cepat.
Qing An kembali menatap Alois, "Bagaimana bisa kamu tahu bahwa mereka tidak ingin menembakku?"
"Aku hanya sedikit menebak."
Qing An mengungkapkan ekspresi kemarahannya pada Alois, dan tanpa pikir panjang langsung memukul wajah Alois dengan kuat, sampai membuat Alois terhempas ke lantai.
Qing An berdiri dari kursi, "Kamu pikir aku anak tikus yang takut pada kucing."
Alois berdiri dan menatap Qing An datar.
"Alois Albrech."
Qing An mendecih, "Untuk orang luar biasa sepertimu, pasti sangat mudah mengetahui latar belakang keluargaku. Dan bahkan, kamu pasti sangat tahu aku ini siapa, Qing Yu atau Qing An... Tapi hanya satu yang ingin aku katakan padamu... Aku sangat membencimu. Berciuman denganmu membuatku rasanya ingin muntah."
Alois mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
Dan entah apa yang terjadi, Qing An tiba-tiba saja jatuh pingsan.
Seseorang berpakaian hitam masuk dengan senjata di tangannya. Dan senjata itu ia gunakan untuk membius Qing An dari jarak jauh.
"Maaf jika bawahan ini terlambat."
.
.
.
Bersambung . . .
Mulai di ketik pada hari–
Selasa, 08 – 12 – 2020 Pukul 20.06 Wita
Selesai pengetikan pada hari–
Kamis, 10 – 12 – 2020, Pukul 21.19 Wita
--------------------------------------------------------
Sekedar info, bagi yang belum tahu aja:
SMS menggunakan emoji tidak mengurangi pulsa (kemungkinan untuk orang kere/orang yang nggak punya pulsa)
Contoh :
1. Halo apa kabar?♥
2. Kamu di mana?♥
3. Dll