Hello semuanya.
Happy reading!
__________
8 tahun yang lalu.
Sarah menatap Axton dengan tatapan sedih. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada Axton hingga laki-laki itu menghindari dirinya beberapa hari ini. Sarah juga tidak tahu kesalahan apa yang telah dia perbuat hingga Axton tidak mau berbicara dengannya lagi. Aiden juga tidak bisa membantu apapun karena dia tidak mau mencampuri urusan pribadi sahabatnya. Sarah sudah bertanya pada Axton apa dia telah melakukan sebuah kesalahan pada Axton dan laki-laki itu selalu menjawab tidak ada.
Walaupun tidak ada kesalahan yang menyebabkan hubungan mereka renggang dan Axton berkali-kali menjawab kalau mereka tidak memiliki masalah apapun. Tapi kenapa Axton tetap menjauhinya dengan alasan yang tidak jelas. Mereka selalu bertemu di dalam kelas namun tidak pernah bertemu ataupun berbicara diluar kelas padahal saat terakhir kali mereka bertemu, hubungan mereka semakin membaik dan terasa akrab. Tapi kenapa sekarang kembali ke titik awal lagi?
"Axton!"
Sarah mengejar Axton saat mereka sudah berada di parkiran sekolah. Dia menarik tangan Axton agar laki-laki itu berhenti melangkahkan kakinya. Axton membiarkan Sarah melakukan apapun yang perempuan itu ingin lakukan karena tempat mereka adalah titik buta dari CCTV maupun penglihatan orang lain jadi Axton membiarkan Sarah mendekatinya. Kali ini dia akan membuat semuanya lebih jelas untuk dirinya dan Sarah.
Dia sudah lelah terus menghindar dan lari seperti seorang pengecut. Kali ini dia akan membuat semuanya lebih jelas agar tidak ada kesalahpahaman lagi di antara mereka berdua. Dia harus mengakhiri semua ini agar dia berhenti melangkah ke depan. Tidak ada harapan yang bisa diharapkan di dalam hubungan ini karena dari awal harapan itu memang tidak pernah ada di antara mereka. Apa yang bisa Sarah harapkan dari laki-laki seperti dirinya?
"Kenapa kau menghindar dariku? Kau bilang padaku kalau aku tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa kau terus menjauh dariku?" Tanya Sarah sambil menggenggam lengan Axton dengan sangat erat.
Axton memegang tangan Sarah lalu melepaskan genggaman tangan Sarah dari lengannya. Laki-laki itu berbalik sambil menggenggam tangan Sarah. Tangan milik Sarah terasa sangat kecil di dalam genggamannya. Bukan hanya itu saja, tangan Sarah terasa sangat halus dan hangat. Rasanya sangat pas sekali saat dia menggenggam tangan mungil itu dengan tangannya yang besar. Ini pertama kalinya dia memegang tangan seorang gadis dan mungkin akan menjadi terakhir kalinya juga.
"Axton." Panggil Sarah dengan lembut.
"Aku tidak akan pernah bisa memberimu kepastian, Sarah. Jadi jangan pernah mengharapkan apapun dariku." Ucap Axton dengan suaranya yang berat dan dalam.
Sarah menatap wajah Axton dengan tatapan sedih. Dia tidak peduli jika Axton tidak bisa memberinya kepastian karena yang dia inginkan hanyalah bersama Axton. Dia ingin menghabiskan waktunya bersama Axton. Melakukan banyak hal bersama Axton. Hal yang selama ini hanya Sarah lihat di dalam film, dia ingin melakukan semua itu bersama Axton. Dia hanya ingin Axton berada di sisinya. Bersama pria itu membuat Sarah merasa nyaman. Hanya saat bersama Axton dia bisa menjadi dirinya sendiri. Oleh karena itu dia berharap agar Axton mengerti perasaannya.
"Aku tidak pernah meminta kepastian darimu dan aku juga tidak pernah mengharapkan apapun darimu. Aku hanya ingin bersamamu. Itu saja." Ucap Sarah dengan serius.
"Sarah, aku tidak bisa terus bersamamu." Ucap Axton dengan wajah tanpa ekspresi.
"Kalau begitu tidak perlu selalu bersama, aku hanya ingin dekat denganmu. Itu tidak masalah kan?" Ucap Sarah dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca.
Axton melepas genggaman tangannya pada tangan Sarah. Dari awal dia sudah mengatakan kalau dia sangat takut untuk berharap. Baginya harapan itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah terwujud. Mungkin bagi sebagian orang, harapan dan mimpi adalah sesuatu yang patut untuk diperjuangkan tapi baginya harapan dan mimpi yang dia miliki hanya akan menjadi angan belaka.
Itulah sebabnya dia selalu menjaga jarak dengan orang lain terutama pada perempuan. Alasannya karena dia tidak ingin berharap dan membuat orang lain berharap lebih padanya. Dia tidak bisa menjalani sebuah hubungan yang lebih dari sebuah hubungan pertemanan. Dia tidak bisa menjamin kalau dia bisa menjaga hubungan itu tetap awet. Dia juga tidak bisa menjamin kalau dia bisa membuat pasangannya bisa bahagia bersamanya karena dia tidak memiliki pengalaman apapun dalam hal percintaan.
Selain itu perjanjiannya dengan ayahnya menjadi penghalang terbesar untuknya menjalin sebuah hubungan dengan seseorang. Axton sama sekali tidak pernah menyangka kalau Sarah akan muncul di dalam hidupnya. Dulu, dia hanya membayangkan kalau hidupnya hanya akan berjalan seperti rencananya dan dia tidak pernah memikirkan kalau ada seorang perempuan yang bisa menarik perhatiannya di masa depan. Benar-benar tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dia akan merasa bimbang dan gelisah karena seorang perempuan.
Maka dari itu dia tidak bisa membuat Sarah berada dekat dengannya. Bukankah harapan akan muncul saat kita merasa suka dengan sesuatu? Begitu juga dengan sebuah hubungan. Harapan memang tidak muncul di awal tapi harapan itu akan muncul saat seseorang merasakan sesuatu yang membuat dia merasa suka dan nyaman. Jika saat itu tiba, dia akan mulai berharap kalau orang yang dia sukai juga merasakan hal yang sama lalu harapannya menjadi semakin besar dengan mengharapkan kehadiran orang itu di dalam kehidupannya.
Apa kalian tahu apa yang akan terjadi saat harapannya tidak terpenuhi? Ya benar, tentu saja kecewa. Hal pertama yang mungkin dia pikirkan adalah orang itu sangat jahat sekali. Terlalu egois dan tidak memikirkan perasaan orang lain. Kenapa orang itu tega menyakiti hatinya? Padahal dia telah menyukai orang itu dengan sangat tulus. Namun apa dia tahu apa yang sedang terjadi di dalam hidup orang itu? Apa dia tahu sebanyak apa masalah yang sedang orang itu pikul di punggungnya? Tentu saja dia akan menjawab tidak tahu karena yang sebenarnya egois adalah dia. Memaksa orang lain untuk mengerti perasaannya.
"Sarah."
Sarah menatap Axton dengan tatapan gelisah. Dia tidak pernah melihat Axton berbicara dengan nada suara dan ekspresi yang seperti ini padanya. Biasanya laki-laki itu hanya akan menunjukkan wajah tanpa ekspresi di wajahnya dan berbicara dengan intonasi suara yang terdengar dingin. Tapi kenapa kali ini dia menunjukkan sebuah perasaan kesedihan di wajahnya? Kenapa Axton membuatnya jadi mengharapkan sesuatu yang lebih dari pria itu?
"Tolong, benci padaku. Agar kau bisa melupakanku." Ucap Axton setelah terdiam beberapa saat.
Lupakan semua perasaan yang kau rasakan agar aku tidak merasa terbebani. Hilangkan semua kenangan yang pernah kita lalui bersama. Tolong, hapus aku dari ingatanmu agar aku tidak menyakitimu lebih dalam lagi. Jangan buang air matamu demi pria sepertiku. Aku tidak pantas mendapatkan ketulusanmu. Aku terlalu gelap untuk kau genggam jadi aku mohon padamu. Bencilah aku sebanyak yang kau bisa. Batin Axton sambil menatap Sarah.
Axton berbalik dalam diam. Dadanya terasa sesak dan sakit namun dia mencoba untuk tetap berjalan dengan tegap. Meski dia merasa bersalah karena telah membuat Sarah menangis namun disisi lain dia merasa bersyukur karena bisa mencegah Sarah jatuh lebih dalam ke dalam ketidakpastian yang dia buat. Air mata Sarah berjatuhan namun dia tidak mengeluarkan suara apapun. Dia terluka namun dia tidak mau membuat Axton merasa bersalah karena dia menangis.
Cerita mereka berakhir dengan sangat menyedihkan. Bahkan mereka belum memulai apapun namun kini mereka sudah mengucapkan kata-kata perpisahan yang sangat menyakitkan. Bagaimana bisa dia membenci seseorang yang telah membawa begitu banyak dampak di dalam hidupnya? Coba katakan bagaimana dia bisa membenci seorang pria yang telah membawanya ke sebuah perasaan indah yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Siapapun itu tolong berikan alasan untuknya agar dia bisa membenci Axton.
"Kenapa aku harus membencimu?" Tanya Sarah sambil mengusap air matanya.
Axton berhenti melangkah namun laki-laki itu hanya diam di tempatnya. Dia tidak berbalik juga tidak mencoba untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Sarah. Diamnya itu telah menjelaskan ribuan alasan kenapa mereka tidak bisa menjalin sebuah hubungan dan sialnya Sarah dapat merasakan perasaan yang Axton sampaikan melalui sikap diamnya. Sarah melangkah beberapa langkah ke depan sambil menatap punggung bidang milik Axton.
"Katakan padaku. Kenapa aku harus membencimu?"
Axton hanya diam. Dia memilih untuk kembali melangkahkan kedua kakinya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak berbalik dan melakukan hal bodoh yang mungkin akan membuatnya menyesal nanti. Dia mengabaikan semua perasaan bimbang dan gundah yang sedang dia rasakan. Dia tidak boleh bersikap egois demi masa depan Sarah. Perempuan itu pantas mendapatkan yang terbaik dan yang terbaik itu tentu saja bukan dirinya.
"Aku tidak akan pernah membencimu!" Teriak Sarah sambil menatap punggung Axton yang mulai menjauh.
"Aku akan terus mendekatimu meski kau terus mendorongku!" Teriak Sarah lagi.
"Ingat itu!"
Bodoh. Perempuan itu sangat bodoh. Dari awal dia sudah mengatakan kalau Sarah adalah perempuan paling bodoh dan ceroboh yang pernah dia temui dan kini ucapannya menjadi kenyataan. Terpesona dan jatuh cinta padanya adalah hal terbodoh yang pernah perempuan itu lakukan dan Axton berharap perasaan Sarah tidak akan bertahan lama. Dia berharap suatu saat nanti ada seorang pria yang bisa menghapus perasaan Sarah untuknya.
Dia memang pria jahat yang tidak punya perasaan. Hatinya beku dan sangat dingin hingga dia sama sekali tidak bisa merasakan sehangat apa cinta itu. Bahkan dia tidak pernah membayangkan akan seperti apa hidupnya jika cinta itu ada di dalam dirinya. Dia memang pria yang aneh. Semua orang mengatakan hal yang sama tentang hal itu dan bahkan dia juga mengakui kalau dia memang pria yang aneh. Dia tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi sempurna.
"Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi!" Teriak Sarah sebelum Axton masuk ke dalam mobilnya.
Axton menghidupkan mesin mobilnya lalu pergi dari parkiran sekolah itu tanpa melihat Sarah yang masih berdiri di tempatnya sambil menangis. Dia harus menjadi pria yang jahat agar perempuan itu membencinya. Walaupun sebenarnya dia merasa tidak tega saat melihat Sarah menangis namun dia akan terus bersikap seperti ini sampai Sarah menyerah padanya.
Axton meremas stir mobilnya dengan sangat kuat. Perasaan ini membuatnya menjadi lemah dan dia benci akan hal itu. Biasanya dia tidak akan terpengaruh dengan tangisan seorang perempuan tapi kali ini dia merasa sangat bersalah dan gelisah. Dadanya juga terasa sakit dan dia sama sekali tidak bisa fokus menyetir. Axton membanting stir mobilnya ke arah kanan untuk menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Pikirannya benar-benar kacau dan dia sama sekali tidak bisa berpikir jernih sekarang.
Axton menghembuskan napasnya dengan kasar sambil menatap langit cerah yang menyelimuti kota sore ini. Dia ingin mengucapkan selamat tinggal dengan benar namun mulutnya sama sekali tidak bisa terbuka tadi. Jadi dia hanya bisa mengatakannya di dalam hati. Sarah, terima kasih. Aku senang sekali bisa bertemu denganmu di musim gugur ini meski kita juga harus berpisah di musim gugur yang sama.
___________
To be continuous.