Apa yang tak bisa dilihat mata dan di dengar oleh telinga? Ya, itulah hal-hal diluar dugaan yang biasa terjadi di dalam hidup kita. Tapi bukankah Tuhan sanggup mengubah kutuk menjadi berkat?
"Tidak ada berkat dalam bisnis yang Anda lakukan, Tuan Robert. Hanya ada kemalangan yang menimpa para penduduk sekitar.
Mayoritas penduduk sekitar adalah pekerja kasar. Sisanya hanya pekerja lepas dan harian. Kau bahkan merekrut banyak orang asing untuk masuk ke pabrik baterai milik Anda.
Tidak sadarkah Anda? Berapa banyak orang yang Tuan Robert rugikan? Mereka yang berharap mendapat pendidikan lebih layak, nyatanya tidak. Orang tua mereka terkena radiasi. Tanah menjadi gersang. Tidak ada tanaman yang bisa tumbuh di lahan sekitar pabrik Anda.
Berapa banyak orang yang hanya mendapat upah kecil? Mereka memiliki keluarga yang harus dihidupi. Jangankan untuk biaya sekolah dan lain-laian. Untuk makan pun mereka harus mengemis dan mencuri dari mess pekerja Anda.
Tidakah Anda merasa bersalah sedikit saja?"
"Berkat ya?" jawab Robert tenang. "Bukankah berkat tidak hanya berupa materi? Berkat bisa berupa hal lain. Kesehatan, kebahagian. Takaran berkat setidak orang itu berbeda.
Tidak pernah ada sekolah di dua desa itu. Dulu, penduduknya juga hanya makan dari hasil pertanian yang hampir tiap musimnya gagal karena kekeringan. Apakah Anda sudah memeriksa sekolah yang kami dirikan? Ada sungai baru yang kami buat untuk mereka.
Penduduk yang bahkan tak mengenal aksara pun kami rekrut untuk bisa bekerja di pabrik. Anak-anak mereka mendapat jaminan kesehatan di klinik prabrik. Mereka hanya perlu datang tanpa mengeluarkan baiaya satu peser pun, kami menanggung semua itu"
Brakkk!
Hendra Situmorang emosi. Di gebraknya meja di hadapan Robert.
"Itu saja tidak cukup! Apakah Tuan tidak pernah datang ke lapangan dan menyaksikan hidup mereka yang sebenarnya? Laki-laki yang bekerja di sana, tidak memberikan uang kepada anak dan istrinya. Uang digunakan untuk membeli rokok dan minuman keras di mini market yang kalian bangun di dekat pabrik!
Hidup mereka makin menderita. Jika dulu, setidaknya mereka bisa makan, kini mereka harus mengemis dan mencuri. Anak-abak mereka tidak mendapat susu. Bayi-bayi lahir prematur. Air yang kalian janjikan, hanya digunakan untuk taruhan judi lomba dayung perahu!
Di mana belas kasih Anda? Kasih memang menjadi dingin kian hari!"
Robert tertawa.
"Saya ingin pengacara saya. Saya tidak ada urusan dengan Anda, Tuan Situmorang."
Robert mengakhiri introgasinya.
Ia tahu, berdebat dengan Hendra Situmorang adalah hal sia-sia. Ia harus mencari pengacara atas tuduhan tak berbukti itu.
"Saya ingin menghubungi pengacara saya" kata Robert pada sipir yang menjaganya.
Pria itu tampak kebingungan. Ia tak punya wewenang untuk mengizinkan tau tidak mengizinkan hal itu. Perintah yang ia terima hanyalah, agar pria itu ditahan setidaknya dua tiga hari tanpa komunikasi apapun.
"Apa kalian mengerti ucapan saya? Saya adalah warga negara yang sah. Saya rasa, saya berhak mendapatkan hak-hak saya sebagai warga negara.
Saya ulangi sakali lagi, saya ingin bicara pada pengacara saya. Jika kalian menolak, bersiaplah menghadapi tuntun saya di pengadilan"
Dua orang sipir langsung terlihat pucat. Di satu sisi ia harus melaksanakan perintah. Di sisi lain, ia tahu Robert adalah orang yang tak main-main dengan ancaman yang ia buat. Ia selalu serius dalam hal apapun.
"Tapi Pak, jika terdakwa tidak kita izinkan menelepon ia akan menunt kami" pinta salah satu sipir melalui sambungan telepon pada atasannya.
Atasannya masih bersi keras. Ia kembali dengan muka pucat tertunduk. Ia berlutut di depan sel kaca canggih Robert.
"Tuan, silakan tuntut kami. Hanya saja, saya mohon keluarga kami, tolong Tuan berbelas kasihan pada mereka"
Jelas sudah, dua orang itu tak bisa berbuat apapun. Robert juga tak ingin menyalahkan mereka. Ia menyuruh sipir yang berlutut itu bangun.
~Menyedihkan. Bahkan dengan sistem serba digital dan transparan, masih saja orang bisa berbuat tidak adil. Ke manakah perginya keadilan? Kita tak bisa menghakini yang bersalah dengan kita dengan ukuran manusia~
Sebenarnya bisa saja, Robert meminta dua orang sipir itu untuk melakukan kecurangan. Ia bisa meminta mereka menghubuni seseorang melalui ponsel pribadi mereka dengan uang sebagai imbalan. Namun jika hal itu dilakukannya, maka apa bedanya dia dengan para penjahat di luar sana.
Kini Robert hanya bisa mengandalkan Zack dan Bob, kecerdasan buatan yang menyelediki kasus ini.
"Maaf Tuan, Anda tidak bisa mengirimkan apapun pada Tuan Robert saat ini"
"Mengapa? Saya pihak keluarga dan hanya ingin berdiskusi mengenai kasus yang menjeratnya. Saya juga membawa pengacaranya"
Polisi di bagian depan menjelaskan kembali secara detail. Intinya, Robert tidak bisa ditemui siapa pun sampai tiga hari ke depan. Itu adalah perintah langsung dari atasan mereka. Sementara semua akses konumnikasi diputus.
"Kasus Tuan Robert terlalu besar. Kami takut, sesuatu yang buruk akan terjadi. Selain itu, ini adalah salah satu program perlindungan kami. Kami hanya takut, ada massa yang ribut dan terprovokasi menghakimi Tuan Robert. Mohon mengertilah"
Zack tertawa, pengacara di samapingnya keheranan.
"Bukankah ini terlalu mengada-ada? Apakah kalian takut kami menang dalam sidang pra-peradilan?"
Polisi wanita itu diam sejenak. Ia tampak berfikir dan menunduk.
"Tidak Tuan, tapi ini adalah prosedur. Kami tidak pernah takut, apakah terdakwa menang atau kalah di sidang pra-peradilan. Kami hanya ingin memastikan semua warga negara yang ada, tunduk dalam undang-undang dan ketentuan hukum yang belaku di negara ini"
Pengacara Zack menahannya dari perdebatan dengan pihak kepolisian. Ia menggeleng. Zack sadar, ada yang tidak beres di ini. Mereka pergi meninggalkan kantor tersebut dengan penuh tanda tanya.
"Seseorang yang hebat pasti dalang dibalik semua ini" guman Zack pada pengacaranya.
"Bukan hanya hebat, mungkin ia juga seorang penguasa besar."impuh sang pengacara. "Tugas kita adalah melihat dan mengamati terlebih dahulu. Bukankah Bob mencoba mendapatkan informasi penting terkait semua ini?"
Zack mengangnguk.
"Mungkin, kita harus menunggu. Bagaimana jika kita mengurus Nona Sian terlebih dahulu? Bukankah sangat mencurigakan, ia juga dibawa pergi dari rumahnya di saat bersamaan"
Pengacara Zack tertawa.
"Sejak kapan, Tuan Robert jadi peduli terhadap wanita? Bukankah Hilda yang sekertarisnya saja ia abaikan. Padahal kita semua tahu, Hilda menyukai Tuan Robert. Keluarga Hilda juga dari seornag terpandang.
Robert mengabaikannya begitu saja."
"Entahlah, saya pun tak berani berspekulasi. Tapi berdasarkan pesan Tuan Robert, kita harus memperingatkannya. Pasti ada hubungan khusus diantara mereka berdua. Selain itu, Lintang pun sepertinya cukup khawatir sengan Nona satu ini.
Hanya saja, sepertinya kekawatiran itu, masih tak bisa kita tarik benang lurus"
"Begitu ya? Mungkin kita harus mulai mencari tahu dengan mengeinterogasi Lintang terlebih dahulu. Meski anak itu tak tahu apa-apa tentang hubungan ayahnya dan Nona Sian. Siapa tahu, kita bisa menemukan petunjuk"
"Anda bena. Hanya saja, Tuan Robert tidak ingin Lintang terlibat dalam semua ini"
"Semakin menarik, mari kita libatkan gadis kecil itu" jawab si pengacara