Freya merasa tidak enak bila bangun terlalu siang, karena ia tau diri bahwasannya kini ia tengah menumpang. maka sebelum tidur tadi malam, ia terpaksa memasang alarm di ponselnya tepat di jam setengah enam pagi.
ia bergegas mandi, lalu berjalan menuruni anak tangga menuju ke arah dapur. dan benar saja, tante Lastri dan bi asih sudah sibuk disana.
" hey, selamat pagi cantik."
sapa Lastri ketika melihat Freya tengah menghampiri.
" pagi, Tan. aku boleh bantu-bantu disini ?"
" oh, boleh dong."
balas Lastri tersenyum.
Freya pun dengan semangat meraih pisau untuk membantu mengiris beberapa siung bawang merah dan bawang putih. lalu dengan cekatan ia menumis bumbu dapur yang telah dihaluskan itu hingga setengah matang, sampai aromanya menusuk hidung.
" non, udah pinter masak ya sekarang."
ucap bi Asih seraya membersihkan ikan gurame di kitchen sink.
" iya atuh, bi. kan untuk masakin suami."
jawab Freya tersenyum malu melirik bibi Asih sekilas.
Ah, Freya jadi teringat dengan Kevan. hatinya kini tiba-tiba merindu. membayangkan sosok tubuh kekar yang selalu merengkuhnya dari belakang saat ia sedang asik memasak di dapur, dan berhasil membuatnya semakin tak berdaya. Kevan selalu mengganggunya dengan rayuan gombal dan ciuman kecil ditengkuk lehernya. malah seringkali acara memasaknya itu harus terjeda iklan karena si tuan rumah menginginkannya.
karena bagi Kevan, istrinya selalu membuatnya tergoda bila sedang berkutat didapur.
tiba-tiba aroma bau amis ikan gurame yang sedang dibersihkan bi Asih mengganggu penciuman Freya. ia merasa mual, perutnya berasa diaduk-aduk tak karuan, hingga dirinya harus segera berlari ke toilet untuk memuntahkan isi perutnya.
' hoeekk... hoeekk..'
" Fre, apa kau tidak apa-apa, nak?"
Lastri mengelus-elus punggung Freya yang masih membungkuk mengeluarkan sisa-sisa cairan dari mulutnya.
" iya, Tante. sudah biasa ini. morning sickness."
jawab Freya lemah. namun tiba-tiba kepalanya terasa berat dan berputar-putar. ia tidak kuat menahan beban tubuhnya sendiri.
' BRUKKK '
dengan cepat Lastri menahan tubuh Freya, namun karena lastri juga tidak kuat menahan, akhirnya keduanya tersungkur dilantai toilet dekat dapur. posisi Lastri berada dibawah karena menahan tubuh Freya yang kini tidak sadarkan diri.
" tolong ! tolong cepatlah kemari ! bi asih, Larass."
teriakan Lastri sampai terdengar kemana-mana.
Laras dan bi Asih bergegas menuju ke arah sumber suara dengan panik.
begitu juga dengan Revan. yang saat itu baru saja datang hendak mengantar-jemput Laras bekerja setiap harinya itu, langsung masuk kedalam tanpa permisi ketika mendengar teriakkan calon ibu mertuanya yang terdengar panik.
" kenapa kak Freya pingsan, Ma ?"
Laras reflek berjongkok hendak mengangkat kepala Freya yang sebagian menyentuh lantai toilet dan dibantu bi Asih yang terlihat tegang.
" Freya ?"
tiba-tiba Revan datang dan membuat ketiga pasang mata langsung menatapnya.
" Ka Revan, kamu--"
" Revan, ayo bantu Tante membawanya ke kamar !!"
perintah Lastri memotong kata-kata Lastri yang tampak keheranan karena menyebut nama Freya tadi.
Revan langsung merengkuh tubuh Freya dengan sangat hati-hati, lalu membawanya naik kelantai atas menuju kamarnya.
Laras dan Lastri mengikutinya dari belakang.
sorot mata Laras menatap tajam memandangi punggung Revan yang tengah merengkuh wanita lain dipangkuannya itu.
" kenapa kak Revan langsung tau arah menuju kamarnya kak Freya ? padahal kami belum memberitahu letak kamarnya dimana."
gumam Laras memicingkan kedua matanya penuh kecurigaan.
Revan membaringkan tubuh Freya diatas ranjangnya dengan hati-hati dan penuh kelembutan. lalu memandangi wajah gadis yang dulu pernah menjadi pujaan hatinya. bahkan pernah menjadi mimpinya untuk bisa hidup bersama sampai mereka menua nanti.
" Freya ku, akhirnya aku bisa memandangi wajah cantikmu lagi."
gumamnya dalam hati.
" kak Revan. keluar lah ! "
suara Laras akhirnya membuyarkan semuanya. Revan beralih menatap Laras hangat.
" aku akan memberikan minyak aromaterapi ini ke arah penciuman kak Freya biar cepat sadar. dan mengoleskan minyak kayu putih ke tubuhnya biar terasa hangat."
Revan pun langsung menyingkir dan menjauhi Freya.
tak lama kemudian, Freya mulai mengerjapkan kedua mata birunya yang masih terasa berat untuk dibuka lebar.
" aahgg."
ia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing tujuh keliling itu.
" Laras, apa tadi aku pingsan?"
tanya Freya samar-samar.
Laras langsung duduk ditepi ranjang dan memegang tangan Freya.
" iya, tadi kak Freya pingsan di toilet dekat dapur."
" yang membawaku kesini si--"
" calon suami ku, kak. tadi dia yang membawamu kesini."
potong Laras.
" ah. maaf aku jadi merepotkan kalian."
ucap Freya merasa tidak hati.
" tidak apa-apa, Nak. untung saja tadi ada Revan. kalo tidak ada mana mungkin Tante dan Laras kuat menggotongmu kemari."
ucap Lastri yang tiba-tiba datang membawakan segelas teh hangat lalu menyodorkan nya pada Freya. ia pun langsung beranjak dari posisi berbaring nya dan langsung duduk menyandar di headboard ranjangnya.
" minumlah. biar perutnya lebih enakkan !"
Freya langsung menyeruput tehnya sampai habis setengah gelas, lalu menyimpannya diatas nakas.
" terimakasih, Tante. maaf aku merepotkan."
Lastri langsung menangkup kedua pipi Freya yang mulai gembil itu.
" jangan minta maaf terus. kamu juga kan anak Tante."
ucapnya seraya tersenyum lalu mengecup kening Freya.
" oh, iya kak. aku akan mengenalkan calon suamiku pada Kaka."
Freya langsung membulat kan matanya.
" iya, mana ? sekalian mau berterima kasih karena telah membopong ku ke sini."
ucap Freya antusias.
" sayang, kemarilah. ayo kenalan sama saudara sepupuku yang bule ini."
Ucap Laras menarik tangan Revan yang dari tadi berdiri di luar, depan pintu kamar.
Freya pun tampak penasaran sambil memiringkan kepalanya ke arah pintu kamarnya.
namun alangkah terkejutnya melihat sosok pria yang sangat dikenali berjalan menghampirinya. Freya membungkam seketika.
" ini dia kak, calon suamiku. namanya Revan Adiguna Putra. gimana kak ? seperti yang kubilang kemarin kan ?"
ucap Laras dengan bangga mengenalkan calon suami gantengnya itu.
Freya menjadi tidak berani menatapnya. ia hanya menundukkan pandangan nya.
" kami sudah saling mengenal. dia adalah kekasih tak sampai ku."
lirih Revan.
Laras dan Lastri tercengang mendengar ucapan Revan yang nyaris tak terdengar barusan. tapi pendengaran mereka sangat baik dan tetap terdengar sempurna dikedua telinganya.
Laras hanya memejamkan matanya sesaat.
" sudah ku duga. diantara mereka pernah ada cerita."
gumamnya dalam hati seraya menghapus sesuatu di kedua matanya.
" tunggu, maksudnya apa ini ? tolong ceritakan semuanya pada Tante. jangan ada yang ditutupi diantara kalian. Tante tidak mau sesuatu terjadi menjelang pernikahan yang tinggal empat hari lagi, Revan."
ucap Lastri dengan wajah yang penuh dengan kepanikan dan kekhawatiran.
Freya langsung mengangkat wajahnya menatap ke arah Lastri.
" Tante, duduklah. aku akan mengatakan yang sejujurnya. Tante yang tenang dulu ya. semua ini tidak akan mengubah apa pun."
kata Freya memastikan.
Tante Lastri pun duduk ditepi ranjang berhadapan dengan Freya.
Freya menarik nafasnya dalam-dalam sebelum memulai bercerita.
" dulu aku dan Revan memang pernah menjalin hubungan. tapi hanya sebentar, karena diantara kami memang sudah tidak ada kecocokan lagi. apalagi waktu itu aku ikut papa mama pindah ke Dublin. disana aku bertemu Kevan yang sekarang menjadi suamiku. jadi aku dan Revan sudah tidak ada apa-apa. kami hanya berteman biasa."
jelas Freya dengan tidak mengatakan dengan rinci tentang alasan yang sebenarnya hubungan mereka bisa putus, kepada Lastri dan Laras.
" kalau saja Revan tidak bermain gila dengan si jalang Sandra, mungkin sampai saat ini masih baik-baik saja."
gumamnya dalam hati.
akhirnya Tante Lastri pun memahaminya. dan menganggap ini hanya sebuah kebetulan saja. tapi tidak dengan Laras. ia malah beranggapan bahwa dirinya hanya pelampiasan Revan karena tidak bisa mendapatkan Freya.
dan Laras tidak terima dengan semua itu.