"Jadi, setelah 2 hari, kakak masih belum juga menanyakan hal itu pada Nita?" tanya Lisa dengan tatapan jengkel.
"Hei, jangan salah faham ya, setelah kau menelpon pada malam itu, rencananya aku ingin segera menanyakannya langsung soal masalah dia dibully atau tidak tahu, tapi sayang banget malam itu dia cari gara-gara, jadi aku ya malas saja meladeninya lagi soal masalahnya itu," kata Akbar yang tatapannya tidak kalah jengkel.
Yup, kesal adalah perasaan yang dirasakan oleh Akbar sekarang, karena sejak dia mengetahui kabar mengenai fakta kalau ternyata adik kelasnnya itu korban aktifitas bullying oleh teman sekelasnya 2 hari yang lalu dari si Lisa, dia ingin segera memastikannya langsung pada malam itu dengan menanyainya langsung, tapi karena saat itu si Nita malah menendang bokongnya dan akhirnya membuat mereka mulai berkelahi sengit, si Akbar yang agak emosi kondisi kejiwaannya itu memutuskan untuk menanyakan masalah itu pada esok hari demi keselamatan keperawanan si Nita itu.
Tapi, saat kemarin dirinya bersiap untuk menanyainya, dia dikejutkan dengan kabar dari Nita yang ternyata saat itu izin tidak masuk sekolah dan bersih-bersih karena kemarin dia repot mengurus masalah pernikahan. Sehingga sampai saat inipun si Akbar masih belum sempat membicarakan masalah si Nita itu.
"Ok-ok, aku masih bisa toleransi kalau kemarin kakak tidak bisa ngobrol dengan si Nita karena memang saat itu dia tidak masuk sekolah, tapi ayolah, kenapa tadi saat istirahat ke 1 dan 2 kakak hanya tiduran saja diruang club ha? Bukannya itu kesempatan yang bagus untuk membahas masalah si Nita itu."
"Aku gak peduli." Jawab Akabr ketus.
"Kalau kakak malu bicara langsung dengannya, apa kakak tidak tahu kalau fungsi HP itu tidak cuma untuk belajar dan download bokep sajakan? Kalau kakak memang tidak tahu, maka dengan senang hati akan aku katakan kalau HP itu punya fitur Telepon dan SMS yang bisa dipakai untuk berkomunikasi dengan orang lain dari jarak jauh lho," sindir si Lisa.
"(Wow, sama sekali tidak berguna, terima kasih untuk sarannya adik kelas bedebah) Sepertinya telingamu kemasukan koruptor besar Alaska ya? Sudah aku bilang aku tidak peduli dengan nasib si Nita yang dibully atau tidak Lis, jadi tolong jangan repot-repot mengomeliku lagi soal masalah ini lagi, mengerti kau Lis?"
!
"Astaga! Kakak sudah tahu kalau adik kelas kakak itu korban bullying, tapi kenapa kakak bisa-bisanya bilang tidak peduli begitu? Apa kakak tidak punya hati nurani?"
"Apa kakakmu sendiri tahu soal si Nita yang dibully?"
"Eh, ka…kalau soal itu sih sebenarnya aku ingin mengatakannya, tapi si Nita malah melarangku untuk membicarakan hal ini ke kakakku maupun ke guru-guru."
"Lihatkan, dia sendiri yang tidak mau membahasnya bahkan tidak mau orang lain tahu, jadi tidak ada alasan aku harus membantunyakan?"
"Eeeeh!! Ta..tapikan tetap saja kak, massa hanya aku dan teman sebangkuku saja yang harus membelanya ketika dia dibully? Bagaimana kalau suatu hari aku dan temanku tidak … "
"Hei, dengar ya dasar adik kelas yang ingin banget dadanya dipegang, aku ini tipikal orang yang menghargai privasi orang lain lebih dari siapapun tahu, kalau orang itu tidak mempermasalahkan masalahnya, maka aku tidak punya hak untuk ikut campur masalahnya karena masalah itu tidak akan jadi masalah selama tidak dipermasalahkan woi, lagipula kalau memang fakta si Nita dibully itu benar tapi sampai saat ini dia masih menyembunyikannya, bukannya itu berarti bisa dikatakan kalau dia bisa mengatasi masalah itu sendirian atau punya alasan tertentu untuk tidak bisa meminta bantuan orang lain? kata Akbar yang menjelaskan mengenai sikap acuhnya.
…
…
"(Hiiii, kenapa semua ucapannya sangat masuk akal banget sih, akukan jadi bingung harus balas seperti apa ucapannya itu) I..iya sih kak, ta..tapi apa maksud kakak tadi kalau si Nita punya alasan tidak bisa meminta bantuan itu? Justru bukannya aneh kalau dia tidak minta tolong kalau dia kesusahan? Maksudku, alasan macam apa yang membuat orang sampai tidak mau orang lain menolongnya ha?" tanya Lisa lagi.
"Selama kita tahu apa alasannya atau sampai si Nita membicarakannya sendiri, kita tidak punya hak untuk ikut campur, jadi lebih baik kita diam saja menuruti permintaanya yang tidak mau melibatkan orang lain dalam masalahnya itu Lis," jawab Akbar tegas.
"Hei, kalian berdua kenapa bisik-bisik begitu dibelakang? Ayo buruan, kita sudah ditunggu daritadi sama angkotnya lho!"
"Lis, apa kau yakin kalau kakakmu beneran sudah pulang dari rumah sakit? Kalau memang iya, berarti saat ini kita beneran akan pergi ke rumahmu ya," kata Akbar kepada Lisa yang masih saja memikirkan kata-kata epic untuk membalas ucapan Akbar.
"E..eh haa? Oh itu, tentu sajalah, kan aku tadi sudah mengatakannya tadi saat istirahat kalau kemarin siang kakakku sudah mulai dirawat di rumahku."
Yup, benar perkiraan kalian, saat ini Akbar dan 2 adik kelasnnya sedang dalam perjalan untuk pergi menuju rumah si Lisa untuk mengunjungi kakaknya yang ternyata lebih memilih untuk dirawat di rumahnya sendiri daripada di RS, dan tentu saja, sebagai orang yang berpikiran logis walaupun kelakuannya agak "rada-rada sesuatu", Akbar hanya tercengah mendengar fakta itu.
"Wow, padahal rata-rata orang lebih memilih dirawat di RS jika terkena penyakit serius, ini keluargamu yang menyogok pihak rumah sakit agar si Mona dipulangkan atau bagaimana ha?"
"Matamu, kenapa juga keluarga pasien yang sakit harus buang-buang untuk memulangkan keluarganya yang sakit ha? Konsepnya terbalik kakak kelas tolol, lagian ini bukan berarti kami enggak bisa membayar biaya RS kak, tapi kakakku itu sendiri yang bilang kalau dia ingin dirawat dirumah saja tahu, jadi ya bapak dan mamaku mengiyakan saja permintaannya itu," kata Lisa yang menjelaskan dengan nada emosi.
"Haha, sepertinya penyakit DB nya sudah berevolusi sampai dia tidak bisa berpikir jernih deh, aku sarankan agar keluargamu harus siap-siap nomer ambulan RS terdekat kalau scenario terburuk beneran terjadi, karena kita tidak tahu kapan dia akan berubah jadi zombie atau "nyamuk-woman"" kata Akbar yang m
mebayangkan sebuah kejadian yang menegangkan sambil tersenyum sinis.
"Aku tahu kakak tidak bermaksud buruk, tapi tolong kalau kakak beneran khawatir, gunakan kata-kata yang logis dan berstandart MUI, bukan malah mengucapkan kata-kata yang tidak bertanggung jawab begitu," kata Lisa sambil menatap kesal si Akbar.
TUT-TURUU
TUT-TURUU
?
…
[Ya ma, ada apa sampai mama menelpon begini?]
[Maaf ya Lisa, tapi apa mama boleh minta tolong? Saat ini kamu pasti sedang dalam perjalanan pulangkan? Jadi apa nanti kau bisa mampir sebentar ke Supermarket untuk beli mie 10 bungkus, karena pasokan mie kita ternyata habis hari ini]
[Ah baiklah, tapi nanti mama ganti uangku ya]
[Iya iya mama sudah tah….eh apa? Kau bilang apa tadi?..... Kamu sedang sakit lho, memangnya kau boleh makan makanan itu?....Haaaaaaaaa, baik-baik, aku akan minta Lisa untuk membelikannya juga]
[Biar kutebak, kakak pasti minta dibelikan cemilankan?]
[Yup, seperti biasa, dan kamu tahukan camilan yang dia maksud?]
[Memangnya sudah berapa tahun aku hidup dengannya sampai tidak tahu makanan favoritnya ha? Dan kalau dia mau memakan itu, itu artinya saat ini dia sedang main PS dengan mamakan?]
[Mampus!!Rasain tuh jurus mabuk Flava-Flav mama!! Ahahaha!! Dikiranya hanya karena mama sedang teleponan mama enggak bisa bunuh Ice-T culunmu itu ha?! Ahahahaha…eh maaf, kau tadi bilang apa Lis?]
[Haaaaaa, lupakan padahal aku sekarang sedang bersama teman-temanku ingin datang menjenguk, tapi sepertinya mereka tidak perlu khawatir dengan perawan itu ya?]
[Teman yang mau menjenguk? Oh, maksudmu teman-teman sekelasnya atau anak buahnya itu ya? Kalau mereka sih bukannya sudah datang kemarin mal … ]
[Apa mama sudah menyalakan speaker HP mama?]
[Eh? Da..daritadi sudah mama nyalakan sih, jadi kakakmu juga bisa mendengar semua ucapanmu tadi, memangnya kenapa?]
[Yang datang itu si Nita dan Akbar lho wahai kakakku yang sedang sakit keras]
…
…
!!
TREEEK
Mendengar panggilannya diputus secara sepihak, si Lisa yang sebenarnya selama ini menduga kalau ternyata kakaknya memiliki perasaan terhadap si Akbar itu hanya tercengah saja dibuatnya, karena dari apa yang baru saja terjadi, dia berasumsi kalau ternyata dugaan mengerikannya itu benar.
"(Waaaaaaah, pasti kak Mona salah tingkah sampai menutup panggilan teleoponnya begini, padahal aku cuma mengira-ngira saja kalau kakak punya perasaan pada cowok gak jelas ini karena dia sudah berbuat baik pada kakak lho. Sumpah, benar-benar gila banget ya kakakku yang satu ini, baru putus sudah mudah banget jatuh cinta ke orang lain)" Kata Lisa sambil memasukan kembali HP nya ke dalam saku celananya.
"Lisa, boleh aku tanya sesuatu yang daritadi mengangguku sejak istirahat pertama?"
"Eh, tanya soal apa kak?"
"Apa tadi pagi si Nita bersikap aneh atau sejenisnya?"
?
"Haa? Kenapa tiba-tiba kakak tanya soal itu?"
"Ya soalnya aneh saja sih, karena tidak ada angin tidak ada hujan, si Nita tadi saat istirahat bersama datang bareng kamu dan tiba-tiba menyarankan untuk pergi menjenguk si Mona yang sedang ada di rumahmu itu."
"Ayolah, memangnya apa yang salah dari menjenguk teman yang sedang sakit? Apa karena kakak tidak punya banyak teman sampai-sampai kakak merasa asing dengan kegiatan yang berbau persahabatan seperti ini ya?"
"Bukan begitu kampret, maksudku aneh saja karena dia tiba-tiba mengajak menjenguk si Mona yang kebetulan hari ini sedang dirawat di rumahmu tahu, lagian apa kau juga tidak merasa aneh juga dengan … "
"Stop, kakak kebanyakan baca cerita misteri deh, berhentilah bersikap lebay dan ayo cepat kita susul si Nita, dia sudah menunggu daritadi di dalam angkot lho."
Dan akhirnya si Lisa pun segera saja berjalan mendahului kakak kelasnya itu dan masuk kedalam angkot dimana si Nita sudah mengunggu mereka, sedangkan itu si Akbar yang entah kenapa merasa ada yang aneh dengan kegiatannya itu tetap saja bersikap was-was.
"(Sumpah, aku tahu kalau ini sebenarnya cuma acara menjenguk biasa, tapi masalahnya saat aku tadi bercanda menolak ajakan ini, si Nita benar-benar bersikap keras kepala agar aku ikut menjenguk si Mona lho. A..aku tahu kalau dia itu anak yang keras kepala, tapi entah kenapa sikap keras kepalanya saat istirahat tadi itu kok...kelihatan memaksa begitu ya?)" kata Akbar yang sejak waktu istirahat ternyata sudah merasakan firasat yang tidak enak dengan sikap si Nita.
---
Akhirnya, beberapa menit kemudian, setelah melakukan petualangan mencari dragon ball menggunakan mobil angkot dan berbelanja di supermarket terdekat, 3 pelajar itu pun akhirnya sampai juga dirumah si Lisa.
"Wow, aku tidak percaya kalau perjalanan ke rumahku bisa sampai 1 jam begini, padahal biasanya 20 menit sudah sampai," kata Lisa sambil menyeka keringatnya.
"Ya mau bagaimana lagikan, 2 hari yang lalu ada serangan teroris yang sampai menghancurkan 1 gedung dan menutupi jalan utama, jadi wajar saja kalau waktu perjalanan kita jadi lama karena kita harus memutar ke jalan yang berbeda, belum lagi macet karena penganti jalan utama tidak banyakkan?" kata Nita yang memberitahukan informasi mengenai suatu kejadian 2 hari yang lalu.
"Gila, kalau pertarungan antara geng aku masih bisa toleransi karena itu adat negara kita, tapi kalau sampai ada serangan teroris seperti itu, aku jadi mulai mengira kalau kota ini bukan kota sembarangan deh, Apa kota ini menyimpan sesuatu yang berharga seperti soal UN berstatus SANGAT RAHASIA yang sering dijadikan kertas gorengan atau sejenisnya?" kata Lisa yang berspekulasi itu.
"Dan apa kau tahu apa yang lebih gila daripada dokumen sangat rahasia itu Lis?"
"Eh, apa?"
"Rumahmu" kata si Akbar yang kesannya pada rumah si Lisa itu itu mirip anak-anak SMP baru puber yang kaget karena melihat ke 2 orang tuanya keluar dari kamar mandi bersama.
?
"Haaaaaa? Apa maksud ucapan kakak barusan?" tanya Lisa.
"Ya, maksudku memang ada sih sebuah rumah yang disebelahnya ada bengkel motor, tapi serius deh, APA-APAAN PERBANDINGAN YANG SESUATU BANGET INI HA?"
Sebagai manusia normal, tentu saja Akbar merasa keget melihat bangunan yang menurutnya tidak logis, karena saat ini dia sedang melihat rumah si Lisa yang berukuran normal berukuran sekitar 15x15 m yang bersebelahan dengan sebuah bengkel berlantai 2 yang memiliki ukuran sekitar 120x30 m.
"APA-APAAN UKURAN BENGKEL KELUARGAMU INI HAA? MEMANGNYA BENGKELMU INI PABRIK PEMBUATAN UFO DAN MARKAS RAHASIA "COWOK DALAM HITAM" CABANG INDONESIA? KOK GEDE BANGET BEGINI?!!" kata Akbar yang akhirnya ngegas karena kaget itu.
"Hei, jangan bicara ngawur ya, bengkel keluargaku cuma melayani servis mobil dan motor tahu, dan lagipula kalau usaha kami sukses, memang tidak boleh buat bangunan yang besar?" tanya Lisa.
"Ahahaha, kakak mengingatkanku pada diriku dimassa lalu saat pertama kali deh, hanya saja bedanya aku bocor dan kakak tidak, ahahahahaha, haaaaaaa, kenapa aku hina banget sih?" tanya Nita yang merasa putus asa dengan ucapannya sendiri.
"Aku rasa lantai 1 sudah lebih cukup dibuat sebagai bengkel deh, jadi untuk apa lantai 2 nya Lis?" tanya Akbar sambil melihat kearah lantai 2 bengkel itu.
"Oh aku belum pernah bilang ya? Ayahku kan pelatih bela diri, jadi tempat itu dijadikan tempat latihan pencak silat ayahku dan teman-teman dari organisasi bela dirinya."
"(Wow, punya tempat usaha sendiri dan tempat luas pribadi untuk menyalurkan hobinya, ayahmu benar-benar cowok sejati deh)" kata Akbar yang hanya tercengah saja dengan pencapaian ayah si Lisa.
"Omong-omong kenapa bengkelmu sepi ya Lis? Karena terakhir kali aku datang kesini, aku dengar suara bengkelmu itu seperti suara pembantaian massal lho," tanya Nita yang sempat heran karena suara bengkel milik Lisa sangat sepi.
"Ya mungkin saja mereka sedang istirahat atau sejenisnya, sudah jangan banyak bicara lagi, ayo kita segera masuk kedalam rumahku."
Kemudian tanpa mengobrol panjang lagi, segera saja Lisa pergi membuka pintu rumahnya, tapi sayang sekali, karena di saat dia berpikir bahwa acara kunjungan menjenguk ini akan menjadi acara yang normal, hal yang tidak terduga malah terjadi.
"Ma, aku sudah datang dengan teman … "
…
…
WWUUUUUUUUUUUUUUUSSSHHH
!!!
BRAAAAK!!
…
…
"WHAT THE HELL?! APA-APAAN PALU TERBANG BARUSAN IT …"
Dan belum selesai dirinya mengomentari sebuah palu terbang yang hampir mengenainya, Akbar yang baru saja selesai menghindar palu melayang yang sampai membuat dinding di belakangnya retak dengan reflek yang epic itu langsung saja dikejutkan lagi dengan seseorang berawakan kekar yang tiba-tiba berlari keluar rumah dan mulai menyerangnya dengan serangan yang membabi buta.
"JADI KAU ORANGNYA YAA?!! MAMPUS KAU BOCAAAH!!"
"EEEEEEHHH?! A…APA?! A…AKU SALAH APA?!! WAAAAAH!!"
BUAK BUAK BUAK BUAK
DUAK DUAK DUAK DUAK
BRAK BRAK BRAK
!
Kaget, itulah 1 kata yang dirasakan oleh orang yang menyerang Akbar itu, karena walaupun dirinya sudah menyerang dengan kekuatan penuhnya dengan kecepatan yang tidak normal, Akbar yang awalnya agak panik karena tidak tahu apa-apa itu dengan elegannya berhasil menangkis dan menghindari segala serangan yang diberikan lelaki itu dengan berbagai macam teknik yang berbeda-beda.
"(Woi woi woi woi!!! Apa-apaan bocah mata 1 ini? Kenapa dia bisa menghindar dan menangkis semua seranganku haa?!)" kata orang itu yang tercengah dengan Akbar yang berhasil mengelabui serangan bertubi-tubinya.
"(Jiir, orang ini muncul dari balik rumah dan mulai menyerang secara membabi buta, kalau perkiraanku benar, orang ini pasti maling random yang sadar kalau korbannya sudah datang dan nekat menerjang maju kedepan karena tidak ada jalan keluar lagi. Ok, kalau begitu, pertama akan aku butakan dulu mata … )"
"BAPAK!! APA-APAAN YANG KAU LAKUKAN ITU HA?! BERHENTI MENGHAJAR KAKAK KELASKU ITU PAAAK!!" kata Lisa yang benar-benar kaget karena ayahnya memberikan sambutan yang tidak biasa.
...
...
!!!
"(BANGSAAT!! TERNYATA BAPAKNYA TOOH!! HAMPIR SAJA YANG TUHAAAAN!!) A…anuuu, ma..maaf ya bapaknya Lisa, aku yakin ini pertama kalinya kita bertemu, jadi bisa jelaskan kenapa bapak menyerang saya dengan membabi buat seperti ini?" tanya Akbar baik-baik sambil terus menghindar dan menangkis semua serangan orang itu, yang dimana sebenarnya dirinya itu hampir akan melakukan hal yang menakutkan.
"(Anjing!! Bisa-bisanya dia masih bersikap kalem begitu?! Dia meremahkanku ya?) Dasar bocah bangsat! Oklah kalau itu maumu, aku akan mulai serius sekarang, jadi siap-siaplah untuk … "
"APA YANG BARU SAJA KAU LAKUKAN?! BERHENTI MENAKUT-NAKUTI MEREKA DASAR TOLOL!!"
!!!
DUAAASHHH!
Langsung saja pria kekar itu berputar 360 derajat setelah seorang perempuan berumur 30 tahuan keluar dan segera melakukan tendangan putar ke pipi pria itu, hal ini pun membuat 3 anak SMA yang polos itu tercengah karena bingung dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"He…hehehe, maa..maaf ya anak-anak atas sambutannya yang menegangkan barusan, se..sebenarnya su..suami saya ini tidak bermaksud buruk kok, di..dia cuma terlalu paranoid saja karena memikirkan hal yang tidak jelas, ja..jadi mohon maaf ya," kata wanita itu sambil tersenyum canggung dan membungkuk minta maaf.
…
…
"(Woi maklukh yang kalau mau pipis repot banget, kamu mengajakku kesini karena sudah tahu hal ini akan terjadikan?)" kata Akbar yang langsung saja menoleh dan melotot tajam kearah Nita.
"(Sumpah, demi kulit ayam goreng "Purnama", aku tidak tahu apa-apa soal ini)" jawab Nita yang mengeleng-gelengkan kepalanya, seolah-olah paham apa yang dikatakan Akbar melalui mimic wajahnya barusan.
"MA..MA….MAMAAA!! BAPAAAAK!! SUMPAAAAH!! APA YANG BARUSAN SAJA KALIAN LAKUKAN ITU HAAAA?!" kata Lisa yang benar-benar kesal dengan sikap 2 orang tuannya yang barbar itu.