Hello semuanya
Happy reading!
__________
Kanada.
Sarah menatap seorang anak laki-laki yang baru saja keluar dari sebuah sekolah internasional yang berada di kota Toronto ini. Mungkin bukan sebuah sekolah tapi lebih tepatnya sejenis sebuah kindergarten yang khusus untuk anak-anak usia 1-6 tahun dan anak laki-laki itu sekarang berada pada tingkat nursery atau dengan kata lain tingkatan untuk anak berumur 2-3 tahun. Kalian bisa menebak anak laki-laki itu berumur berapa sekarang.
Senyuman lebar terulas di wajah cantik Sarah saat anak laki-laki itu berjalan ke arahnya lalu memeluknya dengan sangat erat. Sarah mencium wajah anak laki-laki itu dengan penuh cinta sementara anak itu hanya menerima semua kecupan Sarah dengan wajah datarnya. Dia tampak seperti malu dan pasrah namun disisi lain dia sama sekali tidak bisa menolak Sarah.
Mereka berdua cukup menjadi pusat perhatian meskipun orang-orang tidak terlalu memperhatikan mereka berdua. Bagaimana mengatakannya ya? Lebih seperti sesuatu yang manis dan mengharukan saat melihat Sarah dan bocah laki-laki itu. Orang-orang menganggap kalau Sarah dan bocah laki-laki itu adalah gambaran mother and son goals.
"Mom, can you stop kissing me in public?" Tanya anak laki-laki itu saat mereka sudah berhenti memeluk satu sama lain.
"Apa kamu malu, sayang? Ohh, menggemaskan sekali anakku ini." Ucap Sarah dengan senyuman lebarnya. Dia mengeratkan pelukannya pada bocah tampan itu.
"Tidak terlalu. I mean, semua temanku tidak pernah dicium ibunya di sekolah, mom."
"Semua anak seusiamu itu masih dianggap sebagai bayi oleh kami para ibu jadi jangan heran kalau aku masih memperlakukanmu seperti bayi." Ucap Sarah sambil mengangkat tubuh bocah laki-laki itu ke dalam gendongannya.
"Oh no, not again mom." Ucap anak laki-laki itu saat tubuhnya diangkat oleh Sarah.
"Why not, baby?" Ucap Sarah dengan cuek.
"Aku akan diejek teman-temanku besok." Jawab anak laki-laki itu sambil menyembunyikan wajahnya ke dada Sarah.
"Siapa yang berani menghinamu akan berurusan denganku. Tidak akan aku biarkan orang-orang yang berani menindas anak mommy." Ucap Sarah sambil mengecup puncak kepala anaknya.
Anak laki-laki itu memilih untuk diam daripada harus berdebat dengan ibunya karena dia tahu kalau perdebatan itu akan berujung sia-sia. Tidak ada yang bisa melawan ataupun menentang ibunya dalam hal apapun. Bisa dibilang ibunya itu adalah orang yang tangguh dan kuat. Meskipun ibunya harus menghidupkan dirinya seorang diri namun dia sama sekali tidak pernah melihat ibunya menangis ataupun mengeluh.
Sarah menurunkan anak laki-laki itu di kursi yang berada di sebelah kursi pengemudi. Mengantar dan menjemputnya dari sekolah sudah menjadi seperti sebuah rutinitas wajib untuk ibunya. Mungkin karena mereka hanya tinggal berdua saja tanpa orang lain jadi semua tugas harus dilakukan oleh ibunya seorang diri. Mereka memang punya satu orang asisten rumah tangga dan bibi yang sudah menjaga ibunya dari kecil. Mereka telah membantu ibunya dan selalu ada untuk ibunya sejak lama dan dia bersyukur akan hal itu.
"Bagaimana sekolahmu hari ini, baby?" Tanya Sarah yang sedang fokus menyetir.
"As usual. We played a new game and I also learned a lot of new things today."
"Wow, that's good. Permainan apa yang kalian mainkan tadi?" Tanya Sarah yang mulai tertarik.
"Aku tidak tahu apa nama permainannya tapi yang jelas kami dibentuk menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk mencari harta karun." Jawab bocah laki-laki itu.
"Ahh, mencari harta karun. Permainan itu sangat seru sekali!" Ucap Sarah dengan penuh semangat.
"Did you play that game before, mom?" Tanya bocah laki-laki itu dengan penasaran.
"Hmm, Honestly not but I've always been attracted to adventurous things. How about you? Apakah permainan tadi sangat menyenangkan untukmu?" Jawab Sarah sambil sedikit memutar setir mobilnya ke arah kanan.
"Tidak." Jawab bocah laki-laki itu dengan jujur.
"Kenapa?" Tanya Sarah dengan terkejut.
"Semua perempuan ingin satu kelompok denganku dan aku tidak bisa mengatasi mereka." Jawab anak laki-laki itu dengan ekspresi wajah yang kesal.
"Bukankah itu bagus? Anak mommy sangat populer di sekolah! Lagian juga siapa sih yang tidak suka pada anak mommy yang tampan dan penuh karisma? No one can hold your charm, baby." Ucap Sarah dengan bangga.
"It's very annoying, mom." Jawab bocah laki-laki itu.
"Kalau kamu tidak suka, kamu tinggal mengabaikan mereka tapi jangan membuat mereka sedih." Ucap Sarah setelah berpikir sejenak.
"Aku sudah mencobanya tapi mereka tetap saja menggangguku dan itu sangat menyebalkan. Aku benci mereka."
Oh God, Sarah melirik anaknya dengan tatapan cemas. Inilah yang dia takutkan dari dulu. Dia khawatir kalau anaknya bersikap dingin dan cuek seperti seseorang dari masa lalunya. Jangan menyimpulkan sesuatu terlebih dahulu sekarang karena bisa saja apa yang kalian bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hubungannya dengan seseorang di masa lalunya telah lama selesai dan kini dia sudah sepenuhnya move on.
Bahkan sekarang dia sudah mencoba untuk membuka hatinya kembali kepada pria lain. Hanya saja dia belum menemukan yang tepat saja. Dia juga tidak mau terburu-buru menjalin sebuah hubungan yang baru karena dia bukan seorang gadis lagi. Kini dia sudah memiliki seorang putra dan tengah fokus pada pertumbuhan anaknya terlebih dahulu baru dirinya. Dia tidak bisa bersikap egois dan semaunya sekarang karena ada satu hati yang harus dia jaga dan itu adalah anaknya.
"Sayang, kamu tidak boleh membenci mereka karena itu sama saja dengan kamu membenci mommy." Ucap Sarah dengan lembut.
"Aku tidak pernah membencimu, mom. Aku tidak bisa menyamakan mommy dengan mereka. Kalian itu berbeda jauh." Jawab bocah laki-laki itu.
"Iya, mommy tahu. Tapi coba kamu pikirkan lagi. Mommy dan mereka itu sama-sama perempuan, sayang. Dan mommy tahu betul bagaimana sakitnya kalau diperlakukan dengan buruk jadi cobalah untuk selalu bersikap baik pada orang lain meskipun kamu tidak suka ya, sayang." Ucap Sarah dengan hati-hati.
"Have you ever been hurt by someone, mom?" Tanya bocah laki-laki itu setelah terdiam beberapa saat.
Jantung Sarah tiba-tiba berdetak dengan sangat kencang. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena selama ini anaknya tidak pernah bertanya seputar masa lalunya. Bisa dibilang dia sangat beruntung bisa melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat pintar dan pengertian pada ibunya. Setiap malam setelah anaknya tertidur, Sarah selalu menangis di dalam kamarnya karena dia merasa bersalah pada anaknya.
Dia tidak tega melihat anaknya tumbuh besar tanpa kasih sayang dari seorang ayah. Sarah memikirkan hal itu berkali-kali setiap hari. Apakah dia harus mencari seseorang untuk mengisi peran itu untuk anaknya? Tapi disisi lain dia tidak bisa bersikap egois karena anaknya pernah mengatakan kalau dia sudah bahagia bisa hidup bersama dirinya. Pada saat dia mendengar kata-kata itu keluar dari mulut anaknya, air matanya langsung berjatuhan.
Dia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa anaknya. Bagaimana dia bisa bertahan di kehidupan yang keras ini tanpa sebuah motivasi yang membuatnya ingin terus bertahan hidup di dunia yang kejam ini. Kedua tangan Sarah bergetar dan kedua matanya langsung berkaca-kaca. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu walaupun pertanyaan itu sangat sederhana.
"Tidak pernah, sayang. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?" Jawab Sarah dengan suara yang sedikit bergetar.
"Kalau tidak pernah kenapa kamu menangis setiap malam, mom?" Tanya bocah laki-laki itu dengan wajah polosnya.
Sarah terkejut. Dia langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Sarah tidak bisa kembali menyetir jika pikirannya sedang kacau. Bocah laki-laki itu menatap ibunya dengan tatapan sedih, dia tidak bermaksud untuk membuat ibunya menjadi shock seperti ini. Dia hanya ingin bertanya karena ibunya mengatakan kalau ibunya itu tahu betul rasa sakit saat diperlakukan dengan buruk.
"Kamu hanya bermimpi, sayang. Tidak mungkin mommy menangis setiap malam." Ucap Sarah sambil tersenyum getir.
"Baiklah, aku tidak akan bertanya apapun lagi. Maafkan aku, mom." Ucap bocah laki-laki itu sambil memeluk Sarah.
Sarah memeluk bocah laki-laki itu sambil mengusap air matanya. Bukannya dia tidak mau menceritakan masa lalunya pada anaknya, hanya saja dia tidak mau membuat anaknya menjadi khawatir dan membenci seseorang karena dirinya. Anaknya ini masih sangat kecil jadi dia tidak ingin jika anaknya juga ikut memikirkan masalahnya. Apalagi masalahnya ini bukanlah masalah sepele yang bisa dipikirkan oleh seorang anak kecil.
"Kamu tidak perlu khawatir, sayang. Selama ini mommy selalu bahagia karena mommy punya kamu."
Sarah mengeratkan pelukannya. Hatinya benar-benar hancur saat dia bisa melihat ketegaran dan rasa pengertian anaknya yang begitu besar. Disaat dia merasa sedih dan terpuruk, anaknya akan selalu datang untuk memeluk dan menciumnya. Meskipun dia tidak mengucapkan kata-kata penenang ataupun kata-kata bijak yang sering dilontarkan oleh orang dewasa namun Sarah merasa kalau apa yang dilakukan oleh anaknya adalah obat termanjur untuk segala kesedihannya.
"Don't be sad, mom. I will always be with you." Ucap bocah laki-laki itu dengan tulus dan polos.
"Thank you, sayang. I love you." Jawab Sarah sambil menangis.
"I love you too, Mom. Even more." Ucap bocah laki-laki itu dengan suara manisnya.
___________
To be continuous.