Chereads / In A Broken Heart To Find You / Chapter 38 - CHAPTER 38

Chapter 38 - CHAPTER 38

Masih dalam mata terpejam Kevan meraba-raba bantal disebelahnya mencari sosok istrinya yang satu jam lalu sudah terbangun lebih dulu.

" apa dia sudah bangun ? ini kan hari libur. "

gumamnya.

lalu Kevan beranjak ke kamar mandi hendak membersihkan diri, tapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. ia pun langsung meraihnya.

" sial ! mau apa lagi dia."

umpat nya terlihat kesal melihat nama si penelpon.

" ada apa ?"

kata Kevan dengan nada kesal.

" Kevan bisakah sekarang kau kemari ?"

ternyata yang menelponnya dari Claire.

" jangan gila kamu. ini hari libur. aku hanya ingin bersama istriku dirumah. "

balas Kevan.

" keliatannya Aaron sakit. semalaman dia menangis terus. "

mendengar itu raut Kevan berubah sedih.

" sakit ?"

" iya Kev. mungkin dengan kau datang, ia akan tenang dan tidak rewel seperti ini. "

Kevan menjadi serba salah.

" kau juga dokter kan ? kenapa menelpon ku ?"

" tapi Aaron juga anakmu, Kev. kau janji akan memprioritaskan Aaron."

Kevan mengepalkan tangan. wajah tampannya terlihat Frustasi dan marah.

" dasar tidak becus ! bisa kah kau mengurus anakku dengan baik, dan jangan menekan ku ? "

Kevan dengan marah lalu memutuskan sambungan teleponnya.

" Kevan ?"

Kevan kaget bukan main mendengar suara itu. ia langsung terperanjat menoleh ke belakang. ternyata Freya sudah berdiri mematung didepan pintu kamar yang sudah terbuka lebar dengan membawa secangkir kopi untuk suaminya itu.

" apa kau sudah lama disitu, sayang "

tanya Kevan berjalan mendekati Freya.

" apa yang aku dengar barusan itu benar ?"

ucap Freya masih posisi mematung dan raut wajahnya yang datar.

Kevan jadi kelabakan mendengar ucapan Freya. ia belum siap menceritakan semuanya kepada istrinya untuk sekarang ini. tapi gara-gara Claire menelponnya barusan membuat semua rahasia itu harus cepat terbongkar.

" memangnya kau mendengar apa sayang ?"

ucap Kevan masih berusaha menghindar. padahal sudah jelas Freya mendengar semuanya.

" berhenti kau panggilku sayang. aku muak mendengar nya. kau pikir aku tuli, hah ?"

Freya mulai melangkahkan kakinya lalu menyimpan cangkir berisi kopi itu diatas nakas samping ranjangnya.

Freya mendekati Kevan yang masih diam itu.

" sekarang aku hanya ingin kau jujur, Kev. katakan !! aku tidak mau kau membohongi ku terus."

Kevan menarik nafasnya lalu meraih kedua lengan Freya dan membawa nya duduk berdampingan disisi ditepi ranjang.

Kevan membelai lembut Rambut Freya dan menyelipkan kedaun telinganya.

" aku tidak tau harus memulai dari mana."

lirihnya.

" oke. aku yang akan bertanya. dan kau hanya menjawab jujur semua pertanyaan ku."

ucap Freya dengan wajahnya yang mulai sembab dan terlihat pucat itu.

" apa selama ini kau sudah punya anak ?"

" iya." lirih Kevan hampir tak terdengar.

mendengar itu air mata Freya mulai turun perlahan. Kevan melihatnya dan hendak mengusap nya namun segera ditepis oleh tangan Freya.

Kevan hanya menarik nafasnya menyesal.

" siapa ibu dari anak itu ?"

ucap Freya melanjutkan pertanyaannya, walaupun baru mendengar pernyataan bahwa Kevan sudah punya anak saja sudah bikin kecewa, apalagi ia kini berani bertanya siapa ibunya.

" Claire."

mendengar nama itu Freya langsung berdiri dari duduknya.

" Dokter Claire itu ?"

Freya terlihat sangat kecewa. tiba-tiba dadanya terasa sesak. air matanya yang sedari tadi sudah turun jadi semakin deras saja. namun Freya berusaha untuk tetap kuat berdiri dihadapan suaminya yang pembohong itu.

Kevan berdiri lalu memegang kedua bahu istrinya itu. dan mengusap air mata istrinya dengan lembut.

" sebelum aku mengenalmu, Claire pernah menjadi kekasihku. tapi kami putus sekitar dua tahun lalu. aku tidak tau kalau waktu itu ia tengah hamil beberapa minggu."

" kenapa dia tidak langsung datang meminta pertanggung jawaban darimu ?"

tanya Freya dengan suara mulai parau.

" karena kita sudah tidak ada hubungan apalagi perasaan lagi. sejak dia melahirkan, anaknya dititipkan di panti asuhan. tapi sekarang kami sepakat untuk membesarkannya bersama-sama. walaupun kedua orangtuanya sudah terpisah, tapi jangan biarkan anak itu menjadi korban."

Mendengar penjelasan Kevan membuat hati Freya seperti tertusuk sembilu. sakitnya luar biasa. rasanya lebih sakit dari pengkhianatan Revan dulu.

ia berusaha sekuat tenaga untuk berpura-pura kuat dihadapan suaminya. walau kini raga sudah seperti istana pasir yang terlihat megah namun sekali ombak itu datang maka hancurlah istana megah itu tersapu derasnya ombak.

" anak laki-laki itu bernama Aaron. usianya masih satu tahun lebih."

ucap Kevan terbata-bata.

dan Freya hanya diam tak bergeming.

tiba-tiba suara Ponsel Kevan kembali berbunyi. Freya sekilas melirik Ponsel milik Kevan yang tergeletak diatas ranjang lagi.

Aaron's Mom is Calling...

dua panggilan tak terjawab.

Ponsel berbunyi lagi dan masih dari orang yang sama.

" angkatlah siapa tau urgent ".

ucap Freya.

akhirnya Kevan pun dengan berat hati mengangkatnya. namun kali ini Kevan sengaja memencet tombol loadspeaker supaya Freya juga bisa mendengarnya.

" iya apa lagi ?"

ucap Kevan kesal.

" Aaron barusan kejang-kejang, Kev. ini habis ku berikan obat anti kejang. tolong kemarilah. sepertinya ia harus dibawa ke rumah sakit."

Freya menatap wajah Kevan. disitu tersirat wajah Kevan yang terlihat panik dan cemas.

" pergilah. aku tidak apa-apa."

ucap Freya datar.

Kevan langsung menatap mata Freya kemudian mengangguk pelan.

" baiklah. aku kesana sekarang."

ucap Kevan pada Claire disebrang sana dan langsung menutup panggilan telepon nya.

tak lama kemudian Kevan bergegas membersihkan diri, dan langsung beranjak pergi dari kamarnya mengambil kunci mobil yang tergeletak diatas meja.

Freya hanya bisa melihat punggung Kevan dari Balkon kamar, Kevan yang begitu tergesa-gesa menuju mobilnya dan langsung meluncur jauh hilang dari pandangan matanya.

Freya lalu mengelus-elus perutnya yang masih terlihat rata itu.

" sehat dan kuat ya sayang... Mommy akan selalu ada untuk kamu."

gumamnya dengan air mata tak terbendung lagi.

Freya lagi-lagi menangis.