2 jam…
Juanes, Sang Putra Mahkota sudah mulai kesal. Ralat, sangat kesal. Rahangnya mengeras, meski wajahnya masih datar seperti biasa. Ia melipat lengan di depan dada, jari telunjuknya terus-menerus mengetuk sikunya, pertanda kesabarannya sudah nyaris mencapai batas.
Bila saja bukan karena gadis itu adalah tunangannya, ia takkan repot-repot menginjakkan kakinya ke rumah ini dan menunggu selama lebih dari 2 jam.
Lagipula, siapa orang paling waras yang membuat keluarga kerajaan menunggu?
Tak… Tak… Tak…
Suara hentakan sepatu yang terdengar terburu-buru mendekat. Juanes secara spontan melirik ke arah sumber suara.
Dari pintu yang jauh di sisi kanan Juanes, masuk seorang gadis bergaun kuning pudar.
'… cantik…'
"M-maaf, Yang Mulia Putra Mahkota. Saya menghabiskan banyak waktu untuk bersiap." Gadis itu berucap setelah memberi hormat dengan menundukkan kepalanya serta sedikit mengangkat ujung gaunnya.
"Tidak apa."
Gadis itu menghela napas lega, "Maafkan Violetta, Yang Mulia. Violetta tidak akan mengulangi perbuatan ini lagi."
"Ya, tidak masalah…" Tunggu, apa tadi? 'Violetta'? Ini tunangannya? (°O°)
Juanes terkejut, namun tak menampilkannya. Juanes dengan sopan memaafkan perilaku Violetta.
Juanes hanya pernah melihat Violetta sekali, itu pun hanya sekilas. Jadi, Juanes tak begitu tahu hal mengenai Violetta.
Menurut rumor yang Juanes dengar, Violetta merupakan gadis yang dingin dengan pembawaan yang sangat tak sesuai dengan usianya saat ini. Tambahan, menurut rumor, Violetta merupakan 'calon ratu terbaik' yang didukung fraksi bangsawan.
Tak peduli sebagaimanapun cantik, cerdas, dan bergunanya Violetta ini, Juanes takkan mau melirik. Bila memang gadis di hadapannya ini adalah penyokong fraksi bangsawan, jangan salahkan Juanes bila gadis ini 'dilenyapkan'.
Fraksi bangsawan, fraksi Putra Mahkota, dan fraksi Pangeran Kedua, memang sudah berperang begitu lama. Bahkan meski tak tercatat dalam sejarah, fraksi-fraksi inilah yang membuat banyak pertumpahan darah di kerajaan ini. Keamanan dan kemakmuran rakyat seolah hanya ikrar kosong yang diucapkan para bangsawan, mereka hanya bisa menindas. Itu yang sering dipikirkan Juanes, apalah guna pemimpin yang baik bila pengikutnya seburuk itu.
'Ratu Boneka' atau ratu yang dapat 'fraksi' kendalikan dan pengaruhi semau mereka. Satu kata 'lenyapkan' saja mampu 'ratu' ini lakukan bila ia perlu.
Sebodoh amat dengan takhta, ambil saja sana. Juanes berpikir bahwa nyawa mereka sendiri jauh lebih berharga, tapi mereka tetap harus (dengan terpaksa) mendapatkan takhta itu suka ataupun tidak!? Memikirkannya saja membuat Juanes kesal.
Juanes melirik ke arah Violetta, gadis dalam rumor yang menambah kekacauan di benaknya akhir-akhir ini karena rumor yang melayang entah dari mana.
Gadis itu, Violetta, berbeda jauh dengan rumor yang ada. Gadis muda yang menyerupai malaikat, penampilannya tampak manis dan polos (innocent). Apalagi aroma samar buah raeno [1] dan bunga rufus [2] yang berasal darinya, sungguh menenangkan.
Bukan mesum, tapi Juanes memang memiliki penciuman yang sangat tajam. Ini sebabnya Juanes tak terlalu suka mengadakan semacam pesta teh ataupun menghadirinya. Wewangian yang dipakai orang-orang membuatnya pusing dan tak nyaman.
Juanes menyesap tehnya dengan sedikit senyuman di bibirnya. Ia menyukai keadaan ini, menenangkan dan ini merupakan kali pertama ia sungguh menikmati waktu minum teh.
.
.
Rose menyisir rambut Violetta dengan lembut di depan meja rias, kemudian mengusapkan minyak beraroma bunga jasmine pada leher dan beberapa bagian tubuh Violetta.
Rose tahu bahwa Violetta, meski masih muda, sering mengalami masalah tidur. Siapa lah yang bisa tidur dengan tenang ketika nyawa mereka bisa melayang kapan saja. Jadi, Rose, secara pribadi, membuatkan minyak wewangian dengan aroma yang bisa menenangkan pikiran.
Rose tak tahu terlalu banyak mengenai efek herbal atau bunga maupun buah, ia hanya tahu beberapa hal dari buku yang ia baca di perpustakaan dalam kediaman Juan. Sangat bermanfaat, dan memang berdampak baik. Bahkan Rose bisa menjualnya dengan harga tinggi karena minyak wewangian tanpa bahan kimia itu sangat jarang.
Bahan kimia yang kuat memang diperlukan untuk menjaga kualitas wewangian. Tapi, Rose tak menggunakannya. Pertama, karena bahan kimia sangat mahal. Kedua, itu merusak kulit bila dipakai dalam jangka waktu panjang dan ia tak ingin kulit siapapun rusak karenanya, terkhusus nona-nya yang masih muda. Dan ketiga, wewangian yang ia buat terbukti tahan lama serta semakin lama semakin wangi.
"Oh, aku suka. Aroma ini sangat menarik, aku merasa lebih tenang setiap kali menciumnya." Violetta berucap seperti itu.
Rose tersenyum, "Terima kasih atas pujian Anda, Nona."
Sungguh, nona-nya yang sekarang maupun dulu merupakan malaikatnya. Meski Violetta yang dulu pendiam dan dingin, malaikat inilah yang menyelamatkan Rose dari jalanan yang penuh debu dan memberinya tempat tinggal nyaman dengan makanan yang bisa ia makan kapan saja.
Rose berkata pada dirinya sendiri bahwa kebahagiaan nona-nya adalah kebahagiaannya, dan itu jelas tak ada hubungannya dengan Putra Mahkota. Nama manusia itu sudah masuk dalam catatan hitam Rose yang ingin ia jauhkan dari nona-nya.
Rose memang tak terlalu menyukai Putra Mahkota, anak yang tak mempedulikan apapun selain dirinya sendiri. Lelaki yang sama sekali tak cocok untuk malaikat kecilnya. Apalagi Violetta yang dulu tergila-gila pada Putra Mahkota, untung saja sekarang sudah tidak (alias kewarasannya sudah kembali).
Rose membuat keputusan dalam dirinya, ia tak boleh membiarkan Putra Mahkota mendapatkan Violetta. Apapun caranya, apapun resikonya, ia harus berhasil menghalaunya. Demi kebahagiaan malaikatnya!
"Nona?" Kepala Emilia tampak dari balik pintu.
"Oh? Emily? Apa yang kamu lakukan di sini?" Violetta beranjak dari tempat duduk di depan meja rias menuju pintu. Sedangkan, Rose hanya diam mengawasi.
"Itu… s-saya… bolehkah saya tidur bersama N-nona hari ini…?" Sembari berkata, perlahan wajah Emilia memerah.
Violetta mengerjapkan matanya, kemudian tertawa kecil. "Tentu, mengapa tidak?" Violetta mengulurkan tangan kanannya yang disambut dengan semangat oleh Emilia.
Itu buktinya, nona yang ia kenal memang baik. Baik anak kucing di taman dulu yang dipayungi oleh Violetta, ataupun Emilia yang bak kelinci mungil yang ketakutan, Violetta akan menjaga mereka dengan baik.
Rose tersenyum tipis sambil menarik selimut sampai pada batas dada Violetta dan Emilia. Rose meredupkan batu sihir cahaya dalam ruangan itu.
"Selamat malam, Nona."
"Selamat malam untuk Rose juga." Violetta melambaikan tangannya sambil melemparkan senyum kecil. Rose mengangguk, kemudian menutup pintu kamar.
Pada lorong redup di luar kamar Violetta, Rose melangkah. Diliriknya sudut gelap pada salah satu ujung lorong. Didekatinya ujung lorong itu untuk diperiksa. Tak ada apapun.
Rose memasang wajah dingin. Meski ia tak menemukan siapa atau apapun, ia yakin perasaannya tak salah. Rose berkata dalam suara rendah dan terdengar mengancam, "Pikirkan sebelum bertindak karena orang lemah pun jadi berbahaya bila kau ceroboh." Rose melangkah pergi, meninggalkan sudut itu.
Perlahan muncul sebuah wujud yang samar, berpakaian gelap yang berbaur dengan sekitarnya. Namun, matanya yang berwarna emas, menyala dalam kegelapan seperti serigala yang mengintai mangsanya.
"Cih, dasar sok pahlawan." Sosok itu mendecih, kemudian menghilang ke dalam bayangan.
Hm… rasanya ada yang terlupa…
Violetta merasa ada sesuatu yang ia lupakan, ia menatap kanopi ranjangnya. Emilia di sebelahnya sudah tidur dengan manisnya. Membuat ia memutar bola mata dengan malas, pertanda apapun yang ia lupakan dianggap tak penting baginya.
Hm, ya sudahlah. Makin dicari makin lupa, mari bersantai, nanti juga muncul lagi.
Violetta memutuskan untuk tak memikirkannya dan memilih untuk menutup matanya sambil memeluk Emilia. Sudah lama ia, baik sebagai Violetta maupun Clea, tak tidur dengan seseorang di samping mereka. Ini bukan hal yang buruk (not bad), malah mereka merasa senang dan nyaman.
Ah, mungkin ini yang hilang dari sosok mereka ketika masih hidup dulu. Violetta, tanpa orang di sisinya, menjadi dingin dan sulit didekati. Clea, tanpa ingin merepotkan orang lain, tanpa sadar mendorong orang-orang untuk meninggalkan sisinya. Tak apa, kini jalani saja apa yang sudah didapat dengan baik!
Omong-omong, yang terlupakan adalah Johannes yang masih merasa cemas dan khawatir akan keselamatan Emilia dan Yena. Serta satu lagi tokoh utama, ini kisah nanti… meski kalian sudah melihat kemunculannya.
°
°
[Glosarium singkat]
[1] Buah raeno adalah sebutan untuk buah lemon di dunia Violetta. Buah raeno memiliki warna hijau kekuningan dan aroma yang segar layaknya lemon.
[2] Bunga rufus adalah sebutan untuk kamomil (chamomile) di dunia Violetta. Warnanya sedikit berbeda dengan kamomil di dunia kita, bunga rufus memiliki warna biru keunguan dengan ujung kelopak berwarna kehitaman.
—Sekian sesi glosarium singkat (≧∀≦) sampai jumpa di bab selanjutnya.