Chereads / Helper Club / Chapter 57 - Sebuah reuni

Chapter 57 - Sebuah reuni

[Jadi itu saja laporan saya hari ini bu Helda]

[Ahahahaha, ternyata that bocah bisa menyelesaikan masalahnya with baik ya, good-good, terima kasih atas kerja samanya ya, I sangat terbantu sekali lho dengan your help itu]

[Karena laporan saya sudah selesai, apa saya boleh izin pergi sekarang?]

[Okay, sampai jumpa besok lagi baby, and make sure kau tetap tidak ketahuan ya, especially dengan "cewek" itu, karena dia benar-benar out from your imagination lho]

[Saya akan berusaha sebaik mungkin, kalau begitu saya undur diri dulu, permisi]

Akhirnya, setelah mengakhiri percakapannya dengan seseorang yang memberikannya sebuah laporan rahasia, langsung saja bu Helda mematikan HP nya dan mulai berpikir tentang apa yang akan dia lakukan setelah ini.

"(Mendengarkan laporan harian about bocah itu sudah done, harusnya sih my rencana setelah ini ya lihat latest anime yang baru aku download, tapi ya mau bagaimana lagi, karena ada guest yang tidak bisa aku abaikan, jadi wait me ya my sweet anime-anime …) Ahahaha, maaf our percakapan terganggu, tadi only sebuah laporan biasa about pekerjaanku, jadi can you ulangi lagi apa yang ingin kau bicarakan with me, oh wahai miss Valkyrie yang perkasa?" kata Irwati sambil menoleh kearah seseorang yang sekarang sedang duduk di sofa di depannya.

Mendengar kata "Valkyrie" keluar mulut bu Helda barusan, bu Irwati sempat merasa kesal dibuatnya, karena kata-kata tersebut mengingatkannya dengan massa lalunya yang benar-benar kelam.

"Hei, kita tidak hidup di dunia itu lagi, jadi berhentilah memanggilku dengan sebuat-sebuatan lama seperti itu dasar wanita sialan," kata bu Irwati sambil melotot.

"Ahahaha, ayolah, kan seru saja kalau kita dipanggil seperti that again, because we serasa jadi lebih muda lagi kan?"

"Berhentilah membahas massa lalu yang tidak berguna itu, sekarang cepat jawab pertanyaanku dasar kamus rusak bernyawa, ada hubungan apa kau dengan mayat muridmu yang mati mengenaskan di klub dewasa kemarin ha?"

Saat ini Irwati sedang melakukan introgasi terhadap bu Helda, karena saat kemarin dirinya menemukan banyak mayat di dalam tempat klub dewasa, dia malah mendapatkan laporan menarik mengenai mayat yang kondisinya paling mengenaskan sampai-sampai sulit di identifikasi lagi, yaitu laporan bahwa ternyata mayat itu adalah mayat dari Jupri Pahsyah yang merupakan anak dari pemilik klub dewasa itu, yang sekaligus juga merupakan murid dari sekolah yang dioperasikan oleh bu Helda saat ini. Tentu saja mengingat siapa bu Helda di massa lalunya, langsung saja bu Irwati datang ke sekolahnya setelah kegiatan belajar berakhir untuk mengintrogasinya secara langsung.

"Ya god, aku kan sudah bilang, I tidak tahu apa-apa, hanya karena I tahu if dia itu anak dari pedagang wanita, bukan berarti aku tahu everthing about dia lho," kata bu Helda yang masih saja bersikeras dengan jawabannya.

"Kau pikir aku akan berubah pikiran setelah kau mengatakan hal itu? Justru sebaliknya dasar idiot!"

"Ahahaha, ayolah Irwati, I know you benci aku, tapi bukan berarti kamu can menuduhku yang aneh-aneh tanpa bukti yang jelas lho, dan lagian daripada acuse me, kenapa kau tidak curiga dengan anakmu sendiri si Bela itu?"

"Hei, Aku tidak pernah bilang kalau Bela ada disana, kecuali kau ada disana, jadi bagaimana kau bisa tahu hal itu ha?" kata Irwati yang mengeluarkan pistol dari saku celananya dan mengarahkannya ke arah kepala bu Helda.

"Lho, memangnya since when aku pernah said kalau aku tidak ada disana, hehehe," Kata Irwati yang malah bersikap santai dengan menaikan kakinya di atas meja dan mulai membaca lagi komiknya.

"Beritahu aku apa yang kau lakukan saat itu Helda."

"Ya bukan hal besar sih, aku cuma help mengantarkan anakmu si Akbar ke RS karena he terluka di bagian eyenya karena perhaps dia habis bertengkar dengan someone di tempat itu, tapi daripada menghukum pelaku yang menghajarnya, aku rasa better kita memuji orang itu deh, karena sekarang dia malah jadi kaya pirate tampan yang menawan lho, ahahahaha," kata bu Helda yang sempat tertawa mengingat bagaimana tampang si Akbar berubah menjadi lebih gahar.

Cklaak!

"Hei, kau masih belum menjawab pertanyaanku sialan, apa yang-kau lakukan-di-sana?" kata Irwati sambil mulai mengeluarkan dan menarik pelatuk pistolnya.

!!!

BRAAAK

?

Irwati hanya terdiam penuh rasa heran, karena secara tiba-tiba muncul 3 orang random yang keluar dari tempat-tempat tidak terduga seperti lemari, dari dalam sofa (?), dan atap ruangan, tapi yang membuatnya terdiam bukanlah kemunculan absurb itu, tapi karena 3 orang yang muncul tiba-tiba itu juga mengarahkan pistol kearahnya.

"Ya ampun, kenapa aku dapat bagian diatas atap sih, aku kan jadi susah turunnya," protes seorang pria berumur 30 tahunan yang muncul dari arah atap.

"Ahahaha, mampus you, lagian who yang menyuruhmu untuk lose ha? Ahahaha," kata bu Helda yang malah menertawakan orang itu.

"SIAPA JUGA YANG MENYARANIN HAL SEMACAM INI HA? BISA TIDAK KAMU TIDAK BERSIKAP KEKANAKAN KAYA BEGINI UNTUK 1 HARI SAJ… eh, tapi kalau kita tidak bagi-bagi posisi, tempat sembunyi kita bakal jadi sempit ya?" kata bapak-bapak itu yang entah kenapa malah bicara sendiri.

"Heeeei Irwati, sudah lama ya tidak bertemu, apa kau masih sulit dijinakan setelah jadi ibu-ibu?" tanya orang tua yang terlihat berumur 50 tahunan yang muncul dari lemari.

"Pfft, hahaha, Ramses Daniel si "Alchemist", Chio Yen si "Shinigami", dan bahkan "Athena", sungguh reuini para penghuni "Lost Paradise" yang mengharukan hati," kata Irwati yang hanya tertawa kecil saja karena melihat beberapa wajah yang sudah lama tidak dia lihat.

"Bukan Athena, uhuk-uhuk .... tapi Saraswati," kata Saraswati yang muncul dari dalam sofa sambil membersihkan beberapa debu yang menempel di rambutnya.

"Dan ya si kak Chio tidak mau merubah namanya karena dia tidak terlalu peduli sih, tapi kalau aku juga merubah namaku lho, sekarang namaku bukan Ramses Daniel lagi, tapi si Ramdan, aku mengambilnya dari 2 kata depan di namaku, gimana? Sekarang aku tidak mirip orang Eropa yang mencurigakan lagikan Irwa….AAAAAH!!"

BRAAAAK

"PFFFTT! AHAHAHAHAHAHA!! MAKANYA DON'T KEBANYAKAN TINGKAH SAAT POSISIMU OPPOSITE BEGITU DASAR STUPID, AHAHAHAHA!!" kata bu Helda yang malah menertawakan nasib temannya itu.

"Mengejutkan sekali orang-orang hebat seperti kalian mengikuti wanita itu, memangnya apa yang dia tawarkan sampai kalian jadi budaknya ha? Terutama kau kak Chio" kata bu Irwati sambil menoleh kearah orang tua yang dia panggil "Chio" itu.

"Seeeebagai manusia yang sudah hidup normal, kamu bisa menyebutnya sebagai "Kebebasan" atau sejenisnya, dan tolong jangan panggil aku kak ya, karena aku merasa tidak pantas dengan umurku yang sudah segini, panggil saja aku Abah Chio seperti yang dikatakan oleh para siswa-siswa disekolah ini, entah kenapa juga aku merasa mulai suka dipanggil seperti itu." jawab si orang tua yang mendeklarasikan dirinya sebagai "Abah Chio".

"Kebebasan ha? Ahahahaha, lucu sekali mengingat siapa orang yang menawarkan kebebasan kepada kalian itu sebenarnya orang yang suka mempermainkan hidup orang lain, apa kalian yakin kalau kalian tidak sedang dipermainkan oleh dia?"

"Ahahaha, Irwati honey, sudah aku tell kepadamu berkali-kali, aku sudah tidak hidup di dunia itu again, ya walaupun still sedikit-sedikit untuk avoid masalah tertentu sih, but percayalah, sekarang kami ini orang nice-nice kok," kata bu Helda sambil tersenyum kecil ke arah Irwati yang sedang ditodongkan 3 pistol dari berbagai arah sekaligus.

"Para murid yang tidak biasa, ada kejadian mengerikan menimpa murid-murid seperti itu, lalu sekarang 4 orang dengan kemampuan di luar nalar manusia muncul, apa yang membuatmu berpikir kalau aku tidak curiga kalau kalian sedang merencanakan sesuatu yang "berbahaya" ha?" tanya Irwati yang masih saja bisa bersikap tenang sambil tetap mengarahkan pistolnya kearah bu Helda.

Mendengar ucapan Irwati yang masih saja keras kepala dan tidak melunak sedikit pun walaupun dirinya mencoba bicara baik-baik, bu Helda dengan wajah cemberutnya yang mengesalkan mulai memberikan saran yang bijak pada bu Irwati

"Hei, sekarang you adalah seorang polisikan? Bukannya that melanggar kode etik pekerjaanmu if kamu menuduh orang tanpa evidence yang jelas? Aku have bukti kalau I tidak bersalah karena membawa si Akbar to the Hospital, sedangkan you apa? KPK sudah fail menangkap koruptor-koruptor lho, tolong jangan buat reputasi pemberantas kejahatan lain seperti Police juga jadi ugly ya, kalau tidak, masyarakat tidak akan believe pada pemerintahaan saat ini dan kekacauan will happen," kata bu Helda sambil melirik sedikit ke arah Irwati tapi tetap focus kepada komiknya.

"Justru karena aku polisi, firasatku malah mengatakan kalau kau pasti merencanakan sesuatu yang tidak-tidakkan sampai bisa membuat kehebohan, apa aku salah?" jawab Irwati simple.

"Hmmm, begitu ya, firasat, ok then, kalau begitu sebagai ex penjahat yang cruel, aku punya firasat kalau sebenarnya anakmu si Bela lah yang sebenarnya merencanakan something diam-diam, bahkan mungkin dia yang malah kill si Jupri itu lho."

!!!

"Hei, aku tahu kalau anakku agak "sesuatu", tapi aku yakin dia tidak akan sampai membakar dan membuat lubang ditubuh seseorang sebanyak 18 lubang, berhenti bicara yang tidak-tidak soal anakku sialan!" kata Irwati yang emosi karena tiba-tiba bu Helda membicarakan si Bela.

"(Jrrr, dibakar dan dikasih 18 lubang? Ya tidak salah juga kalau dia curiga dengan si Helda sih, kan itu memang spesialisnya di massa lalu)" kata bu Saraswati.

"Ahahaha, iya-iya terserah deh, orang jahat seperti kami always salah dan orang baik sepertimu selalu right, jadi selain menolak fact-fact yang sudah aku katakan padamu, apa yang ingin kau do sekarang wahai bu Polisi yang maha right?" tanya bu Helda kembali.

Mendengar pertanyaan bu Helda itu, bu Irwati hanya terdiam sejenak, karena bagaimana pun apa yang dikatakan oleh bu Helda memang benar, dia tidak bisa menuduhnya sembarangan tanpa bukti yang jelas walaupun firasatnya berpikir sebaliknya. Dan akhirnya karena merasa dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dirinya pun memutuskan untuk mengakhiri percakapan mereka.

"Cih, saat ini kau masih bisa bebas karena aku memang masih belum punya bukti yang jelas, tapi ingat, aku akan mengawasimu, jadi persiapkan saja dirimu dasar "Setan" keparat."

"Hehehehe, jangan call aku begitu dong, aku kan jadi mulai ingat massa-massa kejayaanku in past yang menyenangkan itu, dan kalau remember massa-massa itu, rasanya aku jadi ingin melihat blood lagi lho,"

...

...

!!!

Mendengar ucapan bu Helda barusan, langsung saja 4 orang yang berada di dalam ruangan itu mengarahkan pistol ke arah kepala bu Helda, tapi bukannya takut atau sejenisnya, bu Helda malah tersenyum lebar sambil berkata …

"Lho hei? Kenapa you all malah show pistol itu ke arahku ha? Kalian sudah tidak sayang life ya?" tanya bu Helda yang masih saja bersikap tenang dan tersenyum lebar.

"Hmmm, entahlah, firasat?" jawab bu Saraswati dan 2 orang temannya secara bersamaan.

"Pfft, Ahahahaha, ayolah guys, aku cuma kidding, aku tidak akan menggila seperti dulu again kalau aku fell tidak perlu tahu, jadi please jangan terlalu serius begitu dong dasar ashole, nanti gaji kalian akan kupotong lho, ahahahaha," kata bu Helda sambil mengangkat ke 2 tangannya yang menandakan bahwa dirinya itu dalam kondisi tidak berdaya.

"(Itu dia masalahnya kampret, kami gak pernah tahu kapan kamu itu serius atau enggak)" kata 3 orang itu yang 1 pikiran.

"Haaaaa, terserahlah, aku tidak peduli lagi, karena urusanku disini sudah beres, aku akan pergi dulu, silahkan kalian lanjutkan drama bodoh kalian lagi," kata Irwati sambil memasukan pistolnya kembali ke dalam sakunya dan mulai berjalan keluar ruangan.

"Ok, hati-hati ya baby, jangan forget untuk mengecek mobilmu ya, because mungkin ada bom dengan daya explosionnya yang berskala big menempel di place yang tidak kau duga, ahahahaha," kata bu Helda yang entah bercanda atau serius.

?!

"(Hei seriuslah! Yang dia ucapin barusan itu beneran atau tidak ha?)" kata 3 teman bu Helda yang mulai berkeringat dingin mendengar ucapan bu Helda barusan.

"Ah benar juga, mumpung aku masih ada disini, aku mau tanya 1 hal lagi?" kata bu Irwati yang berhenti sejenak karena teringat sesuatu.

"Hilih kintil, bisakah you stop curiga seperti itu? Aku tidak want menjawab kalau ternyata kau masih tanya soal … "

"Ini soal si Akbar, apa dia sudah tahu soal "fakta" itu?"

"Hehehe, tentu saja still belum dong."

"Apa-apaan kau itu? Saat kau datang setelah lama hilang pada saat itu, kenapa sampai saat ini kau tidak ... "

"Irwati, kau masih remember alasan kenapa kepalamu dan your daughter masih menempel di tubuh kalian till saat ini kan? Apa aku perlu mengingatkanmu again tentang perjanjian we dimassa lalu itu?" tanya bu Helda sambil tersenyum lebar.

"Cih, terserahlah, walaupun aku tidak paham dengan semua perbuatan tidak jelasmu itu, aku akan tetap tutup mulut soal hal itu, tapi ingat, kalau sampai sesuatu terjadi pada si Bela, kau orang pertama yang akan aku datangi, mengerti?"

"Ahahahaha, I senang kau menganggap serius perjanjian kita like that, karena kan you sudah kehilangan "husband" tercintamu, jadi jangan sampai kau kehilangan anakmu juga karena kesalahan kecil ya? Karena aku enggak bisa imagine bagaimana ekspresi wajah … "

!

DORR!

"Wah, you hampir membuat anakmu mati perawan tanpa kepala lho, congratulations, ahahaha." Kata bu Helda sambil bertepuk tangan kecil walaupun telinganya tergores sedikit karena tembakan si Irwati barusan.

"Itu peringatan, lain kali aku tidak akan meleset." Kata bu Irwati dengan nada suara yang amat tegas.

"Jaaaaaadi, apa perintahmu Helda? Kepala, kaki, atau atau leher?" tanya Abah Chio yang menunggu perintah dari bu Helda.

"Ahahaha, biarkan saja she pergi, lagian itu salah I juga karena membuatnya paranoid dengan membicarakan her past, jadi kita impas deh."

"Bisa gila aku jika berada disini terus, aku pergi dulu, sampai jumpa para bedebah-bedebah sialan."

Dan akhirnya, setelah memberikan sedikit luka kepada bu Helda karena dia mengingatkannya dengan ingatan kelam di massa lalu, bu Irwati pun pergi keluar dari kantor kepala sekolah dan kembali menuju tempat kerjanya.