Chereads / Helper Club / Chapter 55 - Di sisi dan waktu yang berbeda (3)

Chapter 55 - Di sisi dan waktu yang berbeda (3)

Kembali ke saat ini.

"(Heee, jadi dia memang memberitahu nama si Jupri kepada bu Helda pada saat itu rupanya, terselesaikan sudah misterinya)" kata Akbar yang memahami sesuatu ketika selesai mendengar cerita Helda yang memberitahu nama dari orang yang disukainya itu.

"Eh sebentar, a…aku masih belum paham, bagian apanya dari ceritamu barusan yang membuktikan kalau kakakmu itu mencuri si Jupri darimu ha?" tanya Nita yang masih tidak paham soal masalah percintaan yang ribet ini.

"Aku belum selesai bercerita tahu, jangan hentikan omongan orang kalau orang itu belum bilang selesai dasar tolol," kata Lisa yang masih saja memendam rasa jengkel.

!!!

"(Sialan!! Bisa-bisanya dia panggil aku tolol dengan mudahnya seperti itu! Walaupun aku tahu pikirannya agak kacau, tapi bukannya itu sudah kelewatan? Apa boleh aku memukul kepalanya 1x agar dia mulai bisa menjaga mulutnya?)" kata Nita yang memberikan isyarat mata yang mengatakan "Let me punch this bitch face" kepada Akbar.

"(Sabar, kenyataan memang sering kali menyakitkan, jadi jangan sampai kamu membuat Lisa mengatakan fakta-fakta menyakitkan tentang dirimu lagi, bisa-bisa kamu ngompol karena tidak kuat dengan serangan mental dari fakta yang dikatakan oleh Lisa nanti)" kata Akbar sambil tersenyum dan mengelengkan kepalanya.

"(Aku tidak tahu kenapa, tapi kok tiba-tiba aku jadi ingin memukul wajah kak Akbar barusan ya?)" kata Nita yang sensor bulu hidungnya menebak kalau si Akbar baru saja mengatakan hal yang tidak-tidak.

"Well-well, sepertinya semua jawaban akan berada di ceritamu setelah ini Lis, jadi tunggu apa lagi? Silahkan lanjutkan ceritamu yang menunjukan kalau ternyata si Mona bukan cewek yang bersifat baik-baik walaupun faktanya dia memang tidak baik-baik saja kelakuannya," kata Akbar yang mempersilahkan Lisa untuk melanjutkan ceritanya.

----

Di massa lalu.

Lalu, beberapa hari kemudian, setelah hari di mana Lisa telah mengeluarkan unek-uneknya tentang kakaknya sekaligus memberitahu kepala sekolah tentang orang yang dicintainya, diapun sekarang berada didalam perjalanan menuju ruang kepala sekolah kembali karena dia mendapatkan panggilan mendadak dari speaker sekolah bahwa bu Helda ingin bertemu dengannya.

Tentu saja hal ini membuatnya merasa heran, karena bukannya aneh kalau seorang yang tidak punya prestasi tertentu dan nilai pas-pasan secara mendadak dipanggil oleh kepala sekolah bahkan sampai menggunakan speaker sekolah? Karena itulah si Lisa sempat menduga kalau pasti bu Helda mau membicarakan soal kakaknya.

"(Hahaha dasar sialan, paling aku disuruh mengambil ijazah penghargaan kakak lagi, kenapa rasanya makin lama kok aku merasa jadi sebagai pengatar barang kakak begini ha? Apa aku perlu bicara tegas agar bu Helda berhenti memanggilku seperti kurir barang dan menyuruhnya untuk menunggu sampai kakakku sudah dat….eh sebentar, tapi kakakkan sudah kembali sejak kemarin, jadi buat apa bu Helda memanggilku ke ruangannya?)"

Kemudian, setelah berjalan sambil memikirkan hal-hal yang tidak penting, Lisapun sampai di ruang kepala sekolah dimana bu Helda sedang menungguinya sambil membaca komik berlabel 18+, tapi yang membuat dirinya heran bukanlah cover komik itu yang sangat merangsang, tapi karena dia melihat wajah bu Helda yang tiba-tiba saja terlihat panik (?) saat 2 mata mereka saling bertatapan.

"A..ahh, Lisa ternyata, a..aku sudah menunggumu lho, si…silahkan duduk dulu," kata bu Helda sambil buru-buru memasukan komiknya kedalam laci meja dan bergegas mempersilahkan Lisa duduk dibangku tamu yang tersedia.

"(Kenapa dia panik begitu? Apa karena dia tahu kalau aku melihat gambar cover komiknya yang sesuatu sekali itu? Tapi entah kenapa rasanya tidak begitu deh)" kata Lisa yang merasa aneh dengan sikap khawatir bu Helda.

Lalu, setelah dirinya duduk, bu Helda yang juga sudah duduk dihadapan Lisa masih saja terdiam dan bertingkah risau, tentu saja hal ini membuat Lisa makin merasa heran, karena sikap kepala sekolahnya benar-benar berbeda 180 derajat dari biasanya.

"(Seriusan, kenapa dia terlihat khawatir begitu sih? Memangnya aku atau dia sudah melakukan apa sampai dia jadi seperti itu?) A..anu bu Helda, ma..maaf jika aku tidak sopan karena bicara duluan, ta..tapi kenapa ibu terlihat panik begitu ya?" kata Lisa yang akhirnya memberanikan diri untuk bicara terlebih dahulu.

"Eh?...Ah! Ma..maaf, i..i bukannya panik or sejenisnya, ta..tapi lebih tepat ibu confuse apakah I boleh said hal ini atau tidak," kata bu Helda kemudian yang akhirnya mulai bicara walaupun masih berikap panik.

"Suatu hal? Memangnya ada hal yang mau ibu bicarakan dengan saya? Apa ini soal masalah ijazah kakak saya lagi?"

"Bukan, a..aku know kalau ini agak to far, tapi ac..actually I memanggilmu karena want memastikan sesuatu saja."

?

"Memastikan sesuatu?"

"Yes, dan sorry jika aku terlihat like person who suka ikut campur masalah orang lain, but aku rasa masalah ini akan jadi fatal if aku tidak memberitahukannya to kamu."

"(Hei-hei, tunggu sebentar, ikut campur masalah orang lain? A..apa yang dia maksud itu masalahku? Tapi seingatku aku tidak punya masalah yang "fatal" sampai membuat orang jadi se khawatir ini lho, memangnya masalah apa yang dia maksud itu?) Anu bu Helda, kalau boleh tahu, masalah apa ya yang ibu bicarakan? Karena setahu saya, saya tidak punya masalah yang besar sampai perlu dicemaskan orang lain kok."

Mendengar pertanyaan Lisa yang mulai merasa heran dengan semua aktingnya yang dia buat-buat, bu Helda yang sedang menikmati ekspresi wajah bingung muridnya itupun melanjutkan kembali aktinya untuk menjalankan rencana kejamnya.

"Anu, y..you masih ingat dengan nama person yang kamu sukai?"

"Maksud ibu si Jupri?"

"Ya, se..sebenarnya itu…a..ada problem yang melibatkan your sister dengan si Jupri ini, da..dan mungkin masalah itu akan enough for membuatmu marah, ja..jadi apa kau yakin still want mendengarnya?"

?!

"Eh, a…APAAA?! MEREKA BERDUA KENAL SATU SAMA LAIN?! WHY?! HOW?! APA YANG TERJADI SAMPAI MEREKA BISA SALING KENAL BEGITU?!" kata Lisa yang langsung saja menggila ketika tahu kalau kakaknya ternyata berhubungan dengan si Jupri.

!!!

"(Wow anjim!! Her reaction melebih dugaanku dong, kalau begini sepertinya drama ini akan become mooooore menarik deh, ehehehehehe) Well, aku akan explain ke kamu, but tolong jangan angry dan merusak this room property ya."

Kemudian, sambil berusahan menahan senyuman licik di bibirnya, bu Helda pun mulai menceritakan kejadian "BUATAN" yang terjadi saat kemarin siang, yaitu disaat dirinya bertemu dengan Mona untuk membicarakan sesuatu.

----

Kemarin.

"(Kira-kira kenapa aku dipanggil oleh bu Helda ya? Apa karena ada lomba bela diri dan aku dimintai lagi untuk mewakili sekolah?)" tanya Mona yang penasaran karena dirinya tiba-tiba dipanggil bu Helda ke kantornya.

Akhirnya, setelah dirinya sampai di dalam kantor kepala sekolah, Monapun bisa melihat kalau bu Helda sudah mempersiapkan sambutan yang hangat untuknya, hal itu bisa dilihat dari banyaknya makanan di meja bu Helda dan adanya sebuah banner yang bertulisan "SELAMAT ULANG TAHUN WELCOME THE CHAMPION".

"TARAAA!! CONGRATULATIONS UNTUK YOUR KEMENANGAN DI PERTANDINGAN TINGKAT NASIONALMU YA MONAAA!! AKU TAHU IF PERTANDINGAN ITU TO EZPZ BUATMU!!" kata bu Helda sambil mulai meniup terompet kecilnya.

"(Waaaah, aku tersentuh sekali dengan kelakuan bocah dewasa ini, ketawa dosa enggak ya?) Te..terima kasih bu Helda atas sambutannya, saya tersentuh sekali dibuatnya," kata Mona yang berusaha untuk menahan tawa saat melihat tulisan baner yang sesuatu sekali itu.

"Your welcome my girl, nah kalau begitu ayo kesini, silahkan enjoy your hadiah! Maaf ya kalau I Cuma bisa ngasih food murahan like this."

"Eh, ja..jadi ibu mengundang saya kesini hanya untuk merayakan kemenangan saya? Ti..tidak ada alasan yang lain?"

"Ya iyalah, what do you pikirkan setelah melihat banner diatas itu jika not merayakan your victory ha? Merayakan ulang tahunmu?"

?

"Pfftt, ahahaha, ma…ma..maaf bu Helda, saya tidak mengira kalau seorang kepala sekolah bisa sampai sejauh ini merayakan keberhasilan muridnya, jujur saja me..menurut saya ini adalah hal yang tidak biasa lho."

"Ah berhenti bacot, ayo hurry kesini dan makan keburu waktu restnya habis dasar cowok barbar tanpa bird, ahahahahaha!"

"(Sumpaaaaaaaaah, benar-benar bukan hal yang biasa bangeet sialan, rasanya ingiiiiin banget aku tolak dan sekalian kutendang pantatnya, tapi sayang dia orang berkebutuhan khusus) Ah, i..iya, ba..baiklah bu Helda."

Dan akhirnya, sambil berusaha menahan rasa kesalnya, bu Helda dan Mona pun mulai memakan camilan yang tersedia di atas meja sambil membicarakan masalah pertandingan yang akan diadakan di waktu yang akan datang.

Tapi, setelah beberapa menit membicarakan masalah pertandingan, bu Helda yang memulai operasi rencananya itupun tiba-tiba menganti topik pembicaraan dengan topik yang lebih intes.

"Oh iya, Mona, apa you sudah punya pacar?"

!!!

Langsung saja Mona tersedak karena terlalu kaget dengan pertanyaan bu Helda barusan, bagaimana dia tidak kaget, karena saat beberapa menit yang lalu mereka focus membicarakan karir dan jadwal pertandingan yang akan dilakukannya dimassa depan sambil memakan camilan, tapi tiba-tiba saja muncul pertanyaan deadly yang benar-benar keluar dari topik pembicaraan bagaikan serangan Negara Api.

"O..ohok-ohok, haaa?…uhuk-uhuk....haa…..Haaaaaa?! Maaf, tapi ta..tadi ibu tanya soal apa?" tanya Mona tersedak-sedak itu.

"Apa kau punya boyfriends?"

"Boyfriends? A..ah! Maksud ibu teman cowok ya? Ka..kalau teman cowok aku memang punya bany…"

"Pacar."

!

"(Bangsaaaat! Aku kira dia ngelawak, tapi dia ternyata beneran tanya soal itu dong!) Ah..ahahaha, ma..maaf bu Helda, bukannya saya bermaksud tidak sopan atau bagaimana, ta..tapi kenapa tiba-tiba saja ibu membicarakan masalah ini ya?"

Mendengar pertanyaan yang sudah diprekdisi akan muncul dari mulutnya si Mona itu, sambil tersenyum kecil bu Helda pun mulai menghipnotis si Mona dengan kata-katanya yang manipulative itu.

"Well, sebenarnya I penasaran saja sih, kau kan termasuk 1 of 4 queen di sekolah ini yang dipuja-puja banyak Fakboi, jadi kira-kira cowok like what yang akan menjadi pendamping live kalian yang punya skill-skill amazing ini sampai mati nanti ya? Apa mereka produk local dengan standart SNI saja? Ataukah mereka seorang "King" dari Negara "Wakanda Forever"?"

"(Hei, itu Rasis! Memangnya apa salahnya juga kalau mencintai produk lokal? Cowok made in Indonesia tidak buruk juga tahu) Ah…ahahaha, kalau masalah kekasih, aku kurang paham dengan teman-temanku yang lainnya, tapi kalau soal a..aku sendiri, aku belum punya bu."

"Oooooh, begitu," jawab bu Helda sambil menatap Mona dengan tatapan kosong.

"(Apa-apaan matamu yang seperti berkata "Duh masih muda kok belum punya pacar, menyedihkan banget kamu sebagai perempuan" itu ha? Apa kau kau mau cari ribut hai orang tua?)" kata Mona yang hatinya membara panas tapi bagian luarnya memasang senyuman yang menyegarkan hati.

"Sebenarnya I tidak mau ikut campur problem cinta orang lain sih, tapi as orang yang sudah berpengalaman dengan masalah love-love an begini, apa kau mau aku help untuk mendapatkan pacar Mon?" tanya bu Helda sambil melanjutkan kegiatan memakan cemilannya itu.

?

"Haaaaaa? Tu..tunggu sebentar, ap…apa-apaan yang ibu katakan barusan itu? Me..mendapatkan pacar? Me..memangnya guru pantas melakukan hal-hal semacam ini?"

"Hei, guru juga human lho, kami tetap need makan, udara, bokep, game, dan joke untuk survive di dunia yang cruel ini tahu, jadi tolong jangan thing kalau teacher itu orang suci yang semua tindakannya always perfect oi."

"(Aku gak paham dia ini sedang melawak atau sedang serius)"

"Ok, stop the bullshit and ayo kita mulai, pertama-tama, beritahu I dulu about tipe boys yang kamu sukai, mungkin ibu know orang yang match dengan tipemu, and jika lucky, I mungkin juga can mempertemukan kalian berdua di tempat dan waktu tertentu, ahahahahaha."

!

"Tunggu tunggu tunggu tungguuu! Ibu tidak bercanda soal ini? I..ibu be..beneran serius ingin menjodohkan saya dengan murid lain?"

"Aku tidak pernah bercanda when I sedang bercanda, jadi sekarang beritahu I tipe cowok kesukaanmu Mon."

Sebenarnya, walaupun dirinya tidak mau masalah privasinya dibicarakan dengan orang lain, tapi entah kenapa Mona yang merasa kalau dirinya yang "tidak laku" itu punya kesempatan jika bercurhat dengan bu Helda itu akhirnya memutuskan untuk bicara.

"(Se..sebenarnya aku tidak peduli sih, a…aku bicara karena aku ingin perbincangan absurb ini cepat berakhir dan bisa kembali ke kelas, bu..bukan berarti aku berharap kalau bu Helda beneran bisa menemukan cowok yang sesuai tipeku dan akhirnya aku bisa punya pacar seperti cewek-cewek normal lho ya, i..ini murni alasan untuk kabur saja, aku beneran tidak berharap apa-apa kok,)" kata Mona yang bicara omong kosong pada dirinya sendiri soal niatnya yang sesungguhnya itu.

"(Hmm, sepertinya dia still bimbang, if that so, aku akan kasih little tekanan) Heloo, apa you masih think soal cowok idamanmu Mon? Atau sebenarnya you tidak suka cowok and lebih prefer ke cewek?"

!

"Eh?! Ti..tidak bu! Tolong jangan ngawurlah! Mana mungkin saya suka sama cewek! Saya ini masih gadis normal yang suka dengan lawan jenis tahu! D..dan jika ditanya tipe cowok seperti apa yang saya suka … "

"(She terpancing) Ya?"

"Saya suka cowok yang jago berantem kalau ada yang menggangu keluargaku, cowok yang cerdas biar dapat dapat pekerjaan dengan gaji 10 juta perbulan, dan cowok suka sepak bola biar anakku bisa diajari menjadi pemain Nasional."

"(Ahahaha, ibu fucker, this perempuan benar-benar enggak punya shy sama sekali ya? Apa boleh aku punch her bokong 1x agar … )"

"Ya mungkin ibu pasti mengira begitu sih, tapi lebih dari apapun, saya pribadi lebih suka cowok yang menerima dan memperlakukanku sebagai wanita apa adanya, tidak peduli apa kekurangan dan kelebihanku itu, hehehehe," kata Mona dengan sikap malu-malu kucing.

!!!

Langsung saja bu Helda memasang ekspresi wajah super tercengah, karena dia tidak pernah mengira kalau seorang gadis yang dikenal sadis dan kecowok-cowokkan seperti Mona itu bisa terlihat sangat manis saat sedang jatuh cinta.

"(Shitt!! Fakta cinta can change people itu beneran dong! Aku tidak know kalau gadis tomboy can be imut banget seperti ini lho! Sumpah, rasanya ingin aku rape saja nih girl 1 day 1 night sampai enggak suci lagi)" kata bu Helda yang entah kenapa nafsu seksualnya tiba-tiba meningkat.

"(Hei, ke..kenapa tatapan bu Helda bikin tidak nyaman gitu ya? Apa dia sedang mikirin yang yang tidak-tidak?)"

"(Huff-huff, tenang Hel, jangan mudah terpengaruh with hal yang bersifat temporary dan only bikin kepala pusing di future, huuuuf, kalau begitu let kita kembali ke bisnis) Ah ma..maaf, I sempat melamun sebentar, aku try untuk mengingat-ingat, adakah boys yang seperti yang kau inginkan itu atau tidak disekolah ini," kata bu Helda yang akhirnya selesai menghalu dan mulai focus kembali ke rencananya.

"Hahahaha, ucapan ibu barusan seperti berkata kalau ibu hafal semua cowok yang ada disekolah ini dan kehidupan mereka saja deh."

"Memang the fact is begitu kok, kau tahulah, for mengisi waktu luang begitu," kata bu Helda berbohong dengan wajah yang menyakinkan.

?!

"(Waduh!! Di..ia beneran serius memikirkannya dong, siapa juga yang akan mengira kalau ternyata dia hafal dengan semua cowok di sekolah ini sampai kehidupannya lho, ta..tapi tenang saja, aku sudah mengatakan kriteria cowok yang mustahil ada disekolah ini, jadi tidak mungkin bu Helda bisa langsung menjodohkanku dengan seseorang, ahahahahaha, jenius banget aku ini, dan karena bu Helda pasti memikirkan hal itu terlalu lama, sekarang kesempatanku untuk kembali ke kelas, kebetulan juga aku juga udah terlalu kenyang karena kebanyakan makan … )"

"Ah ketemu, Jupri Pasyah dari kelas 11-D, kebetulan he 60% almost memenuhi kriteriamu itu lho," kata bu Helda yang baru saja mengotak-atik HP nya.

"(Ha?)"

"Ya memang sih tidak 100% itu suck, aku understand kok, tapi bukan love namanya kalau not saling menerima kekurangaan and kelebihan masing-masing kan? Jadi how if kau berusaha untuk mengenalnya dulu?" tanya bu Helda sambil berjalan ke arah mejanya.

"(HA?!)"

"Oh ya, mumpung aku sudah mendapatkan informasi soal sosmednya from Saras… eh maksudku buku catatan student-studenku ini, silahkan cari sendiri info-info soal his personal life ya, apa dia beneran sesuai dengan your expectation or tidak," kata bu Helda sambil menunjukan sebuah kertas catatan dari laci mejanya yang berisi nama dari Sosmed-Sosmed si Jupri.

"(HAAAAAA?!)"

"Kamu salah satu my favorit students Mona, jadi your happiness is kebahagiaanku juga, karena itulah …. SEMANGAT FOR YOUR FIRST LOVE BATTLE!! TARIK TERUS SAMPAI DAPAT SIS!! SEMOONGGKOOO!!" kata bu Helda sambil buru-buru berlari lalu memeluk erat-erat si Mona sebagai bentuk supportnya kepada muridnya yang krisis cinta itu.

"(HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA??!!)"

---

"Bu Helda saat itu mengatakan kalau saat mereka bicara soal masalah asrama, kakakku mengatakan kalau ternyata dia sudah suka dengan si Jupri sejak tahun pertama mereka di sekolah ini karena dia sesuai dengan kriteria cowok idamannya," kata Mona yang mengatakan apa yang dikatakan oleh bu Helda dimassa lalu.

"(Hmmm, aku yang terlalu pintar karena menganggap semua omongan bu Helda itu bohongan karena tidak mungkin ada orang berumur yang tertarik dengan masalah romansa orang lain, atau dianya yang terlalu bodoh karena menganggap semua omongan bu Helda itu masuk akal?) Hmmmm, ok, terus setelah itu apa yang terjadi?" kata Akbar yang terlihat menikmati kegiatan berspekulasinya terhadap cerita Mona.

"Tentu saja aku langsung menanyakan masalah ini saat malam harinya kak! Aku bertanya apa semua yang dikatakan oleh bu Helda itu benar atau tidak, dan kalian tahu apa yang dia katakan?"

"Dari sikapnya dulu yang masih belum berani PDKT secara langsung, biar kutebak, pasti kata-katanya 11:12 dengan "Belum tahu juga sih, tapi aku mau cari tahu dulu soal kesehariannya" begitukan?" kata Akbar menebak-nebak.

"BENAR!!! MEMANG ITU YANG DIA KATAKAN SIALAN!! ITU ARTINYA DIA BENERAN SERIUS DENGAN PERASAAN SUKANYA DENGAN SI JUPRIKAN?! BENAR-BENAR PEREMPUAN GAK TAHU DIRI DIA ITU!! AKHHH!!" kata Lisa yang terlalu kesal saat teringat dengan kenangan massa lalunya sampai-sampai dirinya menjambak rambutnya keras-keras.

"(Waduh, anak ini benar-benar kacau deh, dia sampai tidak sadar kalau dia sendiri yang jadi penyebab masalah ini lho, apa perlu aku tonjok dia agar dia kembali sadar?)" kata Akbar yang merasa gregetan dengan semua ucapan Lisa.

"Anu, maaf Lisa, tapi apa aku boleh bertanya soal sesuatu?" tanya Nita kemudian yang teringat dengan sesuatu yang menggagu dirinya.

"Ha? Tanya soal apaan?"

"Ja..jadi alasan kau sebenarnya minta tolong kepada kami saat itu adalah kau ingin benar-benar membuat hubungan kakakmu dan si Jupri jadi rusak, bu..bukan karena kau tahu kalau ternyata si Jupri itu bukan cowok yang baik-baik?"

Mendengar pertanyaan Nita barusan, Akbar sempat melotot lebar karena dia tidak mengira kalau pertanyaannya akan ditanyakan oleh si Nita, sedangkan itu si Lisa sendiri yang sudah merasa lelah dengan sandiwara bodoh "adik penyayang kakak" nya itupun hanya bisa berterus terang.

"Ya iyalah bodoh, kalian pikir apalagi alasanku kalau bukan itu?"

!

"Jujur saja awalnya aku tidak peduli dengan klub ini dan berencana mengurus masalah ini dengan usaha sendiri, tapi karena bu Helda menyarankanku untuk meminta bantuan kalian karena dia bilang ada "anak bangsat" yang pasti bisa membantu menyelesaikan masalahku disini, jadi apa salahnya mencoba-coba ha?"

"(Memang tidak ada yang beres kalau kamus bernyawa itu mulai bicara ya) Hahaha, maaf ya kalau si anak bangsat ini tidak bisa memenuhi ekspetasimu," kata Akbar yang paham siapa "anak bangsat" yang dikatakan Lisa.

"Ta..tapi, sa..saat itu kaukan ikut senang karena kakakmu diterima oleh si Jupri, bahkan kau sampai menangis terharu karena … "

"Ahahaha, ayolah, jangan bercanda begitu Nita, kau pikir dia beneran menangis karena terharu kakaknya akhirnya bisa jadi pacar orang yang dia sukai haa? Kalau memang semua omongan yang kau katakan dari awal sampai akhir itu benar, berarti sudah jelas saat itu dia menangis gara-gara rencananya gagal total, iyakan Lis?" kata Akbar sambil tersenyum sinis kearah Lisa karena bisa menebak perasaannya yang sesungguhnya saat mereka pergi bersama diwaktu sore hari itu.

"Aha, ahahaha, AHAHAHAHAHAHAHAHAHAAAAAAAAAAAAA!! Haaaaa, Yap, benar sekali, saat itu aku benar-benar shok berat sampai enggak sadar kalau air mataku mengalir keluar, apalagi setelah dengar kakakku bakal kencan dengan si Jupri pada besoknya, hahaha, sumpah, rasanya aku gila banget memikirkannya seharian, bahkan sampai gilanya aku sampai memukul kepalaku sendiri berkali-kali ke dinding kamar sampai memar begini," kata Lisa sambil menunjukan bekas memar di dahinya.

"Tunggu dulu, bu..bukannya kau bilang kalau kepalaku terluka karena saat itu kau tertabrak…. Ha, jangan kalau itu juga boh … "

"Ya, itu bohong Nit, bahkan kalau boleh jujur, akulah yang membuat kakakku pingsan saat itu lho."

?

"(Waaaah, dia mengatakannya dong, padahal aku sudah menyiapkan beberapa cara agar dia keceplosan, tapi ya bodoh amatlah, yang penting tugasku sudah selesai) Oh, gara-gara kamu ya? Jadi bukan karena dia terkena DB?" tanya Akbar yang sempat terlihat bersemangat ketika mendengar ucapan Lisa barusan.

"DB itu diluar perkiraanku, tapi sebenarnya karena saat aku ketahuan memukul kepalaku sendiri di tembok oleh dia dan berusaha untuk mencegahku, aku tidak sengaja mendorongnya jatuh sampai kepalanya menabrak lemari baju, dan akhirnya dia pingsan deh, walaupun memang agak panik awalanya, tapi jujur saja aku senang sedikit karena paling tidak akhirnya aku bisa menghajarnya denga tanganku sendiri ini, ahahahaha!" kata Lisa yang senyuman dan tawanya benar-benar sangat menjijikan.

"Yup, kau sudah dengar semuanyakan Mon? Jadi tolong persiapkan dadamu ya."

"Hei, siapa bedebah tadi yang bilang kalau "aku akan membantumu secara cuma-cuma tanpa biaya" itu ha?"

!!!