"Apa yang kamu lakukan bodoh!!! apa kamu mencari mati?!! kalau aku tahu itu, untuk apa kemarin aku menyelamatkan hidupmu!!" ucap Maya menatap Edgar dengan wajah merah padam.
"Sssttt!! cukup!! jangan bicara lagi oke!! cepat berikan selang itu padaku. Waktu kita tidak banyak!" ucap Edgar sambil mengulurkan tangannya agar Maya memberikan selang yang sudah di rampasnya.
"Tidak!! katakan dulu! apa maksudmu ingin mengakhiri hidupmu dengan cara seperti ini." ucap Maya dengan wajah serius.
"Cccckk!! siapa juga yang mau bunuh diri?!!! aku mau ambil bensin dari dalam drum. Apa kamu tidak pernah tahu orang mengambil bensin dari drum dengan memakai selang?!" ucap Edgar dengan tatapan gemas mengambil selang dari tangan Maya.
Maya tidak bisa berkata apa-apa selain melihat Edgar yang sedang melanjutkan pekerjaannya dengan menyedot bensin dengan alat selang yang di pegangnya. Tidak lama setelah melakukan hal itu Maya melihat bensin keluar dari selang dan masuk ke dalam jiregen yang sudah di siapkan Edgar.
Maya menatap heran sambil mengusap tengkuk lehernya, sungguh Maya baru tahu kalau cara seperti itu bisa mengambil bensin dengan cepat.
Setelah jiregen penuh dengan bensin Edgar membawa jiregen itu keluar dari gudang dan berjalan cepat ke samping rumah.
Maya bergegas mengikutinya merasa penasaran dengan yang di lakukan Edgar.
"Edgar!! apa yang kamu lakukan?" tanya Maya saat melihat Edgar mengisi motor tuanya dengan bensin.
"Kamu??... kamu mengisi motor itu dengan bensin?!" ucap Maya tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Lalu?? apa yang kamu lihat selain itu?? di mana kunci motor itu? berikan padaku." ucap Edgar sambil mengulurkan tangannya.
"Untuk apa?? tidak!! aku tidak akan memberikannya!! lebih baik sekarang kamu masuk saja sebelum kekasih kamu datang!" ucap Maya dengan wajah terlihat kesal.
"Ccckkk!! Kekasih?? kekasih yang mana?? ayo! cepat berikan kunci itu padaku!" ucap Edgar naik ke atas motor masih dengan salah satu tangan yang tetap terulur.
"Kenapa kamu naik ke atas motor?!! cepatlah turun!! aku mau pergi!!" ucap Maya berusaha menarik tangan Edgar agar turun dari motor.
"Ckkkk!! kamu kenapa?? bukankah kamu ingin melarikan diri? ayo! berikan kunci itu dan cepat naik! apa kamu ingin kita ketahuan lebih dulu?" ucap Edgar dengan tatapan penuh menatap Maya yang terlihat bengong.
"Kamu?!! kamu juga mau melarikan diri bersamaku? jadi kamu tidak tinggal di sini?!" tanya Maya dengan tatapan tak berkedip.
Edgar tidak membalas ucapan Maya selain mengangkat kedua alisnya dengan tangan terulur.
"Apa itu berarti kamu sudah mengingatku bodoh?" tanya Maya dengan suara tercekat mengambil kunci motor dari dalam bra-nya.
"Hem... kita jadi pergi atau tidak?? atau kamu masih tetap ingin tinggal di sini?" tanya Edgar dengan tatapan gemas.
"Kamu?! kamu? Aaahhh!! dasar!! kamu Bodoh! kamu benar-benar mempermainkan aku!!" ucap Maya tanpa sadar memukul punggung bahu Edgar dengan keras.
"Aaouh!! Maya!! sakit tahu!! apa kamu tidak tahu kalau aku masih terluka?!" ucap Edgar sambil mengusap bahunya.
"Biarin!! kamu mau apa?!! marah?! siapa yang suruh berbohong!! dasar kamu Bodoh!! aku marah padamu!! aku pikir kamu benar-benar hilang ingatan Bodoh!!" ucap Maya sambil mencubit perut Edgar dengan wajah kesal tapi hatinya merasa lega Edgar telah kembali seperti semula.
Melihat kekesalan Maya, Edgar hanya tertawa senang.
"Dengarkan aku, walau kamu panggil aku Bodoh seratus kali pun, aku tidak peduli. Aku tahu itu panggilan sayang darimu kan?" ucap Edgar dengan senyum terkulum.
Mendengar ucapan Edgar, Maya mengedipkan matanya dengan wajah memerah.
"Masa bodoh! jangan berpikir yang macam-macam!" ucap Maya dengan bibir cemberut naik ke atas motor.
Edgar hanya tersenyum melihat wajah sederhana Maya dari kaca spion. Entah kenapa Edgar senang sekali saat melihat Maya meledak-ledak karena emosinya.
"Pegang pinggangku Maya, kamu tidak ingin terjatuh kan?" Ucap Edgar setelah Maya duduk di belakangnya.
"Tidak perlu! aku tidak akan terjatuh!!" ucap Maya dengan perasaan tak menentu antara ingin memeluk Edgar dengan perasaan malunya.
Baru selesai bicara, tiba-tiba Edgar mengegas motornya dengan keras hingga tubuh Maya hampir terloncat maju ke punggung Edgar. Untung saja dengan cepat Maya memeluk pinggang Edgar, kalau tidak...mungkin dia sudah jatuh terjerembab.
"Bodoh!!! apa yang kamu lakukan?!! aku bisa saja terjatuh!!" teriak Maya sambil memeluk pinggang Edgar dengan erat.
"Kalau kamu memelukku, kamu tidak akan terjatuh." ucap Edgar dengan sebuah senyuman di bibirnya menjalankan motornya dengan pelan keluar dari halaman rumah Indira.
"Kita mau kemana?" tanya Maya setelah Edgar menjalankan motornya menjauh dari rumah Indira.
"Kembali pulang, aku harus beristirahat beberapa hari agar lukaku mengering." ucap Edgar merasa lukanya cukup dalam hingga tidak mudah kering.
"Tapi kamu baik-baik saja kan?" Tanya Maya sambil menatap punggung Edgar yang tertutup kemeja.
"Kenapa tidak menyentuh wajahku saja? kamu akan tahu aku baik-baik saja atau tidak." ucap Edgar dengan santai.
"Ishh!! kenapa aku harus menyentuh wajahmu kalau kamu bisa menjawab pertanyaanku? kamu kan yang merasakan??" ucap Maya dengan perasaan gugup.
"Kalau tidak mau tidak apa-apa, kamu tidak perlu tahu keadaanku." ucap Edgar dengan tenang masih menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.
Mendengar ucapan Edgar, Maya menggigit bibirnya merasa kesal sendiri dengan perasaannya yang cemas dengan keadaan Edgar. Apalagi tangannya merasakan hawa hangat di bagian kulit pinggang Edgar.
Dengan wajah memerah, Maya memberanikan diri menyentuh kening Edgar.
Edgar sangat terkejut saat Maya menyentuh keningnya, namun dengan cepat Edgar menguasai rasa terkejutnya. Edgar tersenyum dengan kepedulian Maya padanya.
"Edgar?? apa kamu merasa demam? kamu tidak akan pingsan lagi kan?" tanya Maya sambil menggigit bibirnya tidak ingin Edgar pingsan dalam perjalanan.
"Ada apa?? apa kamu takut kalau aku pingsan di jalan?" ucap Edgar sambil mengusap tengkuk lehernya.
"Sebaiknya kamu berhenti, biar aku yang bonceng kamu." ucap Maya dengan cemas saat merasakan jalannya motor semakin melambat.
"Tidak usah, sebentar lagi kita akan sampai." ucap Edgar sambil mengedipkan matanya beberapa kali dengan kuat agar tetap tersadar.
Memasuki kawasan kampungnya, Edgar menambah kecepatan motornya agar cepat sampai di rumah sebelum dia benar-benar pingsan.
Tiba di depan rumah Edgar menghentikan motornya, dengan mata yang sudah berkunang-kunang Edgar berusaha turun dari motornya tapi demamnya sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi. Melihat Edgar hampir saja terjatuh dengan cepat Maya menarik dan memeluk di kuat pinggang Edgar.
Edgar sudah pingsan dengan posisi duduk bersandar di dada Maya.
Maya menjadi panik, tidak tahu cara menurunkan Edgar yang pingsan dari atas motor. Secara kebetulan Maya melihat Baim keluar dari rumah.
"Baim!! tolong Edgar!!" ucap Maya masih menahan tubuh Edgar agar tidak sama-sama jatuh dari motor.