Tok... Tok... (ketukan pintu)
"Masuk." Jawab Alois yang kini tengah sibuk membuka lembaran-lembaran kertas yang masih terlihat menumpuk di atas meja kerjanya di lantai tiga rumah.
Masuk seorang pria berpakaian serba hitam dengan berkas di tangannya dan langsung membungkuk hormat di depannya.
"Kami sudah menemukan latar belakang keluarga pria yang di sukai adik Tuan."
"Baca." Tanpa adanya basa basi.
Pria berpakaian hitam itu mulai membuka map file yang ada di tangannya dan mulai membaca, "Pria itu bernama Qing Yu, kuliah di Universitas X dengan biasiswa, dan saat ini tinggal di Apartemen Selisya. Kedua orang tuanya tinggal di bagian provinsi Sulawesi Tenggara, tepatnya di Buton selatan kota Dahayu, dia memiliki seorang Ayah yang bekerja di perusahaan cabang milik Tuan muda di kota Dahayu, dan seorang ibu yang membuka dua bisnis pakaian dan toko kue tidak jauh dari rumah tempat mereka tinggal. Dia juga memiliki seorang adik laki-laki"
"Aku memiliki beberapa foto keluarganya,"
"Berikan padaku."
Pria berpakaian hitam itu menyerahkan amplop yang berisi foto di dalamnya.
"Kami sudah mencari beberapa informasi selama seminggu di Negara T. Tapi kami sama sekali tidak menemukan foto adiknya. Bahkan dalam foto keluarga sekalipun."
Alois melihat-lihat foto-foto yang diberikan orang kepercayaannya itu, ia melihat kembali map file yang diberikan bersama foto tadi. Alois melihat nama-nama yang berada di dalam kartu keluarga Qing Yu.
Ada nama yang tetera di bawah Qing Yu yaitu Qing An.
Alois membacanya dengan sangat teliti. Memiliki tanggal lahir yang sama dan juga tahun lahir yang sama.
Alois sedikit mengernyit, nama itu seperti tidak asing di pandangannya, dia merasa seperti pernah melihat nama ini sebelumnya.
Benar, nama ini tertera di layar Ponsel Qing Yu, beberapa hari yang lalu saat berada di hutan.
"Mereka saudara kembar." Guman Alois pelan
…..
"Pak, ke–kenapa biasiswaku .. biasiswaku di cabut?" Qing Yu merasa sangat panik dan terkejut dengan penyampaian yang diberikan padanya saat ini oleh Dekan.
Helaan napas terdengar dari Dekan, "Masalah yang terjadi karena ulahmu akhir-akhir ini sangat mengganggu reputasi dan ketenangan kampus ini."
Qing Yu berjalan linglung, pikirannya sangat kosong. Suara Dekan yang mengatakan bahwa biasiswanya di cabut, kini melayang-layang di pikirannya. Suara itu terdengar berulang ulang dan berulang ulang, bagaikan kaset rusak.
Qing Yu berjalan menuju pohon besar yang biasa dia pergi, jika dia ingin sendiri. Disana, pohon besar dan rimbun itu telah menyaksikan betapa sedih dan hancur berkeping-keping hati Qing Yu saat ini.
Malaikat kita yang sangat rapuh itu kini tengah menangis sejadi-jadinya di siang hari bolong tanpa ada yang menemaninya. Dia sekarang merasa sangat kesepian, masalah yang datang bertubi-tubi pada dirinya, membuat dia merasa sangat hancur dan tidak berdaya.
Rasa diam Qing Yu kini telah diketahui oleh kedua temannya Ikhi dan Rita.
Di Apartemen Qing Yu, Rita dan Ikhi tengah menatap sahabatnya itu dalam diam. Ingin mengatakan sesuatu untuk menghiburnya, tapi saat ini kata-kata penghiburpun tidak akan mempan mengenai masalah yang di alami sahabat mereka itu.
Qing Yu duduk di sofa dengan kedua kaki yang di tekuk sampai ke dada, air matannya sedari tadi menetes keluar dari kedua bola mata cantiknya, hidungnya kini sudah memerah, dan kedua bola matanya sudah membengkak dikarenakan terlalu banyak menangis.
Rita berdiri dari duduknya dan menghampiri Qing Yu yang duduk di kursi sebelahnya.
"Kemari aku akan memelukmu." Kata Rita sambil membawa Qing Yu kedalam pelukannya. Sedangkan Qing Yu yang telah di tarik dan dipeluk, hanya mengikuti arus dalam diam.
Tangisan Qing Yu seketika pecah, dia menangis di dekapan seorang wanita tanpa adanya rasa malu sebagai seorang pria.
Apa salahnya jika seorang pria menangis, apa ada undang-undang atau larangan-larangan tertentu yang mengatakan jika seorang pria menangis itu sesuatu yang tidak boleh, atau sesuatu yang tidak wajar dan memalukan(!) Sama sekali tidak masuk akal.
Pelukan Rita pada Qing Yu sangatlah erat.
Rita menepuk-nepuk kepala Qing Yu penuh dengan rasa kasih sayang. Jika kalian berpikir kalau Ikhi melihat itu akan cemburu(?) Tentu saja tidak. Ikhi adalah seorang pria yang sangat pengertian, dia sangat tahu dan memahami betul bahwa cinta Ita hanyalah untuknya.
Dan begitulah Rita, jika melihat sahabatnya bahkan Ikhi sekalipun, dalam keadaan sedih dan membutuhkan sandaran bahu atau hanya sekedar penghiburan. Maka Ita adalah orang pertama yang akan menghibur Qing Yu atau Ikhi agar tetap tenang. Ibaratnya adalah seorang ibu yang menjaga kedua putranya dengan penuh kasih sayang.
"Ikhi, sayang ambil Es batu di dalam kulkas dan kain panggal kecil bersih yang ada di rak atas dapur. Cepat sayang." Kata Rita sambil menepuk-nepuk punggung Qing Yu yang kini sudah mulai tenang.
Tanpa basa-basi, Ikhi langsung berjalan menuju ke dapur untuk mengambil apa yang telah di minta kekasihnya dan memberikannya kepada Ita.
"Qing Yu, aku akan mengompresi matamu dengan ini. Jangan membantah, harus mau, ok!" Ucap Rita sambil memasukan potongan Es batu ke dalam kain panggal berwarna hijau yang dibawah Ikhi tadi.
Dan Qing Yu menurutinya.
Rita mengarahkan kain yang berisi Es batu itu di mata Qing Yu dan mengompresinya perlahan-lahan, guna menurunkan bengkak pada mata Qing Yu. Qing Yu mengambil alih kain itu dan mengompresi matannya sendiri.
Beberapa saat kemudian, Ikhi mengatakan sesuatu yang cukup membuat Rita dan Qing Yu terkejut,
"Aku sudah mengatakan pada Qing tentang semua kejadian yang menimpamu saat ini,"
(sekedar info; Adik Qing Yu yaitu Qing An di panggil sebagai Qing)
"jangan menyembunyikan tentang masalah ini dari keluargamu. Sangat tidak baik."
"Ta-tapi, kenapa harus Qing yang lebih dulu kamu beritahu!" Raut wajah Qing Yu sedikit terlihat panik.
Ikhi menatap Rita bingung, dan kembali menatap Qing Yu, "Apa itu salah?"
Qing Yu cemas, jiks Qing An sudah mengetahui masalah yang di alaminya di sini, maka Qing Yu tidak bisa menjamin keselamatan dari gadis yang bernama Revana itu.
Qing Yu berharap, semoga saja Qing An tidak mengambil penerbangan langsung datang ke Negara P untuk menemuinya dan memarahinya karena terlalu lemah dan rapuh.
Tapi Qing Yu tiba-tiba saja menghembuskan napas legah, dikarenakan Negara P saat ini telah memasuki musim dingin.
Adik pemarah dan sangat di sayanginya itu memiliki tubuh yang lemah dan rentang terhadap cuaca dingin. Sekuat apapun dan sehebat apapun dia (Qing An) pasti memiliki sesuatu yang merupakan sebuah kelemahan.
Diusia 5 tahun, Qing An dan Qing Yu pernah pulang dari sekolah basah kuyup akibat terguyur hujan deras beserta angin kencang pada saat mereka masih ditengah perjalanan pulang kerumah bersama Ayah mereka dengan menggunakan motor. Saat sampai di rumah mereka dan turun dari motor, Ayah kedua anak itu terkejut, ketika melihat salah satu anaknya Qing An sudah memucat seperti kertas dan menggigil kedinginan. Sedangkan sang adik Qing Yu, terlihat sangat gembira karena terguyur hujan.
Bukan saja itu, pada saat usia 12 tahun, Qing An mengalami hal yang sama lagi dan membuatnya harus berbaring di rumah sakit selama kurang lebih 4 hari, dikarenakan kedinginan/hipotermia. Dan lagi-lagi di usianya yang sudah menginjak 17 tahun, Qing An mengalami hal yang sama lagi, dikarenakan mengikuti tren yang lagi firal di dunia maya 'Ice pain challenge'.
Semenjak kejadian ice pain challenge yang dia lakukan di usia 17 tahun, semenjak itulah Qing An menyadari bahwa tubuh miliknya sangat lemah terhadap suhu dingin.
Dan pada saat itu juga, Qing An mulai menghindari sesuatu yang ber suhu dingin.
.
.
.
Bersambung ...