Hello semuanya.
Happy reading!
_________
8 tahun yang lalu.
Sebenarnya dia tidak pernah berpikiran untuk memperlakukan kakaknya dengan dingin ataupun mengabaikan kakaknya dengan cara yang terbilang kejam. Dia ingin sekali punya hubungan yang normal dan harmonis dengan kakak laki-lakinya. Terkadang dia membayangkan hal-hal yang tidak pernah terjadi di dalam hidupnya seperti berkelahi karena hal kecil dan sepele, bermain bersama layaknya kakak dan adik atau saling memakan makanan masing-masing tanpa izin.
Atau sekedar melakukan random things dan saling melindungi saat mereka terkena sebuah masalah. Tapi sayangnya khayalan tetaplah khayalan dan sebuah harapan tinggal sebuah harapan. Dia sudah mengatakannya berulang kali kan kalau dia tidak pernah lagi mengharapkan sesuatu dalam hidupnya. Lebih baik dia berhenti berharap daripada harus merasakan kecewa berkali-kali.
Kamarnya kembali sepi dan hening setelah pria itu keluar dari dalam kamarnya. Kakaknya itu sangat jarang sekali mengunjungi dirinya ke kamar jadi terasa sangat aneh sekali kalau tiba-tiba pria itu merasa ingin tahu dengan kegiatan ataupun kabar dari adiknya. Axton segera mengunci kamarnya dengan menekan sesuatu dari layar tabletnya. Dia juga mengatur pencahayaan kamarnya agar menjadi lebih gelap.
Untuk saat ini hal yang bisa dia lakukan adalah diam dan terus menyelidiki motif dibalik perbuatan kakaknya yang sangat mencurigakan. Masalah tentang chip ini sangat lah serius karena dampak yang dapat ditimbulkan jika chip itu jatuh ke tangan orang yang salah sangat lah besar sekali. Bahkan Axton tidak bisa membayangkan kehancuran seperti apa yang akan terjadi akibat benda tersebut.
Hari demi hari terus berjalan dan Axton terpaksa harus menghentikan penyelidikannya untuk sementara karena dia kehabisan cara untuk menggali informasi tentang kakaknya. Soal identitas yang dia temukan itu ternyata identitas palsu. Kakaknya juga mengganti ponselnya dengan ponsel dan nomor baru sehingga dia kehilangan untuk mengakses hal pribadi kakaknya lagi. Pria itu juga belum kembali ke rumah selama empat hari dan sepertinya dia memilih untuk tinggal di penthouse nya yang berada di Seattle.
Menurut berita yang dia dengar dari para pelayan yang bergosip di rumahnya. Kakaknya itu tiba-tiba dipindahkan ke kantor cabang mereka yang ada disana atas perintah ayah mereka langsung. Axton tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini namun sepertinya mereka berdua menyembunyikan sesuatu yang sangat besar. Dia akan menyelidiki hal itu nanti karena sekarang dia harus pergi ke suatu tempat.
Hari ini Axton pergi menuju sebuah restaurant mewah yang terkenal di kota ini. Restaurant itu milik ibunya Aiden dan kebetulan hari ini adalah hari ulang tahunnya anjing mereka yang bernama Tilly. Awalnya Aiden menolak dengan keras ide gila ibunya yang menginginkan sebuah pesta untuk merayakan ulang tahun anjing peliharaan mereka. Aiden menganggap kalau ide ibunya itu sangat berlebihan untuk ukuran hewan peliharaan tapi sepertinya Aiden gagal mencegah rencana ibunya karena pesta itu tetap berlangsung hari ini.
Axton menginjak pedal gas mobilnya semakin dalam hingga mobil SUV mewah berwarna hitam itu melaju dengan kencang di atas jalan raya. Tidak ada musik yang terputar ataupun radio yang menyala. Suasana didalam mobil itu sangat sepi dan hening. Mungkin kita bisa mendengar suara detak jantung milik Axton jika kita juga berada di dalam mobil itu. Axton menekan sebuah alat yang terpasang di telinga kanannya lalu kembali fokus menyetir.
"Periksa rute jalan tercepat."
"Perintah diterima. Sekitar 1 KM di depan ada perbaikan jalan. Belok ke kanan lalu belok ke kiri setelah itu ambil jalan lurus untuk menghindari kemacetan."
Axton mengikuti instruksi yang diarahkan oleh robot yang dia ciptakan beberapa bulan yang lalu. Melalui kacamata hitam yang bertengger di atas hidung mancungnya, Axton dapat melihat sebuah anak panah berwarna biru yang mengarahkan dia untuk melewati jalur yang tepat. Axton memutar setir mobilnya dengan sangat lembut dan sempurna layaknya seorang driver profesional.
Tidak lama kemudian, sebuah restaurant mewah terlihat dari pinggir jalan dan mobil mewah milik Axton langsung masuk ke dalam parkiran restaurant setelah melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Axton memundurkan mobilnya untuk memarkirkan mobilnya di tempat yang kosong. Setelah terparkir dengan sempurna, Axton langsung keluar dari dalam mobil miliknya setelah melepaskan kaca mata hitam yang dia pakai.
Aiden yang baru saja keluar dari dalam restaurant langsung menyambut sahabatnya itu dengan senyuman yang lebar. Axton hanya menghela nafasnya saat Aiden memeluk tubuhnya layaknya sebuah sapaan antara dua orang sahabat yang sudah tidak bertemu selama beberapa hari. Aiden menepuk bahu Axton dengan pelan sambil mengajak sahabatnya itu untuk masuk ke dalam.
"Apa yang telah terjadi di sekolah selama aku pergi, bro?" Tanya Aiden sambil merangkul bahu Axton.
"Ada beberapa masalah." Jawab Axton dengan wajah datarnya.
"Aku bebar-benar terkejut saat membaca berita hari itu." Ucap Aiden sambil mengambil satu gelas juice dari nampan pelayan.
Axton hanya mengangkat kedua alisnya ke atas sambil menolak minuman yang disodorkan oleh Aiden karena dia sedang tidak berminat untuk minum juice. Mereka kembali berjalan masuk ke dalam restaurant dengan melewati kerumunan orang yang mulai memadati ruangan yang ada di dalam restoran itu. Rata-rata dari mereka adalah para kolega dan teman-teman dari kedua orang tua Aiden. Berhubung Aiden adalah anak tunggal jadi dia hanya bisa mengundang teman-temannya saja dan kebetulan dia hanya memiliki satu orang teman saja yaitu Axton.
Oh ya, dia juga mengundang satu orang lagi meskipun orang itu belum bisa masuk kedalam kategori teman menurut Aiden. Tapi ada beberapa potensi yang bisa menjadikan mereka berteman dan salah satu potensi terkuat untuk saat ini adalah Axton. Ini sesuatu yang baru untuk Aiden karena sebelumnya dia tidak pernah berniat untuk ikut campur pada kehidupan pribadi Axton.
"Oh, kau sudah tiba." Ucap Aiden sambil tersenyum.
Axton menolehkan wajahnya ke arah seorang perempuan cantik yang sedang mengenakan gaun berwarna putih dengan aksesoris kalung berwarna hitam. Oh ya, tema untuk pesta kali ini adalah hitam dan putih. Awalnya ibunya Aiden ingin tema dengan warna kuning dan merah namun terpaksa dibatalkan karena Aiden menolak untuk hadir jika ide itu tetap dilaksanakan dan untung saja ibunya menuruti keinginannya.
Axton menatap Aiden sambil mengerutkan dahinya dengan serius. Dia meminta penjelasan kepada Aiden tentang kehadiran Sarah yang sangat tiba-tiba di acara keluarga Aiden. Axton bukan bermaksud untuk meminta Aiden untuk melarang Sarah datang kesini karena hal itu adalah hak Aiden sebagai pemilik acara. Hanya saja Axton merasa bingung kenapa Sarah yang bukan teman dekat mereka bisa datang ke acara ini? Apa orang tua Sarah berteman dengan orang tuanya Aiden?
"Kalian berdua silahkan menikmati pesta nya dengan santai. Aku harus pergi karena ada satu urusan yang harus aku urus." Ucap Aiden sambil menepuk bahu Axton sambil tersenyum lebar.
Axton dan Sarah hanya menatap Aiden yang pergi menjauh dari mereka dan berhenti di satu meja yang dikelilingi oleh kolega-kolega orang tuanya. Sarah mendekat ke arah Axton satu langkah lalu meminum juice melon yang sedang dia pegang dengan tenang sementara Axton hanya menatap Sarah dengan tatapan bingung karena dia tidak tahu harus mengatakan apa pada Sarah. Suasana yang terjadi diantara mereka berdua sangat canggung hingga rasanya seperti mereka sama-sama ingin masuk ke dalam lubang dan bersembunyi di dalamnya.
"Kau terlihat tidak senang saat melihatku." Ucap Sarah tanpa menatap Axton.
"Tidak." Jawab Axton dengan jujur.
"Lalu kenapa ekspresi wajah mu seperti itu?" Tanya Sarah sambil melirik Axton.
"Aku hanya terkejut." Jawab Axton dengan jujur juga.
"Kenapa kau terkejut?" Tanya Sarah penasaran.
Axton memilih untuk diam dan meminum juice yang baru saja dia ambil dari pelayan. Dia harus segera menghentikan pembicaraan ini sebelum Sarah mengajukan pertanyaan-pertanyaan aneh yang tidak bisa dia jawab nantinya. Sarah menghembuskan napasnya dengan kesal karena dia tidak berhasil menggali informasi pribadi Axton yang ingin dia ketahui.
Bukan untuk hal yang aneh atau jahat. Hanya saja akhir-akhir ini Sarah menjadi penasaran dengan kehidupan pribadi Axton yang misterius. Semakin hari Sarah semakin tertarik dengan Axton. Terkadang dia juga memikirkan apa yang sedang Axton lakukan dan kerjakan disaat mereka tidak bertemu selama beberapa hari namun nampaknya Axton tidak merasakan hal yang sama seperti dirinya. It's so sad.
"Kau tidak ingin mengatakan sesuatu kepada ku?" Tanya Sarah sambil menatap Axton dengan tatapan berharap.
Axton hanya diam dan memasang wajah datarnya sambil melirik wajah Sarah sekilas. Sungguh, dia benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa dan bereaksi seperti apa. Sarah adalah perempuan pertama yang bisa berdekatan sedekat ini dengannya jadi dia tahu bagaimana caranya untuk menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis. Ini sesuatu hal yang baru untuknya.
"Kenapa kau tidak masuk sekolah selama dua hari?" Tanya Sarah lagi.
"Private business." Jawab Axton.
"Aku kira kau sakit karena tidak ada kabar sama sekali." Ucap Sarah sambil melirik Axton.
"Tidak." Jawab Axton dengan singkat.
"Apa kau punya seorang kakak?" Tanya Sarah tiba-tiba.
"I don't share my private life with anyone." Jawab Axton dengan lugas.
"Aku rasa kau punya lebih dari satu kakak." Ucap Sarah dengan asal.
"Kau tahu darimana?" Tanya Axton terkejut.
"Hanya menebak saja."
Axton menatap Sarah dengan tatapan penuh waspada. Dia sedikit trauma dengan perempuan yang tiba-tiba tahu tentang kehidupan pribadinya. Kebanyakan dari mereka adalah stalker berbahaya yang membuat Axton sangat kerepotan. Dia jadi tidak bisa pergi keluar rumah dengan bebas karena fotonya terus tersebar di social media.
"Tenang saja, aku bukan stalker." Ucap Sarah dengan santai dan Axton kembali menatap Sarah dengan tatapan terkejut.
__________
To be continuous.