Freya dan Daniel tinggal di apartemen Raya yang lumayan besar itu. memiliki dua kamar tidur dan kamar mandi masing-masing tentunya.
Freya dan Raya tidur satu kamar, sedangkan Daniel dikamar yang satunya lagi.
Raya menangis tersedu-sedu setelah Freya menceritakan semuanya tentang Kevan. ia merasa ikut kecewa dengan apa yang tengah dialami Freya.
" apa Tante Shofi dan om James tau semuanya, Fre ?"
tanya Raya kemudian sambil mengusap sisa air mata di pipinya.
Freya mengangkat bahunya.
" entahlah. terakhir sih belum. tadinya aku tidak ingin mereka tau. tapi aku tidak mau membuat mereka cemas."
ucap Freya terlihat bingung.
" sebaiknya kau telpon saja mereka. jangan sampai mereka khawatir tentang keberadaanmu sekarang."
saran Raya.
" baiklah. nanti malam aku akan menelponnya ketika papa sudah berada dirumah."
kata Freya sambil membaringkan tubuhnya diatas ranjang Raya yang king size itu.
tiba-tiba pintu kamarnya terdengar ada yang mengetuk.
" masuk lah !!"
teriak Raya. ia sudah tau siapa orang yang mengetuknya itu karena memang pintunya terbuka sedikit.
sosok tubuh tinggi, dan berkaca mata itu tengah berdiri didepan pintu kamar sambil menjinjing tas medisnya.
" apa vitaminnya sudah kau minum hari ini, Fre ? aku akan memeriksa kondisi janin diperutnya dulu. "
ucapnya sambil berjalan kearah Freya.
bola mata Raya seketika itu terbelalak bulat mendengar kalimat Daniel barusan.
" janin ? kamu hamil ?"
tanya Raya terlihat sangat penasaran.
"kalau ada janin, berarti seseorang itu hamil."
ucap Daniel.
Raya melirik sinis pada Daniel, tapi langsung beralih menatap nanar pada Freya.
" kamu beneran lagi hamil, Fre ? "
Freya mengangguk sambil tersenyum. dan Raya langsung memeluknya.
" selamat ya, kamu sebentar lagi jadi ibu. dan aku ingin bayi laki-laki."
ucap Raya.
" tidak. semoga anakku perempuan."
balas Freya.
" anak pertama itu bagusnya laki-laki, Fre."
" No... just daughter."
tegas Freya.
" Hey, stop !! apa kalian tidak waras memperdebatkan gender pada janin yang masih berusia empat Minggu ? "
ucap Daniel sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Freya dan Raya terdiam.
Daniel mulai memeriksa bagian perut Freya dengan alat medis nya.
" Aman. janinnya sehat. tapi sebaiknya Minggu depan kita periksakan ke rumah sakit disini. supaya perkembangannya bisa dilihat melalui USG."
ucap Daniel.
Freya pun mengangguk. tiba-tiba ia menelan salivanya. rasanya lidahnya terasa sangat pahit dan menginginkan sesuatu yang asam.
Raya memperhatikan Freya yang menggigit semua bibir bawahnya.
" kau kenapa ?"
tanya Raya.
" hhmm-- Ray, mau kah kau mengantarku mencari Rujak cuka ?"
Raya membulatkan matanya lalu tertawa.
" kamu ngidam rujak cuka ? kok bayi mu ngerti sih kalau saat ini dirinya lagi di indo, makanya minta rujak cuka."
" apa itu rujak cuka ?"
tanya Daniel sambil mengerutkan keningnya bingung.
" Rujak cuka itu makanan khas sini yang didalamnya terdapat beberapa buah dan sayuran gitu. rasanya manis, asam, dan pedas."
jelas Raya.
" tidak. tidak. aku tidak mau terjadi apa-apa terutama yang berhubungan dengan penyakit lambungmu."
ucap Daniel melarangnya.
" ayolah, Daniel. saat ini aku hanya ingin mencicipnya sedikit saja. selebihnya silahkan kau yang habis kan."
" aku ?"
tanya Daniel sambil menunjuk dirinya sendiri.
" ya, dan kau akan tau bagaimana nikmatnya makan rujak cuka dicuaca panas seperti ini."
ucap Freya memastikan.
Raya tertawa melihat interaksi antara Freya dan Daniel.
" sudahlah, jangan berdebat lagi. aku akan mencarikan nya untukmu."
ucap Raya kemudian.
Freya langsung beranjak dari tempat tidurnya.
" hey, kau mau kemana ? tunggulah disini. diluar cuaca nya sangat panas, Fre."
sergah Raya.
" tapi--"
" jangan tapi-tapian. kau tunggu disini !! aku akan menemani Raya untuk mencari makanan itu."
ucap Daniel.
Raya terkejut saat mendengar ucapan Daniel bahwa akan menemaninya mencari penjual rujak cuka itu. jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. sepertinya Raya diam-diam menyukai Daniel sejak pandangan pertama.
" baiklah aku menunggu disini saja."
kata Freya akhirnya kembali membaringkan dirinya ke atas ranjang.
***
Raya dan Daniel pun akhirnya pergi mencari makanan yang diidamkan Freya. dan Raya ingat akan penjual rujak cuka yang selalu mangkal di kompleks perumahannya dulu.
Raya memutar setirnya dengan tiba-tiba. yang membuat tubuh Daniel disampingnya menjadi miring dan beradu dengan bahu Raya.
" hey, nona. apa kau tidak bisa menyetir mobil dengan baik ?"
ucap Daniel menggerutu.
" sorry."
balas Raya irit.
Daniel hanya mendengus kesal, dan Raya melirik sekilas pada Daniel.
" Yaa Tuhan. terimakasih Kau mengirimkan Daniel Radcliffe versi KW ini. yang penting namanya sama-sama Daniel dan mukanya juga rada-rada mirip kok."
gumam Raya sambil tersenyum-senyum sendiri.
Daniel mengernyitkan dahinya ketika melihat Raya yang sedang cengengesan sendiri itu.
" gadis aneh."
gumamnya.
tak lama kemudian akhirnya Raya menemukan si mamang penjual rujak cuka yang biasa mangkal di komplek. Raya dan Daniel pun segera turun.
" mang, rujaknya bungkus dua ya !!"
" siap, Neng."
Raya dan Daniel duduk dikursi plastik yang disediakan oleh si mamang.
Daniel nampak serius memperhatikan si mamang rujak yang tengah sibuk mengiris-iris buah kedalam plastik bening.
sedangkan Raya baru sadar bahwa dihadapannya itu rumah Freya yang kini ditempati saudara jauhnya.
Raya terus mengamati dua orang yang tengah duduk dikursi teras rumah. pria dan wanita sedang asik mengobrol sambil menyantap sesuatu dimangkoknya. kebetulan pintu gerbang pagarnya terbuka dengan lebar jadi bisa terlihat jelas sampai ke dalam.
" Pria itu ? bukannya itu Revan ?"
Raya terkejut seraya membuka matanya lebar-lebar untuk memastikan penglihatannya itu.
dan benar saja, tak lama kemudian Revan berjalan kearahnya sambil membawa mangkok ditangannya.
Raya pura-pura mengalihkan pandangan dan membelakanginya.
" semoga Revan matanya jereng dan tidak menyadari keberadaan ku."
umpat Raya dalam hati.
" ini mang, mangkoknya. jadi berapa semuanya ?"
ucap Revan sambil merogoh sesuatu disaku celananya.
" tiga puluh ribu saja, mas."
Revan menyodorkan uang kertas biru kepada si mamang.
" kembaliannya ambil saja. "
" oh, terimakasih banyak, mas."
ucap si mamang penjual rujak itu tampak sumringah.
Revan hendak berlalu. namun bukan Revan namanya kalau tidak melirik setiap wanita yang ada dihadapannya.
" Raya ?"
" shit ! ketauan juga dah."
umpat Raya akhirnya membalikkan tubuhnya.
" eh, Revan. kirain siapa abis makan rujak."
balas Raya sambil mengusap-usap rambutnya.
" kirain kamu masih di Bali, Ray ?"
" udah disini, Rev. baru dua bulanan ini. oiya, kok kamu dari rumah itu ?"
ucap Raya seraya menunjuk ke arah rumah Freya.
" ceritanya panjang, Ray."
balas Revan.
" ini neng rujaknya sudah selesai dibungkus."
tiba-tiba si mamang rujak memecah obrolannya
" oh iya ini uangnya mang."
Raya menyodorkan uang pasnya pada si mamang.
" ayo cepatlah !! ini panas sekali, Ray. sudah selesai kan makanan pesanannya Freya ?"
ucap Daniel beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Raya.
Revan langsung terkesigap mendengar nama Freya.
" Freya ? Freya lagi disini, Ray ?"
tanya Revan penasaran.
" aduuh... si Harry Potter ini kok malah sebut-sebut nama Freya dihadapannya sih ? kacau "
gumam Raya dalam hati.
" hhmm-- iya Rev, lagi liburan beberapa hari saja."
jawab Raya.
" oke, kita balik duluan ya. bye Revan."
Akhirnya Raya buru-buru pergi masuk ke dalam mobilnya diikuti Daniel.
Revan masih tak bergeming dari tempatnya ia berdiri. ia masih tidak percaya bahwa Freya kembali ke sini.
" aku harus mencari tau."
gumamnya.