"Mampus kamu! makan itu cemburu! memang siapa kamu sampai cemburu padaku?!" ucap Maya dalam hati, merasa Indira tidak menyukainya hanya karena dia dekat dengan Edgar.
Dalam hati Maya tertawa melihat reaksi Indira sangat berlebihan.
"Aku harap apa yang kamu katakan benar. Kita akan tahu setelah Allan sadar." ucap Indira dengan nada datar merasa yakin kalau Syam adalah Allan, Pria yang pernah menjadi kekasihnya.
Setelah sedikit berdebat dengan Indira, Maya melihat Edgar keluar dari ruang operasi dibawa dua orang perawat untuk dipindahkan ke kamar inap.
Tanpa menghiraukan tatapan Indira lagi, Maya berjalan cepat mengikuti perawat yang membawa Edgar.
"Dokter Indira, pasien sudah kami pindahkan. Apa ada yang perlu kita kerjakan lagi?" tanya salah satu perawat pada Indira setelah selesai memindahkan Edgar.
Indira menggelengkan kepalanya dengan tersenyum.
"Terima Suster." ucap Indira pada dua perawat itu sebelum mereka pergi meninggalkan kamar.
"Dokter? apa Dokter tidak bekerja? biar aku yang menjaga Syam." ucap Maya seraya duduk di kursi di samping Edgar.
"Hari ini sebenarnya aku off. Berhubung yang terluka Allan, aku sekedar membantu saja. Aku masih penasaran dengan apa yang kamu katakan. Untuk itu, aku harus memastikan siapa dia sebenarnya. Syam kamu atau Allan yang aku kenal." ucap Indira dengan nada tegas.
Maya menelan salivanya, ternyata wanita yang ada di hadapannya benar-benar mengenal Edgar sebagai Allan. Hati Maya menjadi ragu dengan apa yang di yakininya.
"Bodoh!!! kamu Maya!! bagaimana kalau Edgar memang Allan dan telah memperalat kamu?!" ucap Maya dalam hati dengan perasaan campur aduk.
"Kenapa kamu diam Maya? apa kamu memikirkan apa yang aku katakan?" tanya Indira seolah-olah tahu apa yang di pikirkan Maya.
"Aku sama sekali tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya mau Syam cepat sadar." ucap Maya kembali menelan salivanya merasa benar-benar dalam masalah besar.
Setelah cukup lama menunggu Edgar sadar, akhirnya Indira menegakkan punggungnya saat melihat Edgar membuka matanya.
Edgar cukup terkejut saat melihat dirinya ada di tempat yang berbeda juga melihat Maya dan seorang wanita yang sedang berdiri tepat di hadapannya.
"Allan, akhirnya kamu sadar juga. Kamu kemana saja selama ini? aku sudah mencarimu kemana-mana." ucap Indira sambil menggenggam tangan Edgar.
"Syam... syukurlah kamu sudah siuman. Kamu membuatku takut saja, bodoh. Aku harus cari bantuan kesana kemari sendirian." ucap Maya dengan gaya bahasanya yang tidak berubah.
Edgar hanya diam menatap wajah Indira dan Maya secara bergantian dengan pikiran bingung. Kenapa Maya memanggilnya Syam.
"Siapa kalian berdua?! apa aku mengenal kalian?!" tanya Edgar dengan tatapan tak berkedip menatap Maya dan Indira.
"Apaaa!! yang kamu katakan Bodoh?!!" teriak Maya dengan terkejut saat Edgar tidak mengenalnya.
"Allan?? apa kamu sudah melupakan aku. Aku Indira kamu?!!" ucap Indira dengan tatapan penuh meyakinkan Edgar.
Edgar masih menatap Indira dan Maya secara bergantian tidak mengerti apa yang terjadi di saat dia pingsan hingga Maya menganggapnya sebagai Syam.
"Siapa namaku? apa namaku Allan?? atau Syam Bodoh?!!" ucap Edgar dengan kening berkerut menyebut dirinya bodoh seperti panggilan yang di sebut Maya.
"Allan ada apa denganmu? apa kamu amnesia?! nama kamu Allan. Kita pernah menjadi sepasang kekasih. Sampai kamu tetap pergi saat mendapat tugas rahasia. Setelah itu kamu tidak pernah kembali lagi. Kamu dari mana saja? dan kenapa semua ini terjadi padamu, kenapa kamu terluka?" tanya Indira dengan tatapan penuh kerinduan.
Edgar menatap Indira, melihat kedua mata Indira berkaca-kaca.
"Assshhh!! apa di masa lalu aku pernah menyakiti wanita ini? kenapa dia menangis dan menyebutku Allan?!!" tanya Edgar dalam hati merasa yakin masalah akan rumit kalau terlibat soal wanita.
Tanpa menjawab ucapan Indira, Edgar beralih menatap Maya dengan kedua alis terangkat.
"Dan kamu siapa? kenapa kamu memanggilku Syam Bodoh?!! apa namaku Syam Bodoh?!!" tanya Edgar menatap penuh wajah Maya yang merah padam menahan kesal.
"Aku Maya, Bodoh!! aku memanggilmu Bodoh karena kamu memang Bodoh!!" ucap Maya dengan perasaan kesal saat Edgar tidak mengenalnya.
"Maya memang apa yang terjadi pada Allan? sampai dia kehilangan ingatannya? Bukankah dia hanya terkena tembakan di punggung?" tanya Indira ingin tahu apa yang terjadi pada Edgar.
"Memang dia terkena tembakan di punggung. Dokter sendiri sudah tahu lukanya ada di punggung. Kalau dia hilang ingatan, aku tidak tahu. Mungkin saja kepalanya terbentur saat jatuh dari motor. Dan...anda kan seorang Dokter? kenapa tidak memeriksa isi otaknya." ucap Maya merasa kesal dengan dua orang yang ada di hadapannya.
Indira terdiam sejenak kemudian mendekati Edgar.
"Aku harus memeriksamu sebentar." ucap Indira mengamati kepala Edgar dengan sangat hati-hati.
"Baiklah, setelah kamu cukup sehat. Aku harus memeriksamu lagi terutama kepala kamu. Bisa saja kamu mengalami amnesia." ucap Indira dengan wajah serius.
"Aku tidak mau kamu memeriksaku!! aku tidak mau ada di sini. Aku mau pulang saja, bawa aku pergi dari sini. Aku tidak terbiasa tinggal di rumah sakit!!" ucap Edgar dengan wajah serius berusaha bangun dari tempatnya.
"Allan!! apa yang kamu lakukan?! kamu masih terluka?! Oke!! kalau kamu tidak mau, aku tidak apa-apa. Aku bisa memeriksamu saat kita di rumah. Kita akan pulang kalau keadaan sudah membaik." ucap Indira tidak bisa memaksa keinginan Edgar yang keras kepala.
"Aku sudah membaik dan aku tidak apa-apa. Bawa aku pulang sekarang, atau aku akan pergi!" ucap Edgar menatap wajah Indira dan Maya secara bergantian.
"Bodoh!! kenapa kamu keras kepala? Kalau terjadi sesuatu padamu, jangan lagi merepotkan aku!" ucap Maya sambil berkacak pinggang kemudian keluar dari kamar untuk mencari udara segar.
"Baiklah Allan, kita tunggu beberapa jam lagi. Kalau keadaanmu semakin baik dan tidak ada masalah, kita akan pulang ke rumah. Kamu bisa istirahat di rumahku beberapa hari. Semoga saja amnesia kamu tidak berlangsung lama hanya sementara." ucap Indira merasa tidak ada yang berubah pada diri Edgar tetap keras kepala dan tidak ada yang bisa mengaturnya.
Mendengar ucapan Indira, Edgar terdiam kemudian kembali berbaring dan memejamkan matanya.
Indira menghela nafas panjang, merasa cemas dengan keadaan Edgar yang tidak mengingatnya sama sekali.
Melihat Edgar tertidur, Indira keluar kamar tanpa berniat mengganggu istirahat Edgar.
Mendengar suara pintu kamar tertutup perlahan Edgar membuka matanya dengan kening berkerut. Tatapan matanya mengarah ke arah pintu dengan wajah terlihat mengeras.
"Ceklek"
Mendengar suara pintu terbuka segera Edgar memejamkan matanya kembali.
"Aku tidak habis pikir, bagaimana Edgar bisa amnesia?! apa dengan jatuh di rumput kepalanya bisa terbentur?" ucap Maya masuk ke dalam kamar sambil mengomel.
"Hei Bodoh!! ayo bangun!!" panggil Maya pada Edgar yang sedang memejamkan matanya.
Maya menatap Edgar kemudian mendekatinya.
"Edgar!!! bangun!! kamu mendengarku tidak?!! siapa kamu sebenarnya??! kamu seorang polisi bernama Allan atau Edgar seorang mafia?! katakan padaku!! jangan pura-pura tidur!! aku kesal padamu!! kamu telah berbohong padaku!!" Ucap Maya dengan perasaan kesal mencubit perut Edgar.
"Aaauhhh!! apa yang kamu lakukan?! apa salahku padamu?" tanya Edgar mengaduh kesakitan saat Maya mencubit perutnya cukup keras.
"Siapa kamu sebenarnya?! apa kamu benar-benar amnesia?!! cepat katakan padaku?!" tanya Maya menatap penuh wajah Edgar dengan perasaan kesal.