Chereads / Helper Club / Chapter 58 - Yang jahat atau yang baik?

Chapter 58 - Yang jahat atau yang baik?

Setelah wanita santuy itu pergi, pak Ramses Daniel atau yang sekarang di panggil "Ramdan" itu sempat merasa ada yang aneh dengan percakapan 2 orang itu barusan, karena itulah diapun sempat bertanya kepada bu Helda.

"Hei Helda, aku cuma ingin memastikan saja, maksudmu soal perjanjianmu dengan si Irwati itu, apa maksudnya soal dia yang kalau tidak memberitahu fakta soal si Akbar itu, kau tidak akan membunuhnya?" tanya pak Ramdan kemudian.

"Yup, you are benar."

"Tu..tunggu sebentar, itu aneh banget tahu, bukannya kalau kau membunuhnya dia jadi tidak bisa memberitahukan fakta itu ke Akbar? Ja..jadi kenapa kau tidak membunuhnya saja dan malah repot-repot buat janji yang menyusahkan itu ha?"

"Hei, mungkin kau kurang peka, tapi kalau dia harus membunuh orang yang tahu fakta tentang si Akbar itu agar rahasiannya terjaga, bukannya berarti dia harus membunuh kita yang tahu fakta itu jugakan?" jawab bu Saraswati.

"Ya..yang kau katakan it..itu be..benar juga sih Sar, ta..tapikan...…..ah maaf, ak..aku tidak akan tanya apa-apa lagi, jadi tolong jangan dengarkan kata-kataku tadi," kata pak Ramdan yang langsung saja bersujud minta maaf kearah bu Helda karena takut kalau pertanyaannya akan memicu hal yang tidak dia harapkan.

"Ahahahaha, kenapa daritadi aku fell selalu dapat pertanyaan which ujung-ujungnya menanyakan apa aku akan kill seseorang atau tidak begini sih? Chill man, Sudah aku tell kalau aku tidak akan membunuh again kalau aku merasa tidak need, lagian yang we bicarakan saat ini is si Irwati tahu, dia pasti punya a lot of cara untuk menyampaikan pesan secara diam-diam kalau she mati, jadi kau bisa anggap saja kalau perjanjian itu sebagai jaminan kami agar tidak saling menggangu urusan masing-masing."

"Aaaaah, kalau kau menggangunya, dia akan membeberkan rahasiamu yang akan buat rencanamu gagal, dan kalau dia menganggumu, kau bisa membunuhnya kapan saja atau membuatnya stress dengan membunuh si Bela, benar-benar perjanjian hidup dan mati ya?" kata Abah Chio ikut berkomentar.

"Yup, itulah kenapa I like bermain-main with dia, karena pasti ada fell tegang-tegangnya gitu, ahahahaha."

"Omong-omong soal ketegangan, kita dapat balasan dari keluarga si Jupri kalau mereka akan menghancurkan sekolah ini untuk membalaskan kematian anak mereka besok pagi, ya aku sudah berusaha menjelaskan kalau kita tidak terlibat secara langsung sih, tapi kalian pahamlah orang tua yang stress karena anakanya mati itu bagaimana?" kata bu Saraswati sambil menunjukan sebuah pesan di HP nya.

"Hei hei, padahal kita sudah bebas dari masalah Polisi, kenapa kita jadi mulai bermasalah dengan mucikari begini sih? Aku tidak masalah dengan rencanamu yang ingin main-main dengan si Akbar, tapi bukannya kita sudah sepakat kalau kita tidak akan terlibat dengan orang-orang bermasalah di kota ini?" tanya pak Ramdan.

"Ahahahaha, maaf ya, aku tidak pernah think kalau ternyata si Jupri itu ternyata berasal from keluarga yang bar-bar, andai "seseorang" more teliti saat memberikan information, pasti kita tidak akan involve dalam hal ini deh," kata bu Helda sambil melirik kearah seseorang.

"Ya-ya aku tahu aku yang salah, karena itu aku akan membantumu menyelesaikan masalah ini sampai tuntas, sekaligus buat catatan detail mengani keluarga anak-anak disekolah ini jaga-jaga kalau ada kasus yang sama terjadi lagi dimassa depan nanti, puas kau sialan?" kata bu Saraswati dengan nada kesal.

"Haaaaaa, terserahlah, yang terjadi biarlah terjadi, karena besok mereka akan menghancurkan sekolah kita, aku bisa menebak kalau kita akan beraksi malam ini seperti biasa, jadi apa yang akan kita lakukan untuk menghadapi mereka nanti malam Helda? Kamu tidak mungkin akan berubah wujud seperti dulu hanya karena musuh kita punya banyak pasukan kan?" tanya pak Ramdan yang sempat was-was dengan rencana bu Helda nanti.

"Don't wory be happy, aku tidak want buang-buang energy sampai change seperti dulu hanya untuk mengatasi geng teri class Ramdan."

"Jadi, apa rencanamu untuk mengatasi orang-orang itu ha?"

"Hehehe, kau know apa yang I pikirkan kan?"

"Kabooom?"

"Yes Ramdan, Kabooom, ehehehehe," jawab bu Helda sambil tertawa dengan nada yang menjengkelkan.

"Dan siapa tadi yang bilang kalau kau tidak akan menggila lagi ha? Sepertinya seseorang disini sedang terkena amnesia jangka pendek ya?" tanya bu Saraswati yang ingat dengan kata-kata bu Helda dimassa lalu.

"And bukannya aku sudah bilang kalau I tidak akan mad kalau tidak perlukan? Apa menurutmu membiarkan orang-orang cruel itu menghancurkan school ini yang nantinya akan menghancurkan rencanaku not termasuk "Perlu" ha? Sepertinya someone disini perlu ke dokter THT dan mulai mencari husband ketimbang main-main with komputer deh, ahahahaha," jawab bu Helda dengan santainya.

!

"Bukan main-main dengan komputer tapi kerja dengan komputer dasar badebah kampret!"

"Saaaaabar, aku tahu kamu kesal, tapi salahmu juga yang mulai cari gara-gara dengan dia," kata Abah Chio sambil mencegah tangan bu Saraswati yang ingin sekali mengarahkan pistolnya ke arah kepala bu Helda.

"Baiklah, kalau begitu aku akan menyiapkan barang-barangnya dulu di rumahku sekaligus kasih info ke Akbar kalau hari ini aku tidak akan membantunya bersih-bersih dulu, eh bentar, tapi di..diakan matanya lagi sakit, me..memangnya sopan ya kalau aku minta orang yang terluka untuk bersih-bersih sendiri … "

"Relax relax, nanti aku akan directly bilang kepadanya kalau night ini kalian berdua not perlu bersih-bersih dulu dengan reason kamu lagi ada acara dan he yang lagi sakit dan butuh rest, tapi ya kalau dia still maksa ingin tetap clean-clean karena ingin mengejar poinnya, ya why harus ditolak? Ahahahaha."

"(Masih saja suka memanfaatkan orang apapun kondisinya, dasar setan gak punya hati)" komentar pak Ramdan dalam hatinya.

"Ya aku tahu, sudah don't banyak bicara lagi, cepat preapare barang-barang yang akab kita butuih Ramdan, karena jujur saja after I read beberapa komik pembunuhan, aku mulai miss sensasi-sensasi orang menderita lho, ahahaha," kata bu Helda yang tiba-tiba saja tersenyum menakutkan.

"(Se..sepertinya aku harus menyiapkan obat pingsan dengan dosis tinggi untuk jaga-jaga deh, ta..tapi bagaimana kalau dia malah mulai mengincarku dan …)"

"Hei, sudenly aku kepikiran lho, menjatuhkan seseorang from lantai 30 then bearalasan itu bukan murderer karena orang itu mati caused by gravitasi itu bisa menjadi ide membunuh gokil yang cool deh, gimana menurutmu Ramdan?" tanya bu Helda kemudian sambil melirik kearah pak Ramdan.

"AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!!!"

Langsung saja pak Ramdan yang mulai ingat kembali dengan kemampuan greget bu Helda yang sempat dia lupakan sejenak itu lari terbirit-birit meninggalkan ruangan itu karena dia takut kalau bu Helda akan mengatakan hal yang lebih mengerikan lagi sampai membuat dirinya terkencing-kencing di celana.

"Seeeepertinya ucapanmu barusan membuatntya takut deh, kau ingatkan kalau dia yang paling penakut diantara kita? aku harap kau berhenti menakut-nakutinya seperti itu, karena jujur itu menjijikan saat melihatnya ngompol seperti anak kecil di umur seperti itu" kata abah Chio yang memperingkan bu Helda tentang sikapnya.

"Ahahaha, maaf-maaf abah, itu cuma joke kok, jadi jangan dianggap so seriously begitu dong, ahahahaha,"

"Ah benar juga, ngomong-ngomong soal si Akbar, diakan disakiti oleh seseorang di tempat club dewasa itu, apa kau tidak mau sekalian membereskan orang itu Hel?" kata bu Saraswati yang teringat dengan kondisi Akbar saat ini ketika pak Ramdan membicarakan si Akbar tadi.

"Well, sejujurnya sih I juga ingin menguliti people yang menyakitinya lalu menjual organ-organnya ke pasar dark, tapi kita tidak tahu who yang melakukannya kan?"

"Ha? Kalau soal itu aku kan bisa mencari tahu lewat … "

"Lagian aku fell sepertinya seseorang akan melakukan tugas itu for me deh, jadi ya kita ignore saja masalah orang yang menyakiti si Akbar ini. Lagian kalian juga knowkan? Menggangu orang balas dendam itu sin."

?

"Meeenfgangu orang balas dendam? Siapa orang yang kau maksud itu?" tanya abah Chio yang penasaran dengan orang yang dikatakan bu Helda barusan.

"Hmmm, entahlah, I sendiri kurang sure, karena kalau bukan si "Wrath", pasti si … "

---

Beberapa jam kemudian, disuatu tempat tersenyembunyi di wilayah Timur.

BUAAAK

BUAAAK

DUAAAK

BRAAAAK

"O..oo..ohok-ohok, am..ampun, ka..kami mohon ampun, to..tolong jangan sakiti kami lagi, AAHHHHH!!"

BUAAAAAK

"Wah-wah, aku pikir apaan sampai dia membawa semua anggota ke wilayah Timur ini, ternyata cuma untuk mencari geng kelas teri seperti ini saja ya?" kata seorang cowok berbadan tinggi yang menggunakan jaket putih tebal sambil menendang perut orang yang memohon ampun tadi.

"Ahahaha, benar, jujur saja aku agak kecewa, karena aku pikir kita bakal melawan mafia atau paling tidak para "BLACK JACK" lho, knuckleku jadi tumpul deh karena kurang mukul orang," kata seorang wanita berambut kuncir 2 yang menggunakan jaket putih berlenggan pendek sambil membersihkan "Knuckle" nya yang sedikit ternodai darah.

"Tu..tunggu, tunggu sebentar, to…tolong tunggu sebentar, ke..kenapa geng paling besar di wilayah barat, "Silver Angel", datang dan menghajar kami? Ka..kami tidak ingat pernah cari-cari masalah di wilayah barat, ja..jadi apa alasan kalian menghajar geng kecil seperti kami ini?" tanya seorang cowok yang menanyakan alasan kenapa dia dan gengnya dihajar habis-habisan.

"Eeeh? Serius? Ka..kalian sendiri bahkan tidak tahu sebabnya? Waaah, padahal aku baru saja mau menanyakan alasannya ke kalian lho," tanya si cewek dengan wajah terheran-heran.

"Se..serius!! La..lagipula tidak mungkin juga geng kecil seperti kami cari gara-gara dengan geng besar seperti kaliankan?! Dan juga kenapa harus jauh-jauh ke wilayah timur dengan seluruh anggota kalian begini?" tanya cowok itu lagi.

"Ya simple saja, karena kalau aku tidak mengajak mereka semua, pasti akan sulit untuk mencari geng kecil seperti kalian di wilayah yang besar ini, dan yang terburuk, kalian pasti akan bisa kabur dan sembunyi dengan cepat."

"Oh akhirnya kau datang juga, aku tidak percaya kau beneran akan kabur dari rumah sakit walaupun sedang terkena DB lho, kamu memang sesuatu banget," kata si cowok berbadan tinggi pada seorang perempuan yang datang menghampirinya.

"Maaf ya aku meminta kalian semua berpencar untuk mencari pada bedebah-bedebah ini, sebagai permintaan maaf karena keegoisanku ini, 2 hari kedepan aku akan minta ayahku untuk beri diskon 30% untuk perbaikan dan modifikasi kendaraan kalian," kata si perempuan itu yang sedang membawa tongkat besi panjang dan menggenakan masker dan pakaian serba putih dari atas sampi bawah, dengan jaketnya yang terbuka sehingga terlihat tank topnya yang berwarna keabu-abuan berserta topi putih bertulisan "G" di kepalanya.

!!!

"(To..to…topi putih dengan huruf G silver, di…dia pasti "Gabriel" pemimpin Silver Angel, ke..kenapa juga orang besar seperti dia datang kesini?! Apa salah satu anggota gengku cari masalah dengan dia?! Ka..kalau begitu seharusnya aku tidak bersalahkan karena yang salah mereka kan? A..aku tidak akan diapa-apakan kan?!)"

"Hei Mon, sebenarnya sih tidak masalah kalau kau meminta kami mencari orang seperti ini, tapi boleh aku tahu kenapa kau sampai menyuruh semua anggota geng kita yang berjumlah 80 orang lebih ini untuk mencari geng kecil beranggota tidak sampai 10 anak ini? Memangnya mereka salah apa denganmu sampai kamu bertindak sejauh ini?" tanya laki-laki berbadan panjang itu lagi.

"Ya, sampai ada rumor yang mengatakan kita bakal bertarung dengan Black Jack lho, karena kita tidak pernah keluar dengan seluruh anggota penuh beginikan? Apalagi sampai ke wilayah Barat begini, pasti mereka sudah melakukan hal membuatmu marah banget ya?" tanya si cewek dengan rambut kuncir 2 itu sambil menginjak salah satu anggota geng yang baru saja dia hajar.

"Yup, benar sekali, saking marahnya aku sampai ingin melemparkan botol ke kepalanya berkali-kali sampai matanya cacat sebelah lho, iyakan ASU?"

?

Pada awalnya, si berandalan yang babak belur itu tidak tahu apa maksud ucapan dari si "Gabriel" yang dia takuti itu, tapi ketika wanita itu datang mendekatinya dan mulai melepaskan maskerya, kagetlah berandal itu ketika tahu bahwa ternyata wanita yang dia takuti itu adalah perempuan yang telah dia ganggu dimassa lalu.

"KA…KAU…KAU!! KA..KAU PEREMPUAN DI BAR ITUKAN?!"

"Hoo, jadi kau belum lupa dengan kejadian itu ya? Well bagus bagus, kalau begitu aku tidak perlu menjelaskan lagi kenapa aku ingin menghajarmukan?"

!!!

Ketika tahu kalau orang yang dia ganggu di massa lalunya itu berada di posisi yang memegang nyawanya, tanpa basa-basi dan malu sekalipun si bos geng itu bersujud sambil memohon ampun kepada Mona.

"MAAF!! AKU BENAR-BENAR MINTA MAAF!! A..AKU TIDAK PERNAH MENDUGA KALAU KAU ADALAH SI "GABRIEL" BOS BESAR SILVER ANGEL!! A..AKU TIDAK TAHU KARENA AKU BELUM PERNAH MELIHAT WAJAHMU SEBELUMNYA!! AK..AKU BENAR-BENAR MINTA MAAF KARENA AKU MENYAKITI KAKAKMU SAAT ITU!! JADI TOLONG AMPUNI AKU!!" kata si bos geng macam jantan yang kita kenal sebagai Argus atau ASU itu sambil bersujud-sujud menyedihkan.

?

"Haa? Kakak?" tanya 80 orang lebih sekaligus itu sambil menoleh kearah Mona dengan pandangan terheran-heran karena mereka tahu ada yang tidak beres dengan ucapan si ASU barusan.

"Yaaah, itu cuma masalah pribadi saja kok, jadi abaikan saja ucapannya barusan," kata Mona yang mulai mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi.

"Tu..tunggu nyonya Gabriel!! A..aku minta maaf!! A..aku akan melakukan apapun yang kau inginkan, ja..jadi tolong jangan … "

"KAU PIKIR BERAPA UMURKU SAMPAI KAU PANGGI NYONYA HA?! DASAR KEPARAT TOLOL!!"

BRAAAAK!!

!

BRAAK BRAAK BRAAK BRAAK BRAAK!!

"He..hei Dwi, memang si Mona itu suka berantem sih, tapi a..apa kamu pernah melihat Mona berantem sampai semarah itu?" tanya cowok bertubuh panjang kepada cewek yang masih saja berdiri di kepala salah-satu anggota geng yang sudah dia hajar yang dia panggil "Dwi" itu.

"Jujur saja Rahmat, aku juga belum pernah lihat dia menghajar orang sebengis itu, saking bengisnya aku yakin kita pasti juga akan senasib kalau kita menggangunya, memang kasihan sama orang yang dia hajar itu sih, tapi lebih baik kita jaga jarak aman deh, lagipula tidak mungkin si Mona itu akan sampai membunuhkan? Jadi tidak perlu khawatir." kata si Dwi kepada cowok yang dia panggil "Rahmat" itu sambil bersikap santai.

"Tapi Dwi, apa kau tidak merasa aneh saat orang itu mengatakan "menyakiti kakaknya" tadi? Kita tahu kalau Mona itu tidak punya kakak dan hanya punya si Lisa adiknya, jadi apa menurutmu orang itu berbohong atau sedang halu karena baru saja kita hajar?"

"Ahahahaha, malahan aku baru saja mau bertanya soal itu ke kamu tahu, ternyata kau sendiri bahkan juga tidak tahu siapa yang dia maksud sebagai kakaknya Mona itu ya? Kalau begitu aku coba tanya saja ke adiknya saj..ah benar juga, inikan sudah tengah malam, dia pasti sudah tidur, ahahaha" kata Dwi yang membatalkan niatnya untuk menelpon si Lisa.

"(Tapi jujur saja aku merasa familiar dengan suasana ini, kenapa saat aku melihat Mona emosi seperti itu aku jadi teringat dengan saat dia yang jadi stress sendiri dikelas dulu setelah dia bertemu dengan si Akbar ya? A..a..apa jangan-jangan yang dimaksud kakaknya itu memang si Akbar?)" tanya Rahmat yang berspekulasi.

Beberapa menit kemudian, setelah akhirnya puas memberikan pelajaran kepada si ASU sampai kepalanya penuh darah, sambil membersihkan tongkatnya dari darah si ASU, Mona pun segera saja pergi berjalan meninggalkan ASU yang terkepar di tanah itu.

"Maaf ya ASU, sebenarnya aku cuma mau menakut-nakutimu saja agar kau tidak macam-macam, tapi karena aku sudah berjanji dengan sahabatku, jadi tolong maaf kalau aku agak berlebihan ya," kata Mona sambil menunduk minta maaf.

"Wow, kau langsung minta maaf kepada orang yang baru saja kau hajar habis-habisan, sungguh permintaan maaf yang anti mainstream sekali," kata Dwi sambil bertepuk tangan.

"(Tunggu, jadi dia menghajarnya bukan karena kemauannya sendiri, tapi gara-gara janji dengan sahabatnya? Apa ini artinya orang itu macam-macam dengan salah satu teman si Mona dan si Mona berusaha untuk melindungi temannya itu? Ta..tapi kenapa orang itu malah menyebutnya kakak? Memangnya siapa teman si Mona yang dia anggap sebagai kakak itu? A..apa salah satu kakak kelasnya?)" kata Rahmat yang malah banyak pikiran mengenai identitas dari si "Kakak" yang dikatakan oleh ASU tadi.

Tapi sebelum pergi, Mona sempat kepikiran untuk menakut-nakuti para geng macan itu agar mereka tidak berulah lagi, karena itulah diapun berbalik sebentar dan berkata …

"Oh ya sebelum kalian melakukan hal yang sama lagi dan nanti akan mendapatkan nasib yang sama lagi, aku akan peringatkan kalian, sebaiknya kalian mulai untuk tidak cari gara-gara dengan seorang cewek lagi, karena mungkin mereka lebih gila daripada yang kalian pikirkan, kalian dengar aku?" kata Mona dengan tatapan yang tajam.

"Woi, kenapa kalian hanya diam saja? KALIAN DENGAR GAK APA YANG AKU OMONGIN TADI DASAR SIALAN?!" bentak Mona yang kesal karena tidak ada anggota geng macan yang menjawab ucapannya itu.

"Anu Mon, se..sepertinya mereka sudah kecapekan gara-gara kita hajar sampai tidak bisa menjawab ucapanmu barusan deh, apalagi orang yang pukuli dengan tongkatmu barusan, ta..tapi aku yakin mereka tidak pingsan, jadi pasti mereka sudah mendengarkan ucapanmu barusan itu," kata Dwi yang berusaha menghibur Mona yang emosi itu.

"Hmmm, logis juga ucapanmu barusan, ok deh, karena urusan kita sudah beres, ayo semuanya! Kita kembali ke markas kita," kata Mona sambil menggunakan maskernya kembali.

"Hei, bukannya kau harusnya kembali ke RS Mon?" tanya Rahmat.

!

"Ah benar juga ya! Aku lupa kalau aku ini baru kabur dari RS, ahahaha, maa-maaf, sudah kebiasaan kalau kita habis jalan-jalan pasti selalu balik ke markaskan?"

"Kalau begitu biar aku saja yang mengantarkanmu ke RS," kata Rahmat yang memberikan tawaran tumpangan ke Mona.

"Ok Rahmat, maaf banget kalau aku meropotkan ya, ahahaha, baik semuanya, terima kasih ya untuk hari ini, sampai bertemu lagi setelah aku kembali dari RS."

"Siap Mona!!"

Dan akhirnya, setelah pertempuran mereka yang lebih mirip ke "penindasan" karena perbandingan jumlah mereka yang sangat berbeda jauh, geng Silver Angel yang merupakan geng terbesar di daerah Barat dengan si Mona yang dijuluki "Gabriel" sebagai pemimpin mereka itu pun kembali menuju markas mereka dengan tenang tanpa mengeber-geber motor mereka seperti geng motor murahahan pada umumnya yang merasa jalan raya itu jalan milik ibu mereka.

"Oh ya Mon, kira-kira kapan kau akan keluar dari rumah sakit?" tanya Rahmat.

"Hmm, jujur saja aku kurang suka ngangur di kamar RS karena tidak ada hal yang bisa aku lakuin selain berbaring dan melihat berita di TV, jadi mungkin 2 hari lagi aku akan minta izin untuk dirawat di rumah saja kalau ternyata aku masih belum sembuh juga,"kata Mona yang menjelaskan rencananya.

"2 hari lagi ya, hahaha, syukurlah kalau begitu, jadi aku tidak perlu lagi jauh-jauh ke RS untuk melihatmu."

Mendengar ucapan Rahmat barusan, si Mona sempat terdiam sejenak karena dia merasakan suatu perasaan aneh dari kata-kata temannya itu, dan saat dia ingat dengan berbagai macam kegiatan yang sering dia lakukan bersama Rahmat, si Mona yang mengira paham maksud ucapan Rahmat barusan itu dengan polosnya berkata…

"Heeeee, begitu ya, kamu kangen main WE sama aku lagi ya? Dasar sialan kau, yang jago main WE itu tidak aku saja tahu. Ya walaupun memang hanya aku sih yang terjago diantara geng kita, jadi aku paham betul lho sama perasaanmu yang tidak suka melawan anak-anak yang skillnya culun itu, karena tidak menarikkan kalau menang karena musuhnya tolol, ahahahahaha," kata Mona sambil menepuk-nepuk pundak si Rahmat.

!

"(AAAHHH!! Bukan dasar cewek tolol! Aku memang kangen, tapi subjeknya bukan main WE nya tahu! Dan kenapa juga aku enggak bisa ngomong terus terang dan malah main kode begini sih?! Sumpah, aku kaya banci saja deh!)" kata si Rahmat yang emois jiwa dan raganya.

"Ok-ok, karena kamu segitu kangenanya untuk main sama aku, aku akan berusaha membujuk pihak RS dan orang tuaku agar aku bisa dirawat di rumah saja, jadi sebagai gantinya, kamu harus nemanin aku main sampai malam ya dasar cowok bedebah, ahahahaha!!"

"(Duh, dia benaran mengira aku kangen main dengan dia dong, kampret dah, sampai kapan situasi friend zone ini akan berakhir sih?)" kata Rahmat yang ingin sekali menangis deras dengan sikap Mona yang tidak peka itu.

----

Setelah kita membahas masalah perkelahian yang tidak berati itu, sekarang kita kembali ke beberapa jam yang lalu, lebih tepatnya pada pukul 9 malam di sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit, ada seorang perempuan yang berjalan keluar menuju taman belakangnya sambil membawa alat penyiram air, dan setelah dia tiba di bawah sebuah pohon besar yang berada di taman belakang rumahnya itu, sambil melihat ke bagian bawah pohon, dia pun mulai menyirami pohon besar itu sambil bercurhat …

"Hei L, maaf banget ya kalau aku jadi lupa mampir, karena belakangan ini aku sibuuuuk banget menyelesaikan masalah-masalah yang menyebalakan, kenapa aku menyebutnya meyebalkan? Ya jelas saja dong, itu karena kak Akbar jadi terluka berat sampai-sampai matanya hampir jadi buta lho, rasanya aku ingggiiiiiin banget memotong tipis-tipis orang yang melakukannya itu lalu menjual organnya ke RS biar tidak mubazir, ta..tapi…tapi…. "

BRAAAAK

Setelah melempar alat penyiram airnya itu dengan keras ke pohon yang tidak salah apa-apa itu, dengan memasang senyum menjijikan, gadis itu pun dengan lantangnya mengatakan perasaan terpendamnya, yaitu …

"… TAPI BANGSAT SUMPAH!!! KAK AKBAR JADI KEREEEN BANGET!! PA..PANDANGANNYA ITU LHOOO!! BENAR-BENAR BIKIN MERANGSANG BANGEET SIALAAN!! LIHAT!! LIHAT WAJAHNYA INI!! A..AKU BAHKAN SAMPAI MANSTRUBASI 7X HARI INI GARA-GARA MELIHAT WAJAHNYA YANG GAHAR ITU LHO!! LIHAAT NIIH!! LIHATLAH INI L!!!" kata perempuan itu sambil menunjukan HP nya yang menunjukan foto Akbar yang mirip seperti bajak laut yang diambil diam-diam oleh teman sekelasnya, yang dimana akhirnya foto itupun mulai menyebar ke grup-grup kelas lainnya sampai menjadi trend topik sekolah hari ini sehingga semua maklukh disekolah itu tahu tentang penampilan si Akbar itu.

Setelah itu, wanita yang sedang berapi-api karena terlalu bersemangat menjelaskan ceritanya itu langsung saja melemparkan HP nya dengan kekuatan penuh ke arah kaca kamarnya yang ada di lantai 2 itu, dan setelah yakin HP nya sudah masuk tepat sasaran, diapun melanjutkan kembali curhatan menjijikannya.

"AAAAAHHH!! SUMPAH DAAAH! GARA-GARA MELIHATNYA SAJA SUDAH MEMBUATKU GILA!! AKU SAMPAI TIDAK BICARA 1X PUN DENGANNYA KARENA TAKUT DENGAN APA YANG TERJADI DENGANKU KALAU AKU SAMPAI BICARA DENGANNYA LHO, APA MUNGKIN AKU AKAN LOMPAT DARI LANTAI 3 KARENA TERLALU BAHAGIA?! AAKKKHH!! KA..KALAU BEGINI AKUKAN BINGUNG HARUS MEMBUNUH ORANG YANG MEMBUATNYA JADI BEGITU ATAU MALAH MEMBERIKANNYA UANG 10 JUTA?! HEI L!! BERITAHU AKU DONG!! AKU HARUS NGELAKUIN APA KE ORANG ITU SETELAH MENEMUKANNYA HA?! AHAHAHAHAHAHA!!!"

?

Setelah menari-nari tidak jelas untuk beberapa detik karena pikirannya yang kacau, gadis yang sudah mendapatkan kewarasannya kembali itu pun mulai bersikap normal lagi, lalu dengan senyuman yang tidak mengandung unsur "menjijikan", dia pun mulai memasang sikap berdoa kepada pohon itu.

"Ahahaha, maaf-maaf, aku jadi sempat hilang kendali, lagian kau yang sudah lama kenal dengan kami pasti tahukan aku ini bagaimana orangnya kalau sudah bicara soal kak Akbar, ahahahahahaha, haaaaaa, karena itulah L."

"Tolong doakan kebahagiaan kami di massa depan nanti ya, agar kami punya anak yang lucu-lucu dan mengemaskan seperti kamu, tapi tentu saja juga tidak sebodoh kamu, hehehe," kata perempuan itu yang berdoa sambil memasang senyuman penuh "ketulusan".