Sedangkan itu di RS, setelah Mona menelpon dan memberitahu beberapa hal kepada Akbar, segera saja dia meletakan HP nya di meja pasien dan kemudian mulai rebahan kembali dikasurnya yang lebih empuk ketimbang kasur kamarnya.
"Haaaaa sumpah, empuk banget kasur RS ini, rasanya semua pemikiran gila yang memusingkan tadi tiba-tiba hilang sekejap entah kemana."
"Ahahahaha, kalau begitu kenapa tidak kau curi saja salah satu kasur ini setelah sembuh nanti? Toh rumah sakit bisa beli lagi barang murahan itu kapanpun mereka mau."
"Maaf ya, aku bukan tipikal orang yang akan merebut barang orang lain saat aku ingin barang orang itu."
"Oh, bicara soal barang orang lain? Apa kau yakin masih ingin mengetahuinya dengan bantuan kakakku tadi? Maksudku nanti hubunganmu dengan adikmu bisa kacau lho."
"Kacau atau tidaknya akan aku tentukan nanti saat istirahat ke 2, dan karena aku sudah menjawab pertanyaanmu itu, apa sekarang boleh aku yang bertanya?"
"Silahkan-silahkan, saya terbuka untuk umum."
"Sebenarnya aku senang banget melihatmu sampai bolos sekolah hanya untuk bisa menjengukku, karena jarang banget ada teman yang segitunya sampai mau mengunjungi temannya yang sakit seperti ini."
"Oh iya dong, karena akukan penganut aliran "Hidup seperti Larry", ahahaha."
"Baiklah murid si Larry, kalau begitu apa kau bisa jelaskan padaku soal alasan kenapa saat itu kau malah pergi meninggalkanku sendirian bersama dengan ibumu, karena jujur saja ditinggal secara tiba-tiba tanpa kejelasan seperti itu tidak membuatku senang."
Bela yang ternyata daritadi sudah berada di samping Mona dan mendengar semua percakapannya dengan Akbar itu hanya tersenyum saja mendengar pertanyaan itu, karena dia menganggap lucu Mona yang mengira dirinya akan berkata jujur mengenai alasan dia pergi saat itu.
"Ahahaha, jangan marah begitu dong, kemarin itu aku langsung pergi karena aku khawatir dengan kak Akbar yang katanya tiba-tiba dibawa pergi ke RS dengan bu Helda dan bu Saraswati tahu, aku benar-benar tidak ada maksud lain kok," kata Bela yang berbohong dengan fasihnya.
"Kamu serius?" tatap Mona sambil melotot.
"Iya cius sayang, kamu tahu sendiri bagaimana rasanya kalau saudaramu tiba-tiba mendapatkan kesulitan kan? Karena kalau tidak, tidak mungkin kau akan sampai nekat masuk ketempat yang kau benci hanya untuk mencari adikmu itu."
…
…
"Haaaaaa, ucapanmu memang masuk akal sih, aku sampai tidak bisa membantahnya lagi," kata Mona yang menerima alasan si Bela itu.
"(Memang benar aku mengunjungi kakak walaupun ujung-ujungnya tetap diusir sih, tapi alasan utamanya adalah untuk mampir dulu ke sungai untuk membuang pisau bekas membunuhku agar tidak ada barang bukti yang tertingggal, ahahahaha)" kata Bela di dalam hatinya.
"Ok, kalau begitu pertanyaan ke 2, kenapa kau datang kesini?"
"Eh, kenapa? Tentu saja karena aku khawatir denganmu sekaligus mau mengambil tasku yang aku tinggalkan disini kemarin, memangnya apalagi … "
"Tidak usah berpura-pura, aku memang setia dengan rangking 20 besar di setiap kelasku, tapi aku tidak bodoh Bel, kamu datang pagi-pagi, mulai bertanya soal apa aku pernah bertemu secara pribadi dengan bu Helda dan membicarakan topic yang tidak biasa, mengira-ngira kalau bu Helda sedang mempermainkan aku dengan adikku yang ternyata diam-diam punya perasaan dengan si Jupri, lalu memintaku menelpon si Akbar untuk memastikan apakah semua dugaanmu itu benar atau tidak, orang bodoh macam apa yang mengira kalau kau datang kesini cuma karena khawatir setelah melakukan semua hal-hal itu ha?"
…
…
Kali ini si Bela tidak bisa langsung menjawab pertanyaan Mona barusan, karena seperti yang dia katakan, setelah kemarin memikirkan banyak hal tentang berbagai macam hal dan kemungkinan yang sedang menimpa kakaknya kemarin, Bela yang mendapat kesimpulan kalau bu Helda sedang mempermainkan si Akbar dengan memanfaatkan Mona, Lisa, dan Jupri itu akhirnya rela bolos sekolah dan mulai pergi ke RS untuk mencari kebenaran dari hipotesisnya dengan menanyakan beberapa hal kepada temannya itu.
"(Wah, sepertinya dia dalam mode yang tidak bisa dikibuli, kalau begitu lebih baik aku terus terang saja deh biar lebih cepat, lagian tanganku juga sudah tidak tahan lagi nih) Ahahahaha, ok-ok, memang yang kau ucapkan itu benar, sebenarnya aku datang karena aku ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan padamu seperti tadi."
"He? Serius Bel? Kau jauh-jauh datang kesini sampai bolos hanya untuk bertanya padaku? Apa kamu lupa kalau ada benda bernama "HP" yang bentuknya kotak dan kebetulan ada di sakumu itu yang bisa mengirimkan pesan secara Online sehingga kamu gak perlu datang kesini Bel?" tanya Mona dengan ekspresi super bingung.
"Ahahaha maaf-maaf, aku tahu kalau aku lebay, tapi sebenarnya ini masalah yang penting banget lho, jadi rasanya tidak enak kalau aku menanyakannya lewat HP."
"Maaf, sebelum lanjut, boleh aku tanya tentang hal yang dari itadi menggangku Bel? Darimana kau bisa tahu kalau aku pernah ngobrol dengan bu Helda tentang masalah asmara? Lalu bagaimana juga kau bisa tahu kalau ternyata si Lisa punya perasaan tersembunyi pada si Jupri yang akhirnya hal itu dimanfaatkan bu Helda untuk mengadu dombaku dengan Lisa ha?" tanya Mona panjang lebar.
Mendengar pertanyaan yang jawabannya membutuhnya banyak sekali paragraph untuk penjelasannya, maka author pun bersabda melalui Bela dengan jawaban yang sesimple mungkin.
"Hmmmm, kalau boleh jujur sih, aku cuma berpikir terlalu jauh saja, kau tahu kan, gabung-gabungin kejadian tertentu sambil mikir ini-itu begitu, lalu dapat kesimpulan tertentu deh, itulah sebabnya kenapa aku minta tolong kepadamu untuk bertanya kepada Akbar untuk memastikan apa dugaanku ini benar atau tidak," kata Bela yang memberikan jawaban yang mengecewakan para pembaca sekalian, walaupun memang yang diucapkannya itu adalah fakta.
…
…
?
"Se..serius? Cuma begitu doang?"
"Ya mau bagaimana lagi, kau tahukan orang cerdas kalau gabut itu sering memikirkan hal-hal yang tidak jelas sampai terlalu jauh? Ahahahahahaha."
"(Aku kok menyesal sudah bertanya ya?) Lalu, soal si Akbar, kenapa kau menyuruhku menanykan semua pemikiranmu itu? Bukannya kau bisa menanyakannya langsung … "
"Kau sudah kuberitahu soal aku yang punya masalah dengannyakan?"
"(Ah benar juga, jadi itu sebabnya dia minta tolong padaku untuk menanyakan semua hal itu pada Akbar tadi, tapi tetap saja, hal itu belum dia jelaskan, kalau begitu sekarang ….) Hmm, ok-ok, kalau memang bisa kau mendapatkan banyak info sejauh itu dari kelakuan "berpikir terlalu jauh" seperti ucapanmu tadi itu, apa kau juga sudah tahu sebab kenapa bu Helda mempermainkan aku dan Lisa? Karena setahuku aku tidak pernah buat masalah dengan orang itu lho."
Mendengar pertanyaan Mona barusan, Bela hanya tertawa di dalam hati, karena dia mengira si Mona tidak akan menanyakan hal itu karena dia tipikal anak yang tidak mau berpikir susah-susah, tapi ternyata dugaanya salah.
"(Ahahahaha, ya tentu saja dia pasti akan menanyakan hal itu! Orang bodoh level macam apa yang sampai tidak sadar dan menanyakan hal yang jelas seperti itu? Kamu harus mulai hati-hati dalam meremehkan seseorang ya Bel) Well, jujur saja, aku kurang paham kenapa bu Helda sampai bertindak sejauh ini, aku masih butuh penyelidikan lebih lanjut, karena kau tahulah, kalau kau sampai bisa dimain-mainkan oleh wanita itu, itu artinya ada kemungkinan kalau siswa yang lain juga mengalami hal yang senasib denganmu kan?" kata Bela yang menjelaskan beberapa dugaanya lagi.
"Woi woi woi, ke…kenapa rasanya kita terlibat suatu masalah serius begini? Apa kau yakin kau tidak terlalu berlebihan memikirkan hal ini gara-gara melihat suatu film Bel?"
"Ya itu terserah kamu sih mengira aku bercanda atau tidak, akukan cuma ikan, guk guk guk guk guk guk guuuuuk!"
"(Bisa-bisanya dia ngelawak di saat begini) Ah terserahlah, otakku serasa mau meledak memikiran semua ini, aku benar-benar bukan tipikal orang yang paham dengan masalah ruwet seperti ini, tapi apapun itu, jika yang dilakukan bu Helda itu akan menggangu orang-orang disekitarku, jangan ragu untuk meminta bantuanku Bel, aku akan membantumu sebisa mungkin."
"Oh benarkah? Apapun itu? Kalau begitu apa aku boleh minta bantuanmu sekarang?"
?
"Heee? Se..sekarang?"
"Ahahaha, wajah kagetmu seperti anak yang dapat kabar orang tuanya kecelakaan sekaligus akan ada UN dadakan hari ini pada 1 waktu yang bersamaan lho, tenang sajalah Mon, aku tidak akan menyuruhmu untuk salto atau buat Tik-Tok, aku cuma mau menanyakan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah pentingmu saja kok."
"Masalah penting? Hmmmm, rasanya aku tidak punya masalah penting selain masalah si Jupri dan Lisa kali ini deh, atau aku saja yang kelupaan? Ah bodoh amatlah, memangnya kau ingin membicarakan masalah soal apa Bel?"
Langsung saja, dengan sikapnya yang menyebalkan seperti biasa, Bela yang tidak tahu malu itu langsung saja menindih dan kemudian meniduri tubuh Mona yang sedang berbaring di kasurnya, tentu saja Mona kaget dengan tindakan Bela yang tidak terduga itu, apalagi ketika Bela mulai mendekatkan kepalanya hingga jarak 2 kepala mereka hanyalah 7 cm.
"WOAA-WOAA-WOAA-WOAAAH!! ANJIRLAAH!! APA-APAAN KAU BELA?! KENAP KAU TIBA-TIBA MAIN SOSOR BEGIN…."
"Hei, bisa beritahu aku Mon, siapa yang sudah membuat kakakku terluka?"
…
…
Awalnya Mona sempat merasa panik karena canggung dengan sikap Bela yang dia pikir tidak senonoh itu, tapi saat ini, dia mulai merasa panik dengan alasan yang berbeda, yaitu karena perasaan tertekan. Bagaimana dirinya tidak merasa tertekan, karena saat ini Bela yang awalnya tadi penuh dengan aura kebahagiaan, tiba-tiba saja mulai tersenyum aneh sambil menatapnya dengan tatapan kosong yang menakutkan, tidak hanya itu, karena si Bela juga menidurinya dengan tubuhnya, Mona pun bahkan mulai merasa sesak dibuatnya.
"(Haaa….haaa….haaaa…a…ada…ada apa ini? Ke..kenapa tiba-tiba si Bela bersikap aneh? Da…dan kenapa tatapannya membuat perasaanku jadi tidak enak begini?)" kata Mona yang pernafasannya tiba-tiba menjadi memburuk itu.
"Kau tahu Mona, aku ini sangaaaaaaat sayang dengan orang-orang yang aku sayangi, aku merasa hidupku jadi lebih bermakna dengan adanya mereka disisiku, bahkan aku rela melakukan apa saja, aaaaaapa saja asal aku bisa tetap bersama mereka, dan karena itulah, saat tahu kalau salah-satu orang yang sangat-sangat-sangat-saaaaaaangat aku cintai dilukai oleh seseorang, haha…ahahahahaha…ahahahahahaha, kamu tahu bagaimana rasanya Mon? Rasanya sesaaaaaak sekali seperti ini," kata Bela sambil menekan erat-erat ulu hati si Mona dengan jempolnya.
"(BA…BANGSAT!! DIA MAU NGELAKUIN APA HA?!!) Be..Bela! He..hentikan Bela, aaah!! I..itu sakit Bel!!" kata Mona yang panik karena tidak bisa berbuat apa-apa dengan perbuatan Bela itu.
"Jadi sekali lagi Mon, bisa beritahu aku...….siapa bangsat yang sudah membuat kakakku seperti itu?"
!!!
DUUUAAK
Langsung saja Bela terjatuh ke lantai ketika Mona yang tidak kuat dengan intimidasi temannya itu menjedorkan kepala si Bela dengan kepalanya sendiri dengan kekuatan penuh, dan akhirnya, setelah aura mencekam yang membuat tubuhnya tidak bisa bergerak itu menghilang, Mona pun mulai membentak-bentakki kelakuan Bela yang menakutkan itu.
"SIALAN KAU BELA!! A..AKU TAHU KALAU KAMU ITU ANAK YANG AGAK RADA-RADA ANEH!! DAN AKU MASIH BISA MENERIMA SEMUA ITU KARENA KELAKUANMU ITU MASIH BISA DITOLERANSI!! TAPI SERIUS BEL!! YANG SATU ITU TIDAK BISA AKU TERIMA SAMA SEKALI TAHU!!" bentak si Mona yang sambil keluar dari kasurnya untuk menjaga beberapa jarak dari si Bela.
"Ah, aku menakutimu ya? Maaf-maaf, saat ini aku sedang emosi berat sih, jadi aku sering enggak sadar dengan apa yang aku lakukan, ahahaha," kata Bela simple yang mulai bangkit dari jatuhnya itu, namun masih saja tetap memasang senyumannya yang manis dan tatapan kosong yang menakutkan.
"(As…astaga, ta..tatapan macam apa itu? I..ini pertama kalinya aku melihat Bela dengan tatapan mata yang seperti itu dasar kampret! Dan ke..kenapa juga aura dari pandangan matanya terasa menyesakkan begitu sih?)" kata Mona yang mengigil ketika melihat mata Bela yang saat ini benar-benar tidak nyaman untuk dilihat.
"Ok, kalau begitu akan aku ulangi lagi, siapa yang menyakiti kakakku Mona?"
"Dan memangnya apa yang akan kau lakukan setelah tahu siapa mereka itu ha?"
"SI…..A…..PA?"
!!!
Mona sebenarnya masih merasa takut dengan aura dan tatapan Bela yang mengintimidasi itu, tapi karena merasa akan ada hal buruk yang akan terjadi jika Bela tahu siapa yang sudah menyakiti si Akbar itu, Mona pun akhirnya terpaksa memberitahu si Bela mengenai rencana tersembunyinya.
"(Haissh, sebenarnya aku tidak mau memberitahunya, tapi karena aku merasa dia akan tetap jadi gila kalau tidak mendengarkan suatu hal yang baik, ya bodoh amatlah) Hei Bel, aku tidak tahu ini bisa menyenangkanmu atau tidak, tapi kalau sebenarnya kau ingin tahu siapa orang-orang itu hanya untuk memberi mereka pelajaran, kau tidak perlu melakukan itu lagi."
"Kenapa? Kenapa aku tidak boleh membunuh orang yang sudah menyakiti kakakku?"
"(Anjirrr, sudah halu berat dia, aku bilang memberi pelajaran, bukan membunuh tahu. Sumpah, sepertinya dia benar-benar harus stop melihat film aksi dan harus mulai lihat film komedi saja deh) Haaaa, itu karena aku sudah menyuruh teman-temanku untuk mengurus mereka, kau pasti tahu siapa "teman" yang aku maksud ini kan?"
…
…
"Apa mereka sudah melakukannya?"
"Eh, kalau itu ya tentu saja belum lah, aku memang sudah memberitahu mereka garis besarnya dan menyuruh mereka untuk melacak lokasi orang-orang sialan itu, tapi aku melarang mereka untuk bergerak dulu sebelum aku sembuh tahu, karena apapun yang terjadi aku juga harus ikut menghajar para bedebah bangsat itu dengan tanganku sendiri."
"(Orang-orang? Jadi memang benar pelakunya lebih dari 1, kalau memang begitu pasti para pelakunya adalah salah satu geng di wilayah itu, dan kalau memang begitu ceritanya …)"
…
…
"Ah begitu rupanya, ternyata kau mau membereskan mereka rupanya, ahahahahaha, syukurlah, kalau begitu aku tidak perlu membereskan mereka deh," kata Bela kemudian yang tatapannya mulai kembali normal, sehingga aura mencekam yang berasal dari matanya itu pun menghilang.
!!!
"(Sialan! A..aura mencekamnya langsung menghilang setelah dia normal kembali seperti itu dong, di..dia itu punya masalah kepribadian ganda atau ilmu ghoib sih?)" kata Mona yang kaget karena merasa aura mencekam yang membuatnya sesak itu tiba-tiba menghilang setelah melihat temannya itu bersikap normal kembali.
"Ahahaha, maaf-maaf, kamu pasti mengira aku punya masalah kepribadian atau sejenisnya setelah melihat kelakuanku barusan, tapi seperti yang aku bilang tadi, aku benar-benar akan jadi orang yang berbeda jika sudah membahas keselamatan orang yang aku sayangi lho, jadi maaf ya kalau kamu sempat shock," kata Bela sambil tersenyum kecil dan menepuk ke 2 telapak tangannya yang menandakan dia benar-benar ingin meminta maaf.
"(Kampret, walaupun tidak secara langsung, dia tidak menyangkal kalau dia punya masalah kepribadian ya? Dan juga bagaimana dia bisa menebak apa yang aku pikirikan sih?! Sumpah daaah, aku mulai khawatir berteman dengan makhluk yang 1 ini)" kata Mona yang mulai banyak pikiran gara-gara kelakuan temannya itu.
"Jadi, kira-kira apa jaminannya kalau ternyata kau tidak membalas perbuatan orang-orang yang menyakiti kakakku itu Mon?" tanya Bela lagi, tapi kali ini senyumannya mengandung unsur-unsur "keseriusan".
"Wah, kamu benar-benar ingin sekali melihat orang-orang itu menderita ya? Aku tidak mengira kalau ternyata punya sisi sadis juga Bel."
"Kau akan lebih kaget kalau kau melihat diriku yang sebenarnya lho."
?
"He? Apa maksud …"
"Jaminannya?"
"Tunggu sebentar Bel, apa yang …"
"Ja-mi-nan-nya?"
…
...
"Kau bisa melakukan apapun yang kau mau padaku, apa itu sudah cukup?"
Mendengar jaminan yang dikatakan oleh Mona barusan, Bela yang sudah meras puas dengan jawaban yang dia terima itu hanya menghela nafas lega dibuatnya, karena akhirnya dia punya jaminan tentang janji yang dibuat oleh temannya itu, dan karena tidak ada lagi urusan yang ingin dibahas dengan Mona, Bela pun akhirnya memutuskan untuk kembali pulang.
"Ahahaha, walaupun ini memang berbeda dengan rencana yang aku buat, tapi paling tidak beberapa tujuanku sudah terpenuhi, dan karena sudah tidak ada hal lain yang ingin aku bicarakan denganmu lagi, aku izin pulang dulu ya Mon," kata Bela sambil berdiri dari kuris tamunya.
"Eh, ka..kamu sudah mau pulang?"
"Tentu saja, lagipula kan sudah tidak ada yang bisa aku lakukan lagi disini selain membicarakan masalah bu Helda dan juga tentang kakakku tadi. Oh, apa sebenarnya kau benar-benar kangen sama aku sampai ingin aku tetap disini sampai kau sembuh? aku tidak masalah sih demi teman kesayanganku, cuma kamu harus cium bibirku 2x dalam 1 jam selama 5 menit? Gimana?" kata Bela sambil menjilati bibirnya sendiri dengan tatapan yang sexy yang bisa membuatnya masuk jalur prestasi jurusan "Rental Girlfriend"
…
…
"Te...terima kasih untuk tawarannya, tapi maaf, a..aku masih normal."
"Ahahaha, andai aku juga bisa seperti itu."
?
"(He?)"
"Baiklah, kalau begitu aku out dulu, semoga cepat sembuh ya, jadi nanti kita bisa ngobrol dengan anak-anak itu lagi soal hal-hal yang tidak berguna, ahahahaha," kata Bela sambil mulai membuka pintu kamar.
"Anu Bela, boleh aku tanya 1 hal sebelum kau pergi?"
"Oh, apa kau mau tanya berapa ukuran dadaku? Sayang sekali jumlahnya tidak …"
"Aku memang sudah mengatakan jaminannya jika aku tidak menghajar orang-orang itu, tapi apa yang akan kau lakukan kalau aku tidak jadi melakukannya?"
…
…
Mendengar ucapan dari Mona barusan, Bela sempat bersikap acuh dengan tidak mengatakan apapun kepada temannya itu, tapi begitu dirinya selesai membuka pintu dan keluar dari ruangan, sebelum Bela menutup pintunya, tanpa menoleh dia pun berkata …
"Entahlah, coba kau tebak saja hal buruk apa yang mungkin bakal terjadi padamu, ahahahahaha."
Braak
…
…
Setelah Bela menutup pintu kamarnya, langsung saja Mona yang sempat merasa ketakutan dengan sikap Bela yang tidak seperti biasanya itu mulai tergeletak ke lantai karena kelelahan memikirkan semua hal yang baru saja terjadi.
"(Anjir, dari auranya sudah jelas sekali kalau dia tidak bercanda soal dirinya yang ingin banget memberikan pelajaran kepada orang yang sudah menyakiti Akbar itu, tapi memangnya bisa apa dia kalau cuma sendirian? Di..dia tidak mungkin bawa senjata api atau ilmu laduni seperti John Wick kan? Hush-hush! Jangan mikir hal yang ngawur Mon, apa pun yang terjadi, kau harus bisa membereskan orang-orang itu sebelum hal yang tidak terduga terjadi)"
"(Tapi seriuslah, ini pertama kalinya aku melihat dia sekesal itu, memang sejak kapan si Bela punya aura yang menakutkan begitu sih? A..aku harus membicarakan hal ini dengan yang lain, mungkin mereka sudah tahu soal kepribadian Bela yang satu itu)" kata Mona sambil buru-buru mengeluarkan HP nya untuk bicara kepada 2 temannya yang lainnya itu.
Sedangkan itu, di sisi lain, Bela yang berjalan keluar menuju rumah sakit itu masih saja terdiam sambil tersenyum manis itu sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit di kepalanya tentang apa yang akan dia lakukan.
"(Kalau ternyata memang dia akan menghajar para bedebah itu, pasti laporannya akan masuk kedalam kantor polisi, kalau begitu semuanya bisa jadi lebih mudah deh, jadi sekarang aku hanya perlu memikirkan bagaimana caranya aku bisa membunuh mereka dengan cara yang menyiksa banget, ahahahaha)" kata Bela yang di kepalanya sudah muncul sebuah "gambaran" yang sangat berdarah-darah.