"Bos....Bos!! bangun Bos! kita perlu bicara!" panggil Baim di luar kamar setelah hari sudah siang, tapi Edgar belum keluar dari kamar.
Mendengar panggilan Baim berulang-ulang Edgar membuka matanya perlahan dan sangat terkejut saat kepala Maya ada di atas dadanya.
Dada Edgar bergemuruh berusaha mengingat kejadian semalam.
"Jadi, semalam bukanlah mimpi? tapi benar-benar terjadi?" ucap Edgar dalam hati dengan kening mengkerut.
Dengan pelan tanpa menimbulkan suara, Edgar menyingkap selimut yang menutupi tubuh Maya dan dirinya.
"Damn! tenyata benar-benar terjadi. Maya telah melakukannya untukku, entah dia sekedar membantuku atau menikmatinya." ucap Edgar lagi seraya memindahkan kepala Maya di atas bantal dengan sangat hati-hati.
Sambil memegang lengannya yang terasa perih, Edgar turun dari tempat tidur kemudian memakai pakaiannya.
"Aku harus cepat pergi dari sini, sebelum dia bangun dan bicara pedas lagi padaku." ucap Edgar tanpa menimbulkan suara membuka pintu dengan pelan.
"Lama sekali Bos? memang Bos dengan siapa di dalam? apa dengan Erin?" tanya Baim dengan sedikit keras.
"Sssttt!! jangan ramai! ayo...ke depan." ucap Edgar mencengkeram lengan Baim dan membawanya ke depan rumah.
"Bos, santai sedikit jangan tegang. Aku tidak akan bilang siapa-siapa kalau Bos tidur dengan Erin. Ini kemajuan pesat, biasanya Bos hanya bercinta saja. Sekarang tidur bersama semalaman." ucap Baim ikut bahagia dengan kemajuan Edgar yang tidak pernah mau terikat dengan satu wanita.
"Kamu jangan bilang sembarangan, aku tidak tidur dengan Erin." ucap Edgar seraya duduk dan mengambil rokok di atas meja.
"Ada apa Bos? apa yang Bos pikirkan? apa ada sesuatu yang membuat Bos cemas?" tanya Baim semakin penasaran dengan apa yang di pikirkan Edgar, apalagi keingintahuannya tentang siapa wanita yang berhasil mengajak Edgar bermalam bersama.
"Tidak ada apa-apa. Sekarang katakan padaku, ada apa pagi-pagi kamu mencariku?" tanya Edgar sambil menyesap rokoknya.
"Semalam Evan memberi kabar tentang Amir. Amir masih mencarimu Bos. Bahkan dia menyebarkan anak buahnya di mana-mana." ucap Baim dengan wajah serius.
Edgar menghentikan sesapan merokoknya, kemudian menatap wajah Baim dengan alis terangkat.
"Apa Evan sudah menemukan Sonny?" tanya Edgar dengan tatapan serius.
Baim menggelengkan kepalanya.
"Informasi terakhir Sonny meninggalkan kota ini sejak kematian Utari. Apa Bos masih yakin kalau Sonny yang menjebak Bos selama ini?" tanya Baim merasa kasihan dengan Edgar yang di kejar-kejar polisi tanpa tahu kesalahannya.
"Aku sangat yakin, karena aku tidak pernah lupa apa yang pernah aku lihat. Aku pernah melihat Utari pergi bersama Sonny di sebuah cafe. Walau aku tidak pernah mengenal Utari tapi aku ingat jelas wajah Utari." ucap Edgar dengan pasti.
"Masalah ini tidak akan selesai kalau kita masih belum bisa menemukan Sonny." ucap Baim serata mengusap wajahnya.
"Dari awal aku sudah merasa curiga saat Sonny tiba-tiba ingin mengenal dirimu Bos. Sonny begitu baik padamu dan ternyata inilah maksud dibalik sikap baik Sonny. Tapi Bos, yang menjadi pikiranku? apa alasan Sonny mendekati Bos dan menjadikan kambing hitam dari kematian Utari?" ucap Baim selalu mencurigai semua orang yang dekat dengan Edgar, karena keselamatan Edgar sangat penting di banding dirinya.
"Hem..aku merasakan hal yang sama. Bilang pada Evan untuk mencari terus di mana keberadaan Sonny. Dan satu lagi cari dua orang anak buah Evan yang bertubuh gempal dan yang satunya sedikit pendek. Beri mereka pelajaran, karena telah berani melecehkan Maya." ucap Edgar seraya bangun dari duduknya.
"Baik Bos. Bos mau kemana?" tanya Baim melihat Edgar bangun dari duduknya.
"Mau mandi." jawab Edgar dengan singkat kemudian masuk ke dalam rumah untuk segera mandi.
Baim tersenyum melihat Edgar yang tidak seperti biasanya.
"Sikap Bos tidak seperti biasanya? apa Bos sedang jatuh cinta? tidak mungkin juga." ucap Baim beranjak dari tempatnya seraya mengambil sisa rokok Edgar kemudian pergi meninggalkan rumah Edgar.
Merasa tubuhnya lengket dan sedikit gerah, tanpa mengambil handuk segera Edgar masuk ke dalam kamar mandi.
"Akkhhhhhhh!!! kurang ajar! tidak punya sopan santun!" teriak Maya yang sudah selesai mandi tapi hanya memakai handuk setengah badan dan belum berganti pakaian.
"Kamu!! kamu kenapa ada di sini?" tanya Edgar bingung karena beberapa menit yang lalu, Maya masih tidur di tempat tidurnya.
"Kenapa terkejut? apa aku tidak boleh mandi? dan kenapa kamu tidak mengetuk pintu?" tanya Maya dengan wajah merah.
"Bagaimana aku mengetuk pintu? pintunya tidak ada kuncinya? dan lagi saat aku pergi kamu masih tidur? kenapa kamu sudah ada di sini?" tanya Edgar dengan tatapan heran.
Maya terdiam sejenak, kemudian pergi meninggalkan kamar mandi tanpa membalas pertanyaan Edgar.
"Ehhh!! tunggu! jawab pertanyaanku dulu!" panggil Edgar mengejar Maya, namun Maya tidak menghiraukannya bahkan masuk ke dalam kamar dan menutupnya dengan keras.
"Sialan!! kenapa dia selalu marah-marah! Bagaimana aku tahu kalau dia ada di dalam kamar mandi, aku tidak mendengar suara air. Dan aku sendiri sangat yakin kalau dia masih tidur pulas. Lalu apa bedanya, dengan dia membuka pintu saat aku bersama Erin? dia marah-marah juga. Apa dia memang di ciptakan dengan sifat pemarah dan tidak ada sikap lembutnya?" tanya Edgar dalam hati seraya kembali ke kamar mandi untuk mandi.
***
Di dalam kamar...
"Aaahhhh!? kenapa jadi begini? kenapa Edgar semakin membuatku malu. Aku sengaja tidak bangun tidur karena aku malu dengan kejadian semalam. Sengaja aku menghindarinya malah dia melihatku di kamar mandi! bodoh! dasar laki-laki bodoh!! kenapa tidak mengetuk pintu dulu, sebelum masuk ke kamar mandi." ucap Maya dalam hati sambil cepat-cepat berganti pakaian sebelum Edgar masuk lagi ke kamar tanpa mengetuk pintu.
Setelah selesai berganti pakaian, segera Maya keluar kamar dan pergi ke dapur untuk membuat sesuatu.
Perutnya sudah merasa lapar, sejak mengeluarkan tenaga semalam perutnya sudah minta di isi.
"Aku harus masak apa sekarang? kenapa kulkas tidak ada bahan masakan sama sekali? lalu aku makan apa?" tanya Maya sambil memegang perutnya.
"Apa kamu lapar?" tiba-tiba Edgar sudah ada di pintu sambil menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.
"Hem! ada apa kamu ke sini?" tanya Maya sambil mencari sesuatu yang bisa di masak.
"Di dalam kulkas tidak ada apa-apa? sudah dua Minggu aku meninggalkan rumah." ucap Edgar seraya mengambil air putih dan di minumnya.
"Lalu? apa kamu punya solusi?" tanya Maya sambil memicingkan matanya.
"Ikut denganku sekarang selagi masih pagi." ucap Edgar seraya beranjak dari tempatnya.
Dengan terpaksa Maya mengikuti Edgar karena perutnya sudah merasa lapar.
"Kita mau ke mana? aku tidak mau ke kedai itu lagi. Di sana ada kekasihmu yang pencemburu?" tanya Maya dengan tatapan kesal saat Edgar memberikan sebuah helm padanya.
"Kita akan ke Pasar kota. Dan jangan lagi menyebut Erin sebagai kekasihku. Aku lelaki bebas tidak akan pernah terikat dengan wanita manapun." ucap Edgar seraya naik di atas motornya sambil memakai helm.
"Terserah padamu saja! siapa juga yang mau menjadi kekasihmu!" Sahut Maya seraya naik ke atas motor.
"Aaaahhhh!!! Edgarrrrrr!!" teriak Maya dengan tubuhnya terdorong maju ke punggung Edgar dengan keras, karena Edgar menjalankan motornya sebelum dia duduk dengan benar.