Chereads / Aku jadi Antagonis?! / Chapter 5 - IV

Chapter 5 - IV

Johannes sudah kembali ke baraknya (tempat tinggal untuk prajurit) setelah menyelesaikan jam kerjanya (shift).

Ingat bahwa tadi siang ia meninggalkan pos tanpa izin dan memasuki ruangan Violetta (sekali lagi) tanpa izin?

Masalah ini dianggap pelanggaran ringan. Namun, Johannes tetap harus diberi hukuman agar tak kelak mengulangi perbuatannya. Itu kata ketua prajurit, entah sengaja entah pula untuk penegakan aturan.

Johannes dilarang untuk memasuki kediaman utama selama seminggu sebagai hukuman. Larangan itu dianggap agak kejam bagi para rekan prajurit Johannes. Biasanya, pelanggaran ringan hanya dihadiahi hukuman pelatihan berat selama sebulan saja. Meski begitu, mereka juga tak bisa menyangkal ataupun membela karena Johannes memang melakukan pelanggaran. Ditambah, mereka juga tak ingin ikut dihukum bila membela Johannes.

Makanan dan alat-alat di kediaman utama memiliki kualitas terbaik. Prajurit maupun pekerja lain biasanya akan pergi ke kediaman utama, entah untuk sekadar makan siang di dapur, atau mengganti peralatan dan perlengkapan kerja atau latihan mereka. Larangan untuk memasuki kediaman utama sudah semacam neraka bagi para pekerja.

Bukan itu masalahnya bagi Johannes. Ia tak peduli dengan makanan lezat maupun pedang berkilau. Hanya satu yang mengganggu pikirannya.

Semua pelayan wanita tinggal di kediaman utama, kecuali prajurit wanita yang tinggal di barak dekat kediaman utama. Hanya beberapa pelayan dan prajurit pria yang diseleksi khusus dan diizinkan untuk tinggal di kediaman utama. Ini semua untuk menjaga keamanan para wanita, ingat bahwa sebagian besar wanita memiliki tubuh yang lebih lemah daripada pria.

Ah, Johannes bisa gila lama-lama memikirkan nasib Yena dan Emilia.

Berdasarkan rumor, Violetta, putri dari majikannya, memiliki sikap dan sifat yang egois dan kejam. Johannes takut bila Yena ataupun Emilia kenapa-napa. Apalagi, Emilia dipanggil oleh Violetta, padahal gadis manis itu tak melakukan kesalahan apapun. Meski hanya rumor tak berdasar, Johannes masih saja takut.

Yena merupakan wanita yang ramah dan penyayang, Johannes bahkan yakin bahwa dirinya telah jatuh hati pada kebaikan hati wanita beranak satu itu. Emilia mengisi bagian dalam dirinya yang membenci wanita, apalagi anak-anak. Emilia yang manis dan ceria layaknya malaikat penghibur bagi Johannes yang selalu dikelilingi kekacauan.

Tidak bisa! Johannes tak boleh kehilangan orang yang berharga baginya lagi! Yena dan Emilia sudah menjadi bagian yang teramat penting dalam hidup Johannes. Ia harus pastikan mereka aman di sisinya, apapun risiko yang ada.

Dengan tekad yang kuat, Johannes memutuskan hal yang akan sangat mempengaruhi hidupnya sebagai seorang ksatria.

.

.

"Mulai hari ini, Sir(e) Johannes akan menjadi pengawalmu, Vio."

"…"

Violetta mengerjapkan matanya yang sedikit menyipit. Aneh. Johannes dalam 'kisah asli' membenci Violetta. Tiba-tiba ingin menjadi pengawal Violetta, ada yang aneh di sini…

"Saya, Johannes Yebu, memberi kesetiaan sebagai ksatria untuk mengawal Lady Juan."

Hah… sudah mulai terlihat. Dengan menyebut nama keluarga Violetta dan bukan nama Violetta menandakan bahwa Johannes hanya akan mengawal Violetta selama Violetta masih seorang 'Juan'.

Penyebutan nama depan seorang lady atau lord dalam sumpah setia oleh ksatria menandakan bahwa ksatria itu akan melindungi lady atau lord tersebut dengan segenap jiwa, bahkan bila nyawa mereka menjadi taruhannya. Bila menyebutkan nama keluarga saja, meski masih dianggap sumpah setia ksatria, ksatria itu tak memiliki kewajiban untuk melindungi lady atau lord tersebut dengan taruhan nyawa mereka. Violetta sudah tahu hal ini akan terjadi karena Johannes hanya pernah dan akan bersumpah setia pada satu orang, yaitu Sang Protagonis.

Dilihat dari wajah datar dan mata membara Johannes saja, Violetta sudah tahu bahwa ia takkan bisa menolak Johannes. Semua sudah dirancang dengan baik, dan Violetta tak suka situasi ini. Ah, merepotkan. Bila ditolak, pasti akan kembali berulah.

Violetta tersenyum, meski dalam hati ia merasa tak puas. Sangat tak puas. "Terima kasih, mohon bantuannya, ya, Sire."

Kita lihat apa Johannes akan menjadi pion lainnya yang bergerak sesuai 'kisah asli' atau mungkin Violetta bisa merubah Johannes sebelum pria ini dimabuk cinta Sang Protagonis.

Ew, memikirkannya saja menggelikan.

"Nona? Ada apa?"

"Ah, tidak. Tidak ada apa-apa, Emily."

Ah, Violetta disembuhkan (healed) oleh manisnya wajah Emilia.

"Nona dapat beristirahat dengan tenang setelah kereta tiba di kediaman Ralph." Rose berujar sambil tersenyum, kemudian melanjutkan rajutannya.

Anehnya, Violetta tak sadar mulai kapan benang dan jarum rajut itu keluar. Apakah ini yang namanya ketidakpekaan level maksimal (max)?

Violetta, Emilia, dan Rose, kini sedang berada dalam kereta kuda menuju kediaman Ralph. Countess Ralph merupakan satu dari sedikit wanita yang mampu menjadi pemimpin sebuah wilayah.

Biasanya, hanya pria yang dijadikan pemimpin atau penerus keluarga. Namun, keluarga Ralph berbeda, mereka hanya menjunjung tinggi kemampuan. Apapun jenis kelaminmu, tiada masalah, selama kamu mampu melewati tantangan dan halangan yang ada dengan sportif. Hal ini membuat keluarga Ralph cukup sering ditentang ataupun kurang disukai di pergaulan kelas atas karena dianggap mencoreng nama baik dan harga diri seorang pria.

Apa yang salah dengan pemimpin wanita? Kemampuan memimpin tak pernah dijadikan kemampuan eksklusif untuk pria. Siapa yang berkata wanita hanya bisa dan perlu berdiam diri dalam kediaman, mengurus anak dan rumah tangga?

"Nona, sudah sampai!" Emilia menyahut dengan riang sambil menepuk lengan Violetta pelan, menyadarkan Violetta dari lamunannya.

"Ah, ya…"

Violetta melangkah turun dari kereta sambil memegang tangan seorang pelayan pria yang menawarkan tangan di sisi kereta. Sedangkan Emilia, dengan gesit melompat turun dan mendarat tak jauh dari Violetta dengan aman.

Aha, ya, itu memang cara tercepat, tapi di dunia aristokrasi atau bangsawan ini, jangan lakukan itu atau kamu akan menjadi target kritikan pedas.

Lihatlah wajah terkejut para pelayan itu. Meski ekspresi Johannes masih datar, Violetta bisa melihat adanya rasa terkejut dalam matanya.

"Emily," Violetta mendekati Emilia. "kamu tidak seharusnya turun seperti itu. Ada Tuan Butler (Mister Butler) yang akan membimbing kita turun." Violetta melirik ke arah pelayan pria yang tadi membantu dirinya turun dari kereta.

"T-tapi, Nona. Saya bisa turun sendiri!"

Yah, kalau bukan karena malas berurusan dengan rumor dan kritikan dari para bangsawan, sebenarnya, Violetta ingin turun sendiri. Tapi, tidak di sini, di dunia, di negara yang mengusung konsep 'ucapan berpengaruh lebih besar daripada aksi'.

Violetta menarik ujung gaun Emilia yang tampak kusut, merapikannya. "Bagaimana bila kamu terluka? Bagaimana dengan perasaan Tuan Butler ketika kamu menolak memegang tangannya?"

"A-eh…" Emilia terkekeh, "Maaf…"

Emilia kemudian melangkah perlahan menuju pelayan pria yang sedari tadi membungkuk setelah membimbing Violetta turun dari kereta kuda. Emilia mengulurkan tangannya, "Kakek (Grandpa), maafkan Emilia…"

Sungguh… tahan, tahan. Kita tak boleh lepas kendali (lose composure) di sini.

"Tidak apa, Nona Muda (Young Miss)." Tuan Butler berkata sambil tersenyum dan menjabat tangan mungil Emilia.

"Hihi…"

"Selamat datang, Lady Violetta. Saya telah menunggu ketibaan Anda."

Violetta menoleh, mendapati seorang wanita berambut pirang dan bermata biru langit. Meski ada senyuman di wajah dengan sedikit keriput itu, Violetta masih bergidik, bulu kuduknya merinding.

Wanita di hadapan mereka saat ini merupakan Countess Ralph, Riana Franz Ralph. Wanita yang menjadi salah satu pendukung kematian Violetta di 'kisah asli'.

Aish, ini dia (here we go).

Violetta (^_^) | (^_^) Riana