Dublin, Irlandia.
Kevan mengerjap matanya perlahan, rasa kantuknya belum mampu membuka matanya dengan lebar. tangannya menggeliat meregangkan otot-otot nya. lalu tak sengaja tangannya bergerak dan mendapati seseorang tengah tidur disamping dengan posisi membelakanginya.
dibawah alam sadar dan pikiran sehatnya, Kevan langsung melingkarkan tangannya keatas perut seseorang yang ternyata Claire. menenggelamkan kepalanya ditengkuk leher yang dikira istrinya itu.
" jangan pergi lagi, sayang"
lirihnya sambil terus menerus menciumi tengkuk leher dan punggung Claire.
Claire menggeliat geli dan akhirnya terbangun. lalu membalikkan tubuhnya hingga kini mereka saling berhadapan diatas ranjang.
" kau sudah bangun, Kev ?"
mendengar suara itu Kevan terkejut dan langsung membuka matanya lebar-lebar.
" Kau ? kenapa ada dikamarku ?"
tanya Kevan sambil beranjak menjauh.
Claire hanya menggigit bibirnya yang menggoda, dengan posisi berbaring miring dan tangan kiri menyangga kepalanya. paha mulusnya terlihat dengan jelas karena Claire hanya menggunakan lingerie merah model kimono diatas lutut. dan itu membuat Kevan menjadi panas dingin.
" dulu ini kamar mu, tapi apa kau lupa kalau sekarang aku tinggal disini ? berati ini kamarku juga, Kev."
" apa karena semalam aku mabuk dan kau membawaku ke sini ?"
tanya Kevan memicingkan matanya sinis pada Claire.
" tidak. kau sendiri yang masuk ke kamar pada tengah malam lalu tidur disampingku."
jawab Claire santai dan seolah terus menggoda iman Kevan sambil memutar-mutar rambut poni panjang dengan telunjuknya.
Kevan hanyalah Pria normal biasa yang tidak bisa tahan bila melihat ada kucing liar dihadapannya. apalagi kucing itu tengah menggoda dan memberikan lampu hijau kepadanya.
Kevan langsung saja mendekati tubuh Claire lalu dengan cepat menindihnya. Claire hanya diam mengikuti gerakan Pria berbadan kekar diatas tubuhnya. Kevan mencium bibir Claire dengan kasar dan Claire juga membalas pagutannya dengan agresif. tangan Kevan mulai menggerilya menelusuri setiap anggota tubuh yang paling sensitif miliknya Claire.
tapi tiba-tiba suara ketukan keras pintu kamarnya membuat Kevan tersadar dan langsung beranjak dari tubuh Claire yang pakaian tidurnya sudah berantakan dan terbuka itu.
" Brengsek kau Claire !! hampir saja--"
umpat Kevan dengan perasaan menyesal.
" tapi kau juga menyukainya kan ?"
balas Claire bangun dari posisi terlentang nya lalu merapihkan baju tidurnya.
suara ketukan kamarnya terdengar lagi sangat kencang. membuat Claire terlihat emosi dan beranjak untuk membuka pintu.
" ada apa sih ? pagi-pagi kau sudah mengganggu, Linda. kau tidak tau kalau kami hendak--"
" itu nyonya, Aaron demam lagi dan sesak nafas."
ucap Linda terlihat panik.
Claire dan Kevan terkejut dan langsung bergegas ke kamar Aaron. benar saja Aaron terlihat sesulitan bernafas.
Kevan langsung menggendong Aaron dengan posisi mendudukkan badannya agar nafasnya tidak terlalu berat.
" ayo sebaiknya kita bawa ke hospital."
ucap Claire sambil menyambar kunci mobil yang tergeletak diatas meja.
akhirnya mereka bergegas menuju rumah sakit dengan keadaan panik.
Claire melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal. sementara Kevan mendekap tubuh mungil Aaron.
***
sesampainya di rumah sakit, Aaron langsung ditangani oleh dokter spesialis anak.
" kau tangani cepat anakku, Louis !!"
ucap Kevan panik.
Pria itu seketika terkejut langsung menatap wajah Kevan.
" anak mu ?"
" tidak ada waktu untuk menjelaskan."
ucap Kevan.
Lalu dokter Louis itu pun hanya mengangguk dan langsung masuk ke ruangan tempat Aaron tadi digendong Claire kesana.
" dokter Claire ?"
sapa Louis terkejut melihat kepanikan diwajahnya.
" dokter Louis, tolong tangani Aaron anakku. ia demam, lalu sesak nafas. dan dua hari lalu sempat kejang satu kali."
ucap Claire terlihat cemas sekali.
" oke, sebentar saya periksa dulu."
akhirnya Claire keluar dari ruangan itu menemui Kevan yang sedang duduk cemas. Kevan melirik sekilas pada Claire dengan sinis. lalu kembali memalingkan wajahnya ke arah pintu masuk ruangan Aaron.
tak lama kemudian Kevan masuk ke dalam menemui dokter Louis yang tengah memeriksa Aaron.
" apa yang terjadi sama dia, Louis ?"
tanya Kevan.
" sepertinya anakmu terkena pneumonia. dan untuk memastikan kita akan Rontgen dan cek darah."
" oke, lakukan itu segera !"
ucap Kevan tak mau membuang-buang waktu.
" baiklah. sekarang nafasnya sudah normal. lebih baik kita pindahkan ke ruang rawat inap dulu."
kata Louis.
akhirnya Aaron dibawa keruang VVIP sambil menunggu hasil Rontgen dan cek darah nya keluar.
Claire tampak cemas dan tidak mau beranjak dari tepi tempat tidur pasien sambil terus memandangi tubuh kecil Aaron yang tengah berbaring lemah itu.
sedangkan Kevan masih sibuk berbincang dengan Louis didepan pintu ruangannya.
" kau dan Claire--"
" masa lalu."
ucap Kevan memotong arah pembicaraan dokter Louis.
" kalian pernah menikah ?"
Louis terlihat penasaran. karena yang ia tau, Freya lah istri sahnya dokter Kevan.
" tidak. Claire hanyalah bekas kekasih saja."
jawab Kevan datar.
bola mata Dokter spesialis anak itu tampak membulat lebar. tapi tidak melanjutkan obrolannya itu, yang sekiranya bukan urusannya.
" baiklah. aku akan ke Lab memeriksa apa hasilnya sudah keluar atau belum."
ucap Louis beranjak pergi.
Kevan hanya mengangguk saja karena tiba-tiba ponsel nya berbunyi.
" ada apa ? apa kalian sudah menemukan nya?"
tanya Kevan antusias mendengar jawaban dari orang bayaran yang tengah menelponnya itu.
" iya, tuan. istri anda sekarang berada di Indonesia. tepatnya di kota Bandung."
mendengar itu Kevan langsung mengepalkan tangannya. wajahnya terlihat emosi. Seketika ia ingat dengan mantan kekasih Freya yang sama-sama berada disana.
" awasi dia terus !! kalau bisa buntuti kamanapun dia pergi, dengan siapa dan ngapain saja."
ucap Kevan.
" baik tuan, saya sudah menyewa orang disana untuk mengawasi nya. "
" oke, ku tunggu info selanjutnya."
Kevan terpaksa memotong pembicaraan nya karena Louis datang dengan membawa amplop besar berisi hasil lab milik Aaron.
" apa sudah keluar hasilnya, Louis?"
tanya Kevan sudah tak sabar.
" ayo, kita bicara didalam saja. supaya Claire juga mendengarnya."
Kevan akhirnya mengikuti langkah Louis masuk ke ruang rawat inap Aaron.
melihat Kevan dan Louis datang, Claire beranjak dari duduknya.
" bagaimana keadaan Aaron, dokter Louis ?"
tanyanya.
dokter Louis menarik nafasnya sejenak sebelum menjelaskan hasil dari lab.
" Aaron positif mengidap Pneumonia. ia harus dirawat intensif beberapa Minggu supaya kami bisa memantaunya."
Kevan dan Claire tampak lemas mendengar statement dokter Louis.
" kalian tidak perlu khawatir. selama Aaron dirawat disini semua akan baik-baik saja. percayalah. penyakit jenis ini sudah sering ku tangani."
jelas dokter Louis.
" oke, Louis. lakukan yang terbaik untuk Aaron. dan kalau sampai terjadi sesuatu padanya, akan ku pastikan kau tidak akan pernah menjadi dokter anak lagi."
ancam Kevan terlihat serius, sambil menepuk bahu Louis.
" wow. tenanglah. Aaron akan segera pulih, tuan Kevan."
balas Louis tersenyum seraya beranjak pergi keluar dari ruangan itu.
Claire diam-diam memandangi Kevan yang terlihat sangat kalut itu. pikirannya terbagi antara anak dan istrinya. setelah Kevan tau keberadaan Freya, rasanya ingin sekali hari itu juga pergi menyusul dan menjemputnya pulang. tapi disisi lain, ia juga tidak bisa begitu saja meninggalkan kondisi Aaron yang tengah sakit seperti sekarang.
" Kev, aku akan pulang dulu. bisakah kau menunggu Aaron sebentar ?"
tanya Claire memberanikan diri bertanya.
" untuk apa pulang ?"
Kevan malah balik bertanya.
" apa kau lihat pakaian ku ini ? aku akan mandi dan ganti pakaian dulu."
jawab Claire mulai kesal.
" pergi sana !! suruh siapa pakai baju seperti itu."
ucap Kevan sinis.
" kau-- dasar brengsek."
umpat Claire sambil ngeloyor pergi keluar.
setelah Claire keluar, Kevan lalu menjatuhkan tubuhnya diatas sofa tempat duduk tunggu pasien.
dirinya kini benar-benar sedang merindukan Freya. dan berharap istrinya segera pulang.
.
.
.
.
NEXT
jangan lupa like nya ya 😉