sementara dibenua lain,
Freya yang tengah hamil muda ini sudah terbiasa dengan yang namanya kesusahan serta ketidaknyamanan. mulai dari mual dan muntah, kelelahan, kram kaki, dan ketidaknyamanan lainnya. Namun, tahukah kamu jika kehamilan yang setiap wanita jalani itu selalu mendatangkan kenikmatan tersendiri dan memberikan kebahagiaan luar biasa.
Freya mulai merasa bosan dan kesepian seharian seorang diri di apartemen Raya.
tiga hari yang lalu, Daniel memutuskan untuk pergi ke New York untuk menemui keluarganya beberapa hari, dan rencana nya dari sana akan langsung pulang ke Irlandia.
sedangkan Freya belum ada rencana pulang ke Dublin, karena ia masih belum siap bertemu Kevan lagi. dipikirannya ia terlalu naif, sudah menduga lebih dulu bahwa pada akhirnya Kevan akan kembali bersama Claire. dan dirinya harus siap mengurus anak yang kini dikandungnya seorang diri tanpa sosok suaminya.
seperti biasa, sore itu Freya selalu berdiri diteras balkon dengan melipatkan kedua tangan diperutnya, sambil memandangi jalanan dan pemandangan sekitar dari lantai sepuluh apartemen milik Raya.
" Fre, kamu sedang apa berdiri dibalkon seperti itu ? ayo masuklah. nanti dikira orang kamu mau bunuh diri."
tiba-tiba tanpa disadari Freya, Raya sudah pulang dari tempat bekerjanya.
" astaga, Ray. omongan mu sembarangan. dipikirnya aku setolol itu."
jawab Freya mendengus, lalu beranjak menuju dapur mengambil minum.
Raya menjatuhkan tubuhnya disofa lalu mengambil remote yang tergeletak diatas meja untuk menyalakan tv nya. tak lama Freya duduk disamping Raya sambil membawa setoples camilan.
" dasar bumil."
Ledek Raya melirik sekilas Freya yang mulutnya terus mengunyah makanan.
" bodo. yang penting bayiku tidak kelaparan."
balas Freya acuh seraya merogohkan lengannya kedalam toples mengambil camilan itu.
" Oya Fre, tadi siang Revan datang ke resort ku. "
Freya seketika menghentikan gerakan tangan dan mulutnya.
" Revan ? mau apa dia menemui mu ?"
kini matanya menatap Freya serius.
" menanyakan tentang kamu. katanya sih ingin bertemu sekali saja, sebelum dia menikah Minggu depan."
" oh dia mau menikah? kalau mau nikah kenapa minta ketemuan dulu ? apa dia minta restu dari ku ?"
tuturnya terkekeh.
mendengar itu Raya ikut tertawa.
" hahaha... minta restu dari sang mantan."
" gak lucu."
ujar Freya tiba-tiba mengerucutkan bibirnya.
" oiya, Fre. apa kamu tidak ingin tau siapa calon istrinya ?"
tanya Raya.
Freya hanya mengangkat bahunya sambil menurunkan bibirnya.
" whoever she is, I don't care."
tiba-tiba suara ponsel Raya berbunyi. Raya segera mengambilnya dari dalam tas kerjanya.
" Fre, ini sambungan interlokal. kayanya orangtuamu telpon nih."
Raya menyodorkan ponselnya, lalu Freya langsung meraihnya.
" Hallo."
" sayang, apa kabarnya kamu disana ?"
" baik, Ma. kalian semua bagaimana sehat-sehat kan?"
" kami baik-baik saja. kebetulan Papa saat ini sedang keluar kota karena ada urusan bisnis. jadi mama dirumah sama Larry."
" oohh. mama sama aunty Larry baik-baik saja kan?"
" iya sayang. oiya, kemarin Tante Lastri nelpon mama. katanya selama kamu di Bandung gak pernah main kerumah. apa betul ? "
Freya tampak mengernyitkan keningnya.
" Tante Lastri yang nempatin rumah kita ? kan mama tau sendiri aku tidak terlalu dekat. bertemu saja baru sekali itu pun waktu ku kecil. aku sungkan, ma."
" jangan gitu dong, sayang. mereka keluarga mama lho. meskipun keluarga jauh, tapi tetaplah saudara. menginaplah disana sekali-kali. lagian Minggu ini Laras, anaknya mau menikah. kan gak enak kalau kamu tidak datang, Fre."
" hhmm. iya deh, Ma. besok aku akan kerumahnya."
" oke, sayang. sekalian salam buat semuanya ya. titip maaf juga karena mama tidak bisa datang ke acara pernikahan Laras."
" siap, Mama. nanti aku sampaikan."
" Bye. love you, sayang."
" love you too, ma."
dan obrolan singkat itu pun berakhir. Freya lalu menyerahkan benda pipih berwarna hitam itu kepada Raya.
" sepertinya besok aku akan menginap dirumahku yang ditinggali Tante Lastri. kau tidak apa-apa kan, Ray ?"
ucap Freya merasa tidak enak pada Raya yang telah menampungnya selama beberapa hari terakhir.
" ya tidaklah, Fre. nyantey aja keleuss."
balas Raya tersenyum.
" Laras, anaknya Tante Lastri akan menikah Minggu ini. jadi berhubung mama tidak bisa datang, maka akulah yang terpaksa menggantikannya."
ujar Freya dengan nada sedikit terpaksa seraya menarik garis bibirnya lebar.
" anak baik. emang seharusnya begitu mumpung ada disini."
ucap Raya menyunggingkan senyuman sekilas.
" oiya, beneran kamu tidak mau tau calon istri yang dijodohkan ibunya untuk Revan ? "
Raya memiringkan wajahnya menatap wajah Freya.
Freya menggelengkan kepalanya.
" sudahlah, Ray. gak penting banget. aku mau mandi dulu. bye."
ujar Freya seraya beranjak dari sofa, berjalan menuju balkon hendak mengambil handuk yang dijemur dipagar besi balkon apartemen.
tadinya Raya ingin menceritakan bahwa calon istrinya Revan itu yakni Laras. tapi ya sudahlah, sepertinya Freya memang tidak tertarik untuk mendengarnya, karena dia memang sudah benar-benar move on dari pria ganteng berwajah Asia itu.
" ya sudah, nanti dia akan kaget sendiri."
gumam Raya tersenyum miring.