Chereads / Helper Club / Chapter 56 - Di sisi dan waktu yang berbeda (4)

Chapter 56 - Di sisi dan waktu yang berbeda (4)

Setelah dirinya puas menertawakan nasib kakaknya, Lisa harus dihadapkan dengan situasi yang sangat gawat, karena disaat dirinya sedang tertawa, tiba-tiba si Akbar menunjukan HP yang dia sembunyikan di bawah meja yang ternyata sedang di dalam mode Video CALL, dan parahnya lagi orang yang dihubunginya itu adalah si Mona yang saat ini sedang berada di RS, tentu saja hal ini membuat Lisa sekaligus si Nita kaget bukan main.

"KA…KAK MONAAA!!" kata Nita dan Lisa bersamaan.

[Yoo adik-adikku yang tercinta, bagaimana kabar kalian disana? Semoga kalian baik-baik saja ya, pastikan kalian selalu pakai obat nyamuk sebelum tidur agar tidak kena DB seperti aku ya, ahahahahaha]

"Aku tidak suka bahan-bahan kimia karena itu tidak bagus untuk kulitku, jadi bagaimana kalau kamu peluk aku semalaman?" ejek si Akbar sambil tersenyum sinis.

[Aku tidak bicara denganmu bangsat, amit-amit juga aku jadi kakak seorang pemuja kerang ajaib sepertimu]

"Ka..ka..kak Mona, da..daritadi kakak mendengarkan pembicaraan kami?" tanya Nita yang masih saja merasa shock dengan kemunculan Mona yang tidak terduga itu.

[Hmmm, sebenarnya sih aku cuma mulai mendengarkan sejak si Lisa bercerita tentang dirinya yang ternyata diam-diam suka si Jupri saja, jadi aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan sebelum itu]

"(Itu hampir 80% isi pembicaraan kita bambang!! Itu sama saja kakak mendengar semua pembicaraan kami tadi!)" kata Nita yang kesal dengan kata-kata Mona barusan.

Tapi, sebelum dirinya bicara lebih banyak, Lisa yang benar-benar panik dengan kemunculan kakaknya yang tidak terduga itu langsung saja pergi menuju arah pintu untuk pergi dari ruangan itu, tapi kagetlah dia karena dia mengetahui kalau ternyata pintu tersebut sudah di kunci.

"(SI..SIALAN!! SE..SEJAK KAPAN PINTU INI DIKUNCI?!)" kata Lisa sambil berusaha mengedor-ngedor pintu tersebut.

"Waah maaf ya Lis, karena aku tahu kamu bakal lari begitu tahu kakakmu mendengarkan semua percakapan kita ini, tadi setelah kau selesai menggila, aku diam-diam mengasih aba-abah kepada si Nita untuk mengunci pintu itu," kata Akbar sambil tetap tersenyum kecil melihat kelakuan si Lisa yang panik itu.

"(Jrrr, a..aku kira kenapa juga kak Akbar menyuruhku untuk mengunci pintu, te..ternyata dia sudah menebak hal ini akan terjadi ya?)" kata Nita yang akhirnya paham dengan sebab Akbar menyuruhnya untuk mengunci pintu ruangan itu.

"NITA!! CEPAT BUKAIN PINTUNYA DASAR SIALAN!! KALAU ENGGAK, AKAN AKU DOBRAK PINTU INI SAMPAI RUSAK!!" kata Lisa yang benar-benar kacau dan emosional itu.

"Eh!! Ah.. anu, i..itu, ma..maaf banget Lis, a..aku sebenarnya a..agak bingung dengan hal ini juga, ja.jadi…"

"JANGAN BANYAK BACOT NITA!! AKU PALING TIDAK SUKA KALAU KAU BASA-BASI BEGITU!! POKOKNYA CEPAT BERIKAN KUNCINYA ATAU …."

[LISAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!]

!!!

Seketika suasana yang ricuh dan menegangkan di dalam ruangan Helper Club langsung senyap sunyi seperti makam ketika Mona membentak melalui HP Akbar barusan, dan walaupun dari HP, aura ketegasan yang muncul dari Mona sudah cukup membuat orang-orang yang mendengarnya langsung terdiam seribu bahasa.

"(Ga..gawat, kak Mona sedang marah besar! Sepertinya masalah keluarga ini akan berubah menjadi masalah yang berbahaya deh, a..apa aku harus undur diri dari kasus ini? Aku tidak mau mati perawan dulu sebelum punya anak yang imut-imut dan suami PNS tahu!)" kata Nita yang hanya terdiam sambil gemetar ketakutan mendengar bentakan si Mona barusan, sampai-sampai dirinya jadi halu memikirkan massa depannya.

"Hei hei, bukannya berlebihan membentak seperti itu? Lihat hasil kelakuanmu barusan, mereka jadi ketakutan dan membatu seperti mau mati begitu woi, aku bahkan sampai yakin kalau salah satu diantara mereka sempat halu dengan massa depan impian mereka yang absurb dan bikin geli lho."

"(Cok! Terserahlah! Sudah muak aku dengan kemampuan paranormalmu itu! Sekalian bongkar saja semua aibku dasar kakak kelas kampret!)" kata Nita yang makin terdiam dan membatu karena malu.

[Karena aku tidak paham apa maksud ucapanmu seperti biasa, jadi apa kita bisa focus ke masalah utama kita sekarang?]

Mendengar itu, langsung saja Lisa tersenyum kecil karena merasa apapun yang aka dia lakukan setelah ini, hasil yang akan dia dapat tetaplah sama, yaitu "mampus", karena itulah paling tidak sebelum dirinya hancur-sehancurnya, dia memutuskan untuk bersikap "SAKAREPKU".

"Hehehe, baru sekarang mau membicarakan masalahku? Kenapa kakak mulai bersikap menjadi kakak yang pantas begini ha? Apa karena ini berhubungan dengan pacar kakak?"

[Lisa, dengarkan aku … ]

"Ah benar juga ya, pasti begitulah, memangnya sejak kapan kakak peduli dengan masalahku? Kakakkan selalu sibuk dengan urusan pribadi kakak dan perhatian dari orang-orang yang menyukai kakak, jadi mana mungkin kakak benar-benar tulus perhatian padaku."

[Lisa, aku mohon tolong dengarkan .. ]

"Dengarkan? Ahahahahaha! Gak! Aku tidak sudi sialan! Sekarang kakaklah yang harus dengarkan aku! Karena memangnya kakak pikir sudah berapa lama aku jadi orang yang selalu mendengarkan semua pujian orang lain tentang kakak ha? Geli bangsat mendengar semua kata-kata yang tidak ditunjukan untuk dirimu seperti itu setiap waktu, Sekarang kakak ingin aku mendengarkan ucapan kakak lagi? Aha…aha…ahahahahahaha! Haaaaaaaa, sialan, apa kakak tidak pernah sedikitpun memikirkan perasaanku selama ini ha?! Mendengar semua ... "

"Woi, berhentilah play Victim seperti itu dasar adik bangsat."

!!!

Semua mata langsung saja tertuju kearah Akbar, tentu saja mereka langsung melihat kearahnya ketika si Akbar mengatakan kata-kata yang sangat tajam di saat yang tidak tepat, tapi seakan belum puas mengejek si Lisa dengan kata-katanya barusan, langsung saja Akbar mulai memberikan serangan mental yang menyakitkan hati bagi korban yang diejeknya seperti biasa, dan dalam kasus ini, Lisalah korban malang itu pada saat ini.

"Kau tahu sialan? Aku benar-benar jijik mendengar semua omong kosongmu dari sejak kau bercerita tentang kakakmu yang lebih unggulah, lebih dipujilah, lebih dapat perhatianlah, tapi apa pernah 1x saja dia memamerkan hal itu padamu? Karena rasanya dari sudut pandangmu yang sangat senang merendahkan kakakmu itu, aku yakin jawabannya adalah tidak."

"E..eh, it..itu memang benar, ta..tapikan…"

"Lebih Unggul? Dipuji? Dapat perhatian? Dia sudah banyak melakukan hal yang membuatnya pantas mendapatkan semua hal itu, tapi bagaimana soal kau sendiri ha? Memangnya apa yang membuatmu berpikir kau pantas mendapatkan semua itu ha? Memangnya prestasi atau pencapaian apa yang sudah kau raih sampai mengira pantas mendapatkan itu semua ha?"

"(ALAMAAK!!! Ka...kak Akbar sedang kesal berat! A..aku harus menghentikannya sebelum kata-katanya makin menusuk!) Ka..kak Akbar, aku tahu kakak sedang kesal, tapi tol..tolong jangan … "

"HU HUUU, kakakku mengambil semuanya dariku, bahkan cowok yang aku sukai diam-diam dan belum pernah aku ajak bicara langsung juga direbutnya, huhuuu, aku cewek paling malang di dunia ini, huhuuuu, kakakku cuma mementingkan dirinya sendiri, jadi aku harus membuatnya merasakan penderitaanku, huhuuuuu….UUUEEEK! Apakah kau sudah ngaca saat kau mengatakakan kata-kata itu barusan? Jancoklah, bagaimana kamu enggak sakit perut setelah dengar …. Ah maaf, benar juga ya, kamukan orang yang cuma mikir "diriku yang paling bener", jadi pasti lu enggak pernah ngacakan?"

!

[Akbar! Stop! Kata-katamu barusan sudah berlebihan!]

"Lagian kau bilang kakakmu tidak pernah mempedulikanmu? Kalau dia memang tidak pernah peduli padamu, tidak mungkin juga dia akan panik sampai nekat pergi dari RS untuk menyelamatkanmu woi, dan kalau kau memang masih punya otak dan kadar hati 50% keatas, dari sini bukannya kau sudah menyadari kalau semua omongamu itu cuma berasal dari rasa kesal dan paranoidmu yang berlebihkan? Wahai adik keparat bangsat sialan."

Suasanya menjadi hening lagi, semua orang yang berada di dalam ruangan itu benar-benar bingung harus mengucapkan apa setelah Akbar mengucapkan kata-kata yang menyakitkan itu, terutama si Lisa yang kaget mengetahui informasi kalau ternyata kakaknya pergi dari RS untuk pergi menyelamatkannya. Dan karena orang yang diejeknya hanya terdiam tidak memberikan respons apa-apa, Akbar yang masih saja merasa jengkel itu dengan santainya tetap mengata-ngatai si Lisa lagi.

"Hei, kenapa kau diam saja? Kau punya mulut gak? Apa gara-gara kau baru sadar kalau kau itu bocah baper idiot jadi kau tidak mau ngomong lagi? Atau gara-gara semua ucapanku benar sampai kau enggak bisa ngomong lagi? Woi, bicara woi dasar perempuan murahan," kata Akbar dengan tatapan matanya yang merendahkan yang tidak enak untuk dipandang.

[Akbaaar!! Kalau kau bicara lagi! Sumpah! Aku akan … ]

"Ke..kenapa?"

?!

Dan kali ini Akbar pun menghentikan niatnya untuk meledek si Lisa lebih jauh lagi, hal ini disebabkan karena Lisa yang tiba-tiba saja menjatuhkan air mata karena tidak kuat lagi menahan semua ucapan kasar dari Akbar barusan.

"A..aku tahu aku salah, aku sadar banget kalau tindakanku benar-benar salah, tapi memangnya aku bisa apa lagi ha?! Semua perhatian, kasih sayang, dan lainnya sudah direbut sama kakak! Semua orang yang baik padaku pasti tujuannya agar bisa bisa dekat dengan kakak! Aku sudah bersabar! Sangaaat bersabar menerima semua ketidak adilan itu, tapi apa yang aku dapatkan?! SEKARANG TIDAK ADA LAGI HAL BERHARGA YANG TERSISA UNTUKKU TAHU!! JADI UNTUK APA AKU BERSABAR SELAMA INI KALAU UJUNG-UJUNGNYA AKU HANYA AKAN TERUS TERSAKITI HA?!!" kata Lisa yang mengeluarkan banyak air mata karena emosi marah, kesal, dan sedihnya yang bercampur aduk.

"JADI APA AKU TERUS DIAM SAJA MENERIMA KETIDAK ADILAN INI HA?! JAWAB AKU?! APA AKU SALAH KALAU AKU INGIN KAKAK MERASAKAN SEDIKIT DARI BANYAKNYA DERITA DI HIDUPKU YANG PENUH DENGAN KETIDAK TULUSAN INI HA?!"

Setelah mendengar alasan yang terkesan egois dan bullshit itu, sebenarnya si Akbar ingin sekali menghina Lisa sampai tidak sanggup bicara konyol lagi, tapi sayangnya terdapat kejadian yang diluar perkiraannya yang membuatnya jadi enggan untuk melakukan hal itu, yaitu …

"Woi, bisa-bisanya kau mengganggap semua kebaikan yang menimpamu itu tidak tulus, apa selama ini kau tidak memperhatikan sekelilingmu sialan? Kalau yang kakakmu lakukan itu bukan ketulusan, terus kau sebut apa rasa cemasnya saat dia ingin menolongmu walaupun kondisinya tidak memungkinkan seperti itu ha?"

"TAPI APA FAKTANYA?! YANG DATANG MENYELAMATKANKU MALAH POLISI! BUKAN DIAKAN?! KALAUPUN DIA DATANG! MEMANGNYA BISA APA DIA SAAT ITU DENGAN KONDISINYA YANG SEPERTI ITU HA?! DAN LAGIAN KENAPA JUGA DIA DATANG SAAT ITU HA?! INGIN BERLAGAK JADI KAKAK YANG PENGERTIAN AGAR DAPAT PERHATIAN BANYAK ORANG LAIN GARA-GARA BERHASIL MENYELAMATKAN ADIKNYA YANG DICULIK! BEGITU?!"

"Wah sumpah ya, sepertinya kamu terlalu halu sampai enggak bisa mikir dengan benar, hei Mona, apa boleh aku me …. "

[Braaak]

?

"Ha, suara apa barusan it … "

[Braaaak Braaak]

"Eh, suaranya itu dari ….. "

!!!

"MONAA!! APA YANG KAU LAKUIN WOI!!!"

Tentu saja Akbar kaget bukan main, karena di saat dirinya melihat kearah HP nya karena mendengar suara benturan yang keras dari sana, dia malah melihat pemandangan yang mengejutkan dimana ternyata Mona yang saat itu sedang melakukan video Call dan meletakan HP nya dilantai itu ternyata sedang membenturkan keras-keras kepalanya ke lantai, bahkan saking kerasnya darahpun mulai muncul dari dahinya, tentu saja hal yang menakutkan itu membuat Nita dan Lisa panik juga.

"WAAAAAAAAAAAAAHH!!! KA..KAK MONA!! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN KAK?! BERHENTI MENJEDORKAN KEPALA KAKAK KE DINDING SEPERTI ORANG GILA KAK!!" kata Nita yang sangat panik melihat perbuatan Mona itu.

[Braak Braak Braak]

"MONA!! AKU TIDAK MENGERTI APA YANG KAU LAKUIN! TAPI STOP WOI!! ITU ENGGAK LUCU SAMA SEKALI MON!!" kata Akbar yang juga ikut-ikutan panik.

[Braak Braak Braak]

"INI PASTI GARA-GARA KAKAK!! KAN KAK MONA TADI BILANG UNTUK BERHENTI MENGEJEK SI LISA!! TAPI KAKAK MALAH NGEYEL!! KAK MONA JADI KESAL KAYA BEGINIKAN JADINYA!!" kata Nita yang akhirnya malah menyalahkan si Akbar.

"Demi kulit kerang ajaib! Kenapa malah aku yang salah woi! Alasanmu tadi sama sekali enggak masuk akal tahu! Bagaimana bisa dia jadi begini gara-gara … "

[Braak Braak]

?

"AAAAAAAHH!! OK-OK!! KALAU TERNYATA MEMANG GARA-GARA AKU!! AKU MINTA MAAF DEH!! AKU TIDAK AKAN MENGEJEK ADIKMU LAGI!! LISA CANTIK!! LISA CEWEK IDAMAN!! LISA KURUS!! LISA PERAWAN!! LIHAT-LIHAT!! AKU SUDAH TIDAK MENGEJEKNYA LAGI! JADI PLISS JANGAN … "

[Braak Braak]

"WHY??!! APA YANG SALAH?! AKU BENAR-BENAR GAK PAHAM WOI!! AKU KAN SUDAH TIDAK MENGEJEK … "

BUUAAAK!!!

"EJEKAN GOBLOK MACAM APA LAGI ITU DASAR GOBLOKK?!" kata Nita yang langsung saja memukul wajah boros si Akbar.

"ADUUHH!! YA MAU GIMANA LAGI!! AKU KAN MEMANG ENGGAK TAHU APA YANG HARUS AKU LAKUKAN NIT!! JADI JANGAN SALAHKAN … "

[Braak Braak]

"(SUMPAAH! MEMANGNYA ENGGAK ADA ORANG DISEKITARNYA YANG MELIHAT HAL INI APA??!! HELOO!! ADA ORANG YANG SEDANG BUNUH DIRI DISANA WOI!! TOLONGIN NAPA DAH!!)" kata Akbar yang tidak tahu kalau si Mona itu di rawat di kamar tunggal.

[Braak Braak]

"MOOONNN!! STOOOP!! SUMPAH DAAAH!! AKU AKAN LAKUIN APAPUN YANG KAMU MAU!! JADI PLISS JANGAN …. "

"Ber…berhenti."

?

[Braak braak]

"Berhenti!! Berhenti berhenti berhenti berhenti berhenti berhenti!!!!! BERHENTI KAK MONAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!"

[ … ]

??!!

Dan akhirnya, setelah mendengar kata "Berhenti" dari mulut adiknya yang saat ini sedang memasang wajah amat-amat sedih, Mona dengan dahinya yang benar-benar berubah menjadi air mancur darah itu pun sambil tersenyum berkata kepada adiknya …

"Lisa, kalau kau benar-benar sangat membenciku, seharusnya kau tetap membiarkanku melukai diriku agar diriku mampus, tapi kenapa kau malah menyuruhku berhenti?" tanya Mona kepada adiknya yang tidak peduli walaupun darah mengalir deras dari dahinya.

"I..itu..itu ka…karena, itu karena a..aku …"

"Karena sebenarnya kamu tidak terlalu membencikukan?" tebak si Mona sambil tersenyum manis.

!!!

Sesaat, otak superior Akbar yang sempat panik dengan apa yang harus dia lakukan agar Mona berhenti menyiksa dirinya sendiri itu pun langsung bisa menyadari apa yang sebenarnya ingin dilakukan oleh si Mona, karena kalau teori perdramaannya benar, maka yang dilakukan Mona saat ini pasti adalah hal yang akan membuat emosi orang jahat menjadi...Yaaaaa, kalian yang suka lihat drama pasti pahamlah.

"(Cuih, dasar cewek sialan, ternyata begitu toh maksud tindakanmu itu, paling tidak beritahu aku dong sebelumnya agar aku tidak ikutan panik woi dasar sempak)" kata Akbar yang agak kesal karena paham dengan rencana si Mona.

[Kau tahu Lisa, selama ini kita selalu saja bisa mengobrol santai dan bercanda ria layaknya kakak adik yang normal, bahkan karena kau yang selalu bersikap normal tanpa ada sikap yang menyebalkan sama sekali itu, kakak pun mengira kalau memang tidak ada masalah pada hubungan kita sebagai kakak dan adik ini. Tapi maaf, aku benar-benar tidak tahu kalau selama ini kau menyimpan penderitaan yang menyakitkan seperti itu sendirian, aku benar-benar minta maaf karena gagal menjadi kakak yang baik dan pengertian,bahkan aku rasa luka ini belum seberapa dengan semua perasaan kesal yang sudah kamu tahan selama ini]

"Ma..maaf kak Mona, a..aku benar-benar tidak bermaksud….a..aku…aku aku Cuma mau … "

[Tapi Lisa, kakak juga manusia, kakak bukan orang hebat atau jenius yang bisa menebak pikiran dan perasaan orang lain, kakak ini cuma orang bodoh yang bisa mengandalkan kekerasan dan otot untuk menyelesaikan masalah, jadi tidak mungkin kakak bisa tahu masalahmu kalau kau tidak bicara langsung pada kakak]

!!!

"Ti..tidak bicara langsung kata kakak?! Ja…jangan bercanda!! Dengan semua kesibukan kakak dengan orang-orang lain, memangnya kakak punya waktu untuk mendengarkan semua ucapanku?! Lagipula memangnya apa kakak sendiri bahkan peduli dengan perasaanku ha?!"

"(Waah kampret benar si Lisa ini, sistem pertahanannya selalu saja "Kakak egois" "Kakak enggak peduli" "Kakak perawan" dan sejenisnya, memangnya dia tidak pernah berpikir apa, kalau ada saja kemungkinan jika kakaknya itu ternyata terpaksa … )"

[Disaat kita masih SD, bapak pernah meminta salah satu dari kita untuk ikut dengannya ke pelatihan pencaknya, apa kau ingat saat itu Lis?]

Lisa pun terdiam terhera-heran ketika mendengar kalimat kakaknya barusan itu, tentu saja dia merasa heran karena tiba-tiba saja kakaknya membahas masalah massa lalu mereka, tapi ketika melihat kakaknya tersenyum tanpa alasan yang jelas, Lisapun memutuskan untuk merespons ucapannya itu.

"I..iya, aku masih ingat, saat itu kakak ngotot untuk ikut bapak dan bahkan menyuruhnya untuk tidak perlu mengajakku. Ke..kenapa kakak tiba-tiba membahas hal itu ha? Ma..mau pamer kalau sejak kecil kakak sudah suka caper ke bapak dengan menuruti semua kemauannya?" Kata Lisa yang masih saja berpikiran negative tentang kakaknya.

[Hahaha, jadi selama ini kamu menganggapnya seperti itu ya? Ya tidak salah juga sih, kamu kan masih kecil saat itu, jadi wajar saja kalau kamu bisa salah paham seperti itu]

?!

"Sa..salah paham? A..apa maksudnya itu?!" tanya Lisa yang kaget dengan pernyataan kakaknya barusan yang mengatakan bahwa dirinya telah salah faham.

Dan melihat adiknya mulai termakan kata-katanya, Mona yang sebenarnya tidak mau memberitahu kebenaran dari beberapa kejadian di massa lalunya karena merasa itu bukan hal yang penting, akhirnya memutuskan untuk membeberkan itu semua karena dia tidak ingin hubungannya dengan adiknya menjadi lebih buruk.

[Kau tahu, sebagai kakak yang sering bermain denganmu saat kecil, aku tahu apa yang kau suka dan apa yang kau tidak suka lho, dan salah satu dari hal yang tidak kau suka itu adalah berkelahi, buktinya saja sampai saat ini kau tidak pernah ikut nonton bareng kalau filmnya bergenre action kan? Ahahahaha]

"(Hmmm, tidak suka berkelahi tapi suka cari "masalah", sepertinya memang ada yang tidak beres dengan kejiwaan si Lisa ini, apa karena dia terlalu suka lihat film psikolo …. Hush-hush-hush! Sadar woi! Ini bukan waktunya untuk mikir hal yang halu begini!)" kata Akbar yang sempat terahlihkan pikirannya dengan hal yang tidak penting.

[Karena itu, saat tahu kalau bapak ingin membawa kita ke tempat latihanya, kakak mengajukan diri sendiri untuk ikut dan memintanya untuk tidak perlu membawamu, karena kakak tahu kamu tidak suka hal yang begituan, dan jujur saja, itulah awal bagaimana aku bisa jadi atlit pencak silat sampai saat ini, karena sejak saat itu bapak mulai memaksaku untuk ikut latihan dengannya, ahahahaha]

Sedangkan itu, Nita yang baru saja mendengarkan penjelasan dari Mona barusan sempat merasakan ada yang aneh, karena ucapan dari si seniornya barusan terasa seperti menyampaikan suatu informasi yang tersirat.

"(Se..se…sebentar, dari cara bicaranya barusan, kenapa aku merasa kalau kak Mona berkorban demi adiknya ya? A..apa akunya saja yang terlalu overthingking atau memang … )"

[Bukan hanya itu saja, disaat kau diejek oleh teman SD mu saat kelas 5 dulu, aku capek-capek latihan sepak bola agar aku bisa mempermalukan anak itu karena kalah tanding denganku, lalu disaat kamu diganggu anak berandal yang menyatakan cintanya padamu saat SMP tapi kau tolak dia mentah-mentah, kamu tahu kenapa dia berhenti menjahilimu? Itu karena aku sampai nekat bertengkar dengan dia dan 5 temannya agar dia berhenti menggangumu. Kemudian pada waktu kau ada di kelas 9, kau pernah bilang kepada ibu dan ayah kalau kau ingin ganti HP karena sudah ketinggalan zaman, karena itulah aku jadi mulai membantu ayah kerja dibengkel agar ayah mau membelikan HP baru untukmu, karena aku berpikir pasti anak perempuan yang benar-benar "normal" sepertimu pasti memerlukan HP yang canggih untuk berteman dengan anak perempuan "normal" lainnya]

Jangankan Lisa, Akbar dan Nita sendiri saja bahkan sampai bingung harus merespons apa mengenai semua ucapan yang baru saja dikatakan oleh Mona barusan, karena dari ucapannya barusan, mereka semua bisa tahu kalau ternyata sebab Mona menjadi seorang "Mona" adalah karena dia melakukan hal-hal yang baik demi adiknya, yang dimana di titik inilah si Lisa tidak menyadari sebab dari kesalahannya sendiri.

"(Wah-wah, kata-kata itu pasti menusuk banget, karena sekarang terkesan si Lisa yang menjadi sebab semua masalah ini deh)" kata Akbar yang menatap tajam ke arah Lisa yang masih saja terdiam.

[Dan bukan bermaksud belagu atau sejenisnya Lisa, karena rasanya aku sudah terlalu banyak memberimu banyak bantuan yang tidak kau sadari yang dimana semua bantuanku itu akhirnya malah membuatku menjadi sosok "terkenal" yang kau benci itu, bukannya agak keterlaluan kalau kau mengatakan kalau aku adalah sumber masalahmu? Ya maksudku, aku jadi begini juga karena aku membantumukan?]

"(Yap, dia benar-benar mengatakannya, jadi apa yang akan kau lakukan agar bisa kabur dari situasi ini, oh adik kecil yang menyedihkan?)"

Kalian tahu kondisi kepala Spongebob saat berusaha mencari namanya yang dia lupakan karena dia terlalu focus memikirkan hal-hal yang berhubungan menjadi pelayan sempurna di episode "Homina-Homina-Homina?", Ya, kondisi itu sedang terjadi tidak hanya di kepala Lisa, tapi juga di hatinya, tentu saja hal itu terjadi karena Lisa benar-benar panik, bingung, gelisah, dan sekaligus cemas dengan apa yang akan dia lakukan saat ini setelah mendengar fakta mengejutkan yang tidak pernah dia duga karena terlalu dibutakan oleh nafsunya selama ini.

Rasa bersalah, penyesalan, malu, takutpun akhirnya mulai bercampur aduk di dalam perasan Lisa yang mulai membuatnya berkeringat dingin bahkan sampai sesak nafas.

"Haa….haaa…a…aku…aku, ak…aku tidak tahu, a..aku tidak per…pernah tahu tentang hal i..itu, a..aku…aku be..benar-benar tidak tahu hal itu sa..sama sekali, a..aku..."

"(Oh lihat itu, si gadis suci yang berlagak menjadi korban sekarang mulai jadi gila, kalau begitu lebih baik semua percakapan ini diakhiri dulu sebelum dia … )"

[Tapi ya ini salahku juga sih, karena akukan membantumu walaupun kamu tidak memintanya, jadi aku ya tidak bisa menyalahkanmu karena aku menjadi wanita seperti ini sekarang, lalu parahnya lagi aku juga tidak peka kalau ternyata selama ini semua bantuanku malah membuatmu kesal dan terganggu seperti itu, ahahahaha, a..aku benar-benar gagal jadi kakak yang pengertian ya?]

!!!

"Ti..tidak!! Bu..bukan begitu kak Mona!! A…aku .. "

[Kamu salah karena kamu salah mengira aku orang yang menghancurkan hidupmu, dan aku juga salah karena tidak pernah tahu kalau ternyata selama ini semua perbuatanku untuk membantumu malah berakhir menyakitimu, jadi kesimpulannya adalah tidak ada yang benar diantara kita berdua Lis, karena itulah … ]

Lalu sambil menyeka sedikit darah yang mengalir di sekitar matanya, sambil tersenyum manis dan meneteskan air mata, si kakak yang telah melakukan banyak kebaikan tersembunyi kepada adiknya itup un berkata …

[Ayo kita berbaikan dan main bareng lagi, karena kita juga sudah lama tidak keluar main bareng karena urusan kita masing-masingkan? Hehehe]

!!!

Menyesal, itulah hal yang pertama kali muncul dari hati nurani si Lisa yang paling dalam setelah mendengar ucapan kakaknya yang sangat tulus itu, dan karena tidak bisa menahan rasa bersalahnya lagi yang membuat hatinya sesak, Lisa yang sudah sangat-sangat menyesal dengan semua perbuatannya itu pun langsung saja menangis deras.

"Hu….hu...…huhuhu, a…ak..aku…aku...…aku minta ma..maaf, ak..aku minta maaf, aku benar-benar enggak bermaksud u..untuk…uhuhuhu… untuk menyakiti kakak, a..aku cuma ...…aku cuma ingin...ukkh..uhuhu... aku cuma ingin ketulusan kak….uhhuhuhu," kata Lisa yang terisak-isak karena rasa bersalah dari semua perbuatannya.

[Sudah jangan bersedih lagi Lis, kakak tidak marah kok padamu, lagian aku kan juga sudah bilang kalau aku juga salah karena tidak peka dengan perasaanmu itu, karena itulah mulai sekarang aku akan mencoba menjadi kakak yang tulus seperti yang kau inginkan, jadi tolong jangan sembunyikan apa-apa lagi ke kakak ya, agar kakakmu yang bodoh ini tidak melukaimu tanpa sadar lagi]

!

"HU…HU…HUUUUUAAAAAAAAAAAAAA!! MAAF!! MAAFKAN AKU KAK MONA!! A..AKU BENAR-BENAR MINTA MAAF!!! HUAAA!!"

Air mata mengalir deras ke wajah sang adik kecil yang baru saja menyesali perbuatannya, membuat orang-orang disekitar menjadi tersentuh dengan moment keluarga yang hangat dan mengharukan itu.

"(Huhuhu, si…sialan!! Benar-benar menyentuh banget bangsat! Rasanya aku jadi ingin punya kakak deh!)" kata Nita yang ikut-ikutan menangis karena merasakan perasaan kakak dan adik itu.

"(Aaaaah, bel masuk sudah berbunyi 15 menit yang lalu ya? Karena situasinya terlalu tegang, aku jadi tidak sadar deh kalau kita sudah kelamaan disini, tapi ya kalau dengan sedikit waktu itu bisa memperbaiki hubungan keluaga menjadi lebih baik untuk jangka waktu yang panjang dimassa depan, sepertinya itu worth it deh)" kata Akbar yang hanya tersenyum kecil melihat kelakuan 3 wanita baperan itu.

Dan akhirnya, dengan berakhirnya seluruh masalah drama bocah SMA yang diluar akal sehat dan cara penyelesain masalahnya yang sangat ruwet seperti pelajaran Matematika berbahasa Arab, maka dengan ini, permintaan dari 2 kakak beradik yang sempat saling bertentangan itu pun dinyatakan telah "TERPENUHI".