Hello semuanya.
Happy reading!
__________
8 tahun yang lalu.
Satu per satu para kolega orang tua Aiden mulai meninggalkan restoran karena kesibukan mereka masing-masing namun beberapa dari mereka memilih untuk tetap tinggal sampai acara selesai untuk menghormati penyelenggara acara. Aiden yang sudah kembali lagi setelah bersama orang tuanya selama beberapa waktu berinisiatif untuk mengajak Axton dan Sarah untuk berkenalan dengan orang tuanya karena Aiden tidak pernah menceritakan pada orang tuanya kalau dia memiliki seorang teman di sekolah.
Untuk sekedar informasi. Axton dan dirinya memang berteman baik dan sejauh ini mereka tidak pernah bertengkar ataupun berselisih paham karena mereka adalah orang-orang yang suka ketenangan dan perdamaian jadi hal-hal seperti kekacauan atau keributan itu sama sekali tidak ada di dalam kamus mereka. Walaupun mereka berdua punya banyak persamaan namun hal itu tidak membuat keduanya menjadi lebih akrab satu sama lain.
Pada kenyataannya mereka sama-sama menutup rapat kehidupan pribadi mereka masing-masing dan memilih untuk tidak mencampuri urusan pribadi satu sama lain. Kalau dipikir-pikir mereka berteman dengan cara yang sangat unik sekali. Mungkin dari sekian banyaknya orang yang melakukan pertemanan di dunia ini, hanya mereka berdua lah yang menganut sistem seperti itu. Bukan berarti pertemanan mereka palsu ataupun mereka saling tidak peduli satu sama lain. Hanya saja mereka berdua terlalu menghargai kehidupan pribadi masing-masing sehingga mereka saling tidak menyinggung kehidupan pribadi satu sama lain.
"Mom." Panggil Aiden.
"Ada apa, sayang?" Tanya ibunya Aiden.
"Kemana daddy?" Tanya Aiden balik.
"Daddy? Dia harus mengurus beberapa hal di kantor tapi nanti dia akan kembali lagi kesini." Jawab ibunya Aiden dengan senyuman palsunya.
"Dia meninggalkanmu sendirian lagi karena pekerjaan? Apa pekerjaan lebih penting dari keluarga?" Ucap Aiden dengan marah.
"Sayang, tolong jangan membuat kekacauan demi mommy. Ok?" Ucap ibunya Aiden dengan nada memohon.
Aiden menghembuskan napasnya dengan kasar sambil menyisir rambutnya ke belakang sedangkan ibunya memilih untuk meminum minumannya untuk mengusir pikiran negatif dan perasaan kecewa. Axton yang menyadari ketegangan di antara ibu dan anak itu memilih untuk diam dan menarik tangan Sarah sebagai kode untuk pergi ke tempat lain namun Aiden sudah terlebih dahulu mengatakan sesuatu sebelum Axton melakukan apa yang ingin dia lakukan.
"Aku ingin memperkenalkan seseorang padamu."
Axton yang berdiri di samping Sarah hanya memasang wajah datarnya dan bersikap tenang seperti biasanya sedangkan Sarah yang tidak mengerti situasi yang sedang terjadi malah menatap Aiden dan ibunya Aiden secara bergantian dengan tatapan khawatir. Dia khawatir jika ibunya akan marah karena anaknya berteman dengan anak yang tidak selevel dengan anaknya seperti di dalam sebuah film yang dia tonton.
"Kamu ingin memperkenalkan seseorang pada mommy?" Tanya ibunya Aiden dengan terkejut.
"Lebih tepatnya dua orang." Jawab Aiden dengan bangga.
"Dua orang?!" Tanya ibunya lagi dengan sangat terkejut.
"Perkenalkan, mereka adalah teman sekolah ku, mom. Yang ini adalah Axton Mckenzie dan yang berdiri di sebelahnya adalah Sarah Freya Collins."
"Nice to meet you guys." Ucap ibunya Aiden dengan gembira sambil memeluk Axton dan Sarah bergantian.
"Nice to meet you too, Mrs. Abhivandya." Jawab Axton dengan sopan dan formal.
"Nice to meet you too, madam." Ucap Sarah setelah Axton.
"Aku sangat terharu sekali karena akhirnya Aiden punya teman di sekolah. Aku pikir dia tidak bisa bergaul dengan satupun manusia yang ada di dunia ini. Aku sempat merasa khawatir dengannya." Ucap ibunya Aiden yang sengaja melebih-lebihkan perkataannya.
"Jangan khawatir, madam. Kami akan memastikan kalau Aiden bisa bergaul dengan normal di sekolah. Benar kan?" Ucap Sarah sambil tersenyum lebar.
Dia menyikut Axton agar laki-laki itu setuju dengan perkataannya namun Axton hanya dia tidak bergeming dan sama sekali tidak menunjukkan reaksi apa-apa selama percakapan berlangsung. Ibunya Axton yang bisa membaca situasi hanya bisa tertawa gemas karena tiba-tiba dia melihat gambaran dia dan suaminya saat muda. Persis seperti Axton dan Sarah.
"Apa kau sedang mengejekku sekarang?" Tanya Aiden sambil menatap Sarah dengan tatapan kesal.
Sarah tiba-tiba tertawa sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya sedangkan Aiden kini mulai mengerutkan dahinya karena dia bingung dengan perubahan tingkah Sarah yang menurutnya sangat ekstrem. Saat awal acara tadi, perempuan itu sangat pendiam apalagi saat dia berada disamping Axton. Sarah mendadak menjadi perempuan yang anggun dan berkelas namun sekarang dia kembali liar dan tidak terkendali selayaknya Sarah pada kehidupan normal.
"Tolong awasi dia di sekolah dan jangan segan untuk melaporkan kenakalan nya padaku. Aku ingin sekali merasakan rasanya dipanggil ke sekolah karena kenakalan yang dia buat namun sayangnya dia terlalu menjadi sempurna untuk melakukan hal-hal seperti itu." Ucap ibunya Aiden sambil menatap Sarah.
"Sebenarnya dia membuat banyak masalah, hanya saja image yang dia bangun terlalu sempurna di sekolah." Ucap Sarah secara spontan.
"Kau juga berpikir seperti itu?" Tanya ibunya Aiden dengan terkejut.
Sarah hanya menganggukkan kepalanya dengan sedikit ragu sambil melirik Aiden yang wajahnya sudah merah padam. Ibunya Aiden tertawa sambil menggenggam kedua tangan Sarah dengan sangat bersemangat. Dia merasa sangat senang karena punya teman berbicara yang satu pemikiran. Ibunya Aiden jadi berpikir mungkin begini lah rasanya jika dia memiliki seorang anak perempuan.
"Mom, please. Stop." Ucap Aiden dengan lelah.
"Apa kalian sudah makan?" Tanya ibunya Aiden tanpa memperdulikan Aiden.
"Sudah, Madam." Jawab Sarah sambil tersenyum.
"Kenapa bicaranya formal sekali? Santai saja dan panggil aku mom." Ucap ibunya Sarah dengan serius.
Sarah hanya menanggapi perkataan ibunya Aiden dengan sebuah senyuman canggung sedangkan Axton tetap diam dan datar seperti biasanya. Ini adalah pengalaman pertama untuk mereka berdua karena sebelumnya mereka tidak pernah menjalin hubungan pertemanan dengan orang lain. Mungkin dulu Sarah pernah berteman dengan beberapa orang di sekolah lamanya namun tidak ada yang seserius ini.
"Baiklah, pembicaraan selesai sampai disini karena mereka harus pulang sekarang." Ucap Aiden dengan senyuman palsu di wajahnya.
"Kenapa cepat sekali?" Tanya ibunya Aiden dengan kecewa.
"Kami pulang lebih cepat karena besok sudah mulai masuk sekolah lagi." Jawab Sarah sambil tersenyum tipis.
"Ah, benar juga. Ya sudah aku akan menyuruh pelayan untuk membuatkan makanan untuk kalian bawa pulang." Ucap ibunya Aiden.
"Tidak perlu, mom. Kami sudah kenyang." Ucap Sarah dengan panik.
"Ya sudah kalau begitu sampai jumpa lagi di lain waktu." Ucap ibunya Aiden sambil memeluk Sarah lalu dia beralih memeluk Axton.
"Sampai jumpa, Mrs Abhivandya." Ucap Axton dengan sopan dan formal.
"Aku akan mengantar mereka ke depan." Bisik Aiden pada ibunya dan ibunya hanya mengedipkan sebelah matanya.
Aiden mendorong punggung Axton dan Sarah di tengah kerumunan banyak orang. Aiden bersumpah kalau ini adalah terakhir kalinya dia membawa temannya ke acara yang dibuat orang tuanya. Seperti yang dia duga sebelumnya, ibunya itu pasti berbicara sembarangan dan membocorkan informasi aneh tentang dirinya. Untung saja dia cepat menghentikan pembicaraan itu atau semua rahasia kelam masa kecilnya akan terungkap pada Axton dan Sarah.
"Kau menyetir mobil kesini?" Tanya Aiden pada Sarah.
"Tidak, aku diantar tadi." Jawab Sarah sambil mencari mobilnya.
"Kalau begitu kami akan menemani mu disini sampai kau dijemput." Ucap Aiden dengan santai.
"Kenapa kau memutuskan sesuatu secara sepihak?" Tanya Axton sambil mengerutkan dahinya.
"Aku tahu kau pasti akan setuju." Jawab Aiden dengan wajah seriusnya.
Axton hanya diam dan memilih untuk tidak meneruskan pembicaraan mereka karena berargumen dengan Aiden tidak akan ada akhirnya. Aiden itu adalah orang yang sangat keras kepala dan sedikit susah untuk dinasehati jadi Axton memilih untuk sering mengalah demi kedamaian dan ketenangan yang dia inginkan. Ok, kembali lagi ke masa sekarang. Sudah lima belas menit mereka menunggu dan mobil Sarah belum muncul juga.
Sarah mulai terlihat cemas dan terus menelpon nomor sopirnya berulang kali. Axton yang dari tadi melirik Sarah tiba-tiba memikirkan solusi lain dengan berinisiatif untuk mengantarkan Sarah pulang ke rumahnya namun Axton tidak tahu harus mengatakan apa untuk memulai percakapan diantara mereka. Mulutnya terasa sangat kaku hingga dia tidak mampu untuk menggerakkan bibir tipisnya.
"Kalau begitu biar Axton saja yang mengantarmu pulang." Ucap Aiden tiba-tiba.
Axton melebarkan kedua matanya dengan terkejut sedangkan Sarah menatap Aiden dengan tatapan terkejut. Apa barusan dia tidak salah dengar? Semobil dengan Axton yang pendiam bisa membuatnya mati dalam keheningan. Sarah langsung menggelengkan kepalanya sambil mengatakan tidak berulang kali sedangkan Aiden terus membujuk Sarah agar Sarah mau pulang bersama Axton.
"Daripada menunggu lama, lebih baik kau pulang bersama Axton."
"Ada pesan yang masuk!" Ucap Sarah dengan lega.
Pesan tersebut berasal dari sopir Sarah yang mengatakan alasan dirinya tidak bisa menjemput Sarah. Mobilnya terpaksa harus diangkut oleh mobil derek karena ban depan mobil itu pecah. Sarah langsung memijat pelipisnya karena dia mendadak pening. Kenapa harus sekarang? Kenapa harus terjadi pada dirinya? Dia memang mulai penasaran pada Axton tapi disaat yang bersamaan dia masih merasa kesal dengan kedataran dan kecuekan Axton yang sudah berada di level tertinggi.
"Lagian Axton sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Iya kan, bro?" Ucap Aiden sambil menyikut Axton.
Sarah dan Aiden kompak menatap Axton yang tidak menunjukkan reaksi apapun. Aiden kembali menyikut lengan Axton sambil memberi kode agar Axton tidak salah menjawab.
"Aku tidak keberatan." Ucap Axton dengan wajah datarnya.
___________
To be continuous.