Sambil mengunyah cakwe kedua, Alesya mengeluarkan ponselnya dari kantong cardigan, berencana menelpon calon suaminya nun jauh disana. Tapi melilhat wajah Om-nya yang senyum-senyum sendiri sambil menatap layar ponsel, dia jadi penasaran.
"Ngapain senyum-senyum? Lagi kirim pesan ke bakal calon istri lagi?"
"Update insta." Jawab pria itu pendek.
Alesya langsung membuka aplikasi instagram, mencari akun 'Diondarte'. Penasaran dengan unggahan Om-nya. Ternyata sudah ada 2 unggahan baru, yang pertama pemandangan malam dari balik jendela kamar hotel. Yang terakhir foto bubur ayam yang baru saja mulai dimakan oleh pria jangkung di depannya. Alesya merasa 2 unggahan Om-nya terlihat normal. Apa sih yang membuatnya senyum-senyum sambil melihat ponsel?
Baru saja Alesya mau bertanya lagi, dia membaca caption dibawah foto bubur ayam.
[Will be one of my beloved dish.]
"Jyaaah! Yang bakal jadi kesayangan buburnya apa orang yang suka makan bubur ini?" Tanya Alesya sambil terkekeh.
"Dua-duanya." Jawabnya singkat sambil terus menyuap bubur ayam yang sudah mulai dingin. Sungguh terlalu percaya diri.
"Om, aku kasih tau ya. Gak perlu berlebihan gitu deh, aku gak bakal iri. Kamu baru mau berusaha jadiin Dyan calon istri. Aku sama Ivan udah janjian mo cari tanggal nikah. Jadi udah kalah jauh deh."
Pria itu tidak menanggapi perkataan Alesya, terus melanjutkan makan bubur ayam dan cakwe yang dibawa keponakannya itu dengan santai. Namun tiba-tiba dia berhenti menyuap buburnya dan menatap Alesya dalam-dalam. Alesya mengangkat sebelah alisnya, seperti bertanya 'ada apa liat-liat?'
"Kayaknya kamu gak bisa nikah sebelum aku. Soalnya aku kan lebih tua, trus secara hirarki seharusnya Om-nya duluan nikah sebelum ponakan. Anak-anakku harus lebih duluan lahir dari anakmu, Al." Kata pria itu dengan nada serius. Tapi sungguh kalau disimak perbincangan dua orang ini sungguh kekanak-kanakkan. Persaingan apa ini antara seorang Om dan keponakan?
Alesya geleng-geleng kepala mendengar logika pria dewasa ini, merasa tidak percaya, Om yang selama ini otaknya cuma berisi masalah pekerjaan dan sering memberinya siksaan lewat projek-projek 'kerja rodi' dengan tengat waktu pendek, bisa jadi tidak tahu malu saat membahas tema calon istri.
"Logika apaan tu? Gak ada hukumnya kalau Om harus duluan nikah daripada keponakan. Takdir orang kan beda-beda. Trus kalo kamu gagal meyakinkan Dyan untuk jadi istri, aku gak bisa kawin? Gitu? Enak aja." Protes Alesya.
"Bisa jadi, kalau gagal kamu ikut jadi faktor penyebab." Sahut si Om santai. "Soalnya kamu kurang usaha untuk menyukseskan proyek ini." Lanjutnya lagi.
"Proyek? Proyek apaan?"
"Proyek menciptakan masa depan."
=====
Dion Malik Zayn. Pria sejangkung 186 ini adalah Om kandung Alesya. Adik bungsu Ayah Alesya yang lahirnya cuma tiga tahun lebih dulu dari Alesya.
Walau jarak usia mereka berdua tidak terpaut jauh, tapi dari kecil Alesya diharuskan memanggil Dion dengan gelar 'Om'. Walau pada kenyataannya mereka lebih mirip sebagai kakak adik.
Ayah Alesya adalah anak tertua keluarga Zayn. Memiliki 4 orang kakak yang usianya puluhan dan belasan tahun lebih tua, Dion lebih sering diperlakukan seperti anak daripada adik. Terlebih lagi Dion lahir dari nenek muda. Istri kedua kakek Alesya.
Zayn Idris, kakek Alesya –ditinggal mati istrinya saat empat orang anaknya masih kecil-kecil. Saat itu mereka semua masih menetap di Australia. Sebagai perantau di negeri orang, menjadi duda dengan empat anak dengan pekerjaan hanya sebagai guru bahasa dan penyiar radio, bukanlah hal yang mudah.
Beruntung sekali rekan-rekan di stasiun radio dengan tangan terbuka ikut menjaga keempat anak piatu keluarga Zayn ini saat Ayahnya bekerja. Setelah hampir dua tahun menjadi orangtua tunggal, siapa yang menyangka jodoh datang menghampiri pria keturunan Arab-Sunda ini. Seorang gadis Australia mualaf bersedia menjadi ibu dari keempat anak-anak keluarga Zayn.
Tiffany, anak tunggal dari sepasang suami istri keturunan Irlandia. Keluarganya bukanlah orang asing untuk Zayn. Kedua keluarga sering bertemu di Islamic Community center setiap ada acara keagamaan. Tiffany dan orangtuanya memang baru menjadi mualaf. Selayaknya sesama jemaah disana, semua menjadi saudara seiman.
Sampai suatu ketika, sebuah kecelakaan terjadi dan merenggut nyawa kedua orangtua Tiffany, membuatnya menjadi yatim piatu dalam semalam. Beruntung sekali banyak keluarga di Islamic Community yang mau ikut membiayai hidup Tiffany setelah orangtuanya tiada.
Tiffany yang yatim piatu, menjadi akrab dengan anak-anak keluarga Zayn. Atas inisiatif salah satu ulama disana, Zayn disarankan untuk meminang Tiffany. Karena setelah orangtuanya wafat, tidak ada yang bisa menjadi walinya. Tiffany pun menolak setiap ada keluarga yang ingin mengadopsinya, dengan alasan dia sudah cukup dewasa untuk mengurus diri sendiri.
Tiffany juga tidak butuh waktu lama untuk menerima usulan dari sang ulama yang memberi saran kepadanya untuk menikah dengan Zayn karena dengan demikian ada orang yang bisa melindunginya.
Saat menikahi Tiffany, Zayn sudah berusia 39 tahun. Anak pertamanya –Ayah Alesya, sudah berusia 14 tahun. Walaupun usia Tiffany hanya berjarak 8 tahun dari anak pertamanya, tapi anak-anak semua bisa menerima Tiffany sebagai pengganti ibu mereka.
Kesungguhan Tiffany untuk merawat anak-anak, membuatnya menunda untuk memiliki anak sendiri. Sampai akhirnya ayah Alesya meminta beliau untuk mulai memikirkan untuk memiliki anak juga.
"Kami semua sudah besar-besar, tidak ada lagi yang perlu Mama urus. Umur Mama masih muda, sebaiknya Mama punya anak juga." Begitu cerita yang sering disampaikan oleh ayah Alesya ke anak-anaknya.
Adik bungsu mereka akhirnya lahir di tanah air, setelah mendapat kabar kalau orangtuanya sakit keras, Zayn memutuskan pulang ke kampung halaman. Selain karena ingin mempertemukan Tiffany dengan orangtuanya, juga karena ingin merawat ayahnya yang sakit.
Pindah ke tanah air, Zayn akhirnya meneruskan usaha ayahnya, Tiffany juga bisa merasakan punya keluarga besar yang lengkap. Kebahagiaan di tengah keluarga pun bertambah lengkap dengan lahirnya Dion Malik Zayn.
Alesya sendiri adalah cucu pertama keluarga Zayn. Tidak seperti ayahnya dan tiga orang tantenya, semua menikah di usia 20-an. Giliran Alesya, sampai usianya menginjak 30-an tidak kunjung menikah. Demikian juga Dion, Om-nya yang bungsu ini. Sudah tinggal 2 tahun lagi menuju 40 tahun, belum ada tanda-tanda punya calon istri. Alesya sampai berfikir, jangan-jangan dia kecipratan jauh jodoh, gara-gara selama ini ada di dekat Dion sejak kecil. Bahkan juga kerja di perusahaan design grafis milik Dion di luar negri selama empat tahun. Aura dingin Dion mungkin menular pada dirinya, sehingga menjauhkannya dari takdir perjodohan.
Makanya, setelah 2 tahun yang lalu Alesya secara tidak sengaja mengetahui kalau Dion dan Dyan ternyata sudah berteman di instagram cukup lama, dan jadi satu-satunya orang diluar lingkaran pertemanan Om-nya yang bisa akrab di instagram, Alesya diam-diam mulai menjodohkan Om-nya ini ke sahabatnya. Walaupun baru secara sepihak. Karena Alesya tahu, Dyan bukan orang yang dengan mudah membuka hati ke lawan jenis. Trauma masa lalu dan perasaan rendah dirinya masih jadi dinding penghalang.
Alesya memberitahu Dion, kalau Dyan itu sahabat baiknya. Sudah seperti saudara sendiri. Alesya juga menceritakan kehidupan tergelap Dyan yang terjadi di masa lalu, dan bagaimana dia menemani Dyan melewati masa-masa sulitnya. Alesya ingin tahu, apa Om-nya tetap tertarik dengan Dyan setelah mendengar semua ceritanya.
Diluar dugaan, pria lajang yang tidak sekalipun terdengar dekat dengan perempuan secara romantis ini, sama sekali tidak mundur. Malah sebaliknya, dia bertekad untuk membuat Dyan mau menerima dirinya. Untuk jadi pendamping hidup dan membangun rumah tangga.
Alesya tidak pernah tahu, kenapa Om-nya bisa tertarik dengan sahabatnya. Walaupun dia belum pernah bertemu sekalipun dengan Dyan. Dan hanya kenal lewat DM instagram, sekedar mengobrol singkat tentang berbagai macam hal. Bahkan sekarang dengan matang berencana mendekati Dyan secara nyata. Sampai memutuskan pulang ke tanah air dan mencari cara untuk mendapatkan projek di kota P, demi mendekatkan diri ke Dyan dan anaknya.
Tentu saja, Alesya diseret dalam skema rencana ini. Karena lewat Alesya akhirnya bisa ditarik peluang untuk bisa bertemu dengan Dyan dan anaknya, dan kemudian berusaha untuk dekat dengan mereka.
Dion yang selama ini tidak pernah dekat dengan seorang wanitapun bukan karena tidak tertarik. Semua berawal saat dia baru saja mendapat pekerjaan pertamanya di kota B, limabelas tahun yang lalu.
Terlibat dengan team yang bertugas menangani online promotion sebuah hotel resort yang akan launching, Dion mendapat kesempatan menginap semalam di hotel tersebut bersama rekan sekantornya. Untuk mengumpulkan data dan mendapat pengalaman menginap di hotel resort baru itu.
Pagi itu selesai 'check out', Dion berencana langsung menuju kantor. Saat sedang menunggu supir taxi menurunkan barang-barang penumpang sebelumnya, Dion yang sudah duduk di bangku samping supir tiba-tiba melihat orang lain juga masuk ke bangku belakang taxi-nya.
Seorang gadis cantik berambut panjang, terlihat ketakutan dan cemas. Memohon untuk bisa menumpang pergi bersama taxinya, seolah ingin cepat pergi dari tempat itu. Insting Dion mengatakan gadis itu dalam bahaya. Dan dia ingin menolongnya keluar dari kesulitan, mengantarnya sampai ke tujuan.
Dion yang awalnya hanya ingin menolong, lama-lama jadi penasaran. Dan tanpa sepengetahuan gadis itu, setelah dia turun dari taxi ternyata Dion mengikutinya diam-diam sampai gadis itu masuk ke dalam sebuah rumah kost. Yang tentu saja Dion tahu, kalau rumah kost itu juga adalah juga rumah kost Alesya –keponakannya.
Saat kumpul keluarga di Australia, Alesya absen dengan alasan ingin menemani sahabatnya yang sakit. Sejak saat itu, tanpa disadarinya, Dion mulai tertarik mendengarkan cerita Alesya tentang sahabatnya –Dyan.
Alesya tidak pernah tahu, bahwa limabelas tahun yang lalu, Dionlah orang yang membantu Dyan pergi dari hotel dan mengantarkan sampai ke rumah kost.
Sebaliknya, Dion tidak tahu saat pertama kali saling mengikuti di instagram kalau akun yang diikutinya adalah Dyan. Sampai akhirnya Alesya yang memberitahu kalau sahabat virtualnya itu adalah Dyan, gadis yang pernah ditolongnya dan sahabat Alesya yang sering muncul di cerita keponakannya itu. Gadis yang telah menempati sebagian ruang hatinya selama belasan tahun.
Kadang semesta bekerja tanpa kita sadari.