Chereads / MY BITCH! AKU CINTA KAMU / Chapter 19 - PERCAYA PADAMU

Chapter 19 - PERCAYA PADAMU

"Aku mau mengambil sampo, di kamar mandi tidak ada." ucap Edgar dengan cepat mengambil sampo di rak lemari kemudian bergegas pergi dengan wajah merah padam karena malu.

Maya mengusap wajahnya merasa jantungnya hampir berhenti dengan apa yang terjadi.

"Sungguh memalukan!! kenapa aku tidak bisa lepas dari batang miliknya? apa aku sudah tergantung padanya karena aku belum terima langganan lagi?" tanya Maya sambil mengingat saat dia bercinta dengan Edgar. Ada perasaan yang sangat berbeda saat dia bercinta dengan Edgar, sebuah kepuasan yang tidak ada batasnya. Seperti kenikmatan yang luar biasa yang sudah menjadi candu baginya.

"Cckk!! kenapa aku jadi berpikir kotor tentang dia?!! memang apa kelebihannya? selain pria bodoh yang tidak peka dengan hati seorang wanita?" ucap Maya dengan bibir cemberut tidak tahu dengan apa yang dia lakukan lagi di dalam kamar.

Dengan malas-malasan Maya keluar dari kamar berniat mencari udara segar di luar. Kebetulan di depan rumah Edgar ada warung makanan yang buka setiap pagi.

"Memang orang itu jual apa? ramai sekali?" tanya Maya merasa penasaran dengan orang-orang yang terlihat duduk santai di sana.

Dengan rasa penasaran Maya berjalan ke warung itu.

"Buk, kalau boleh tahu Ibuk jual apa saja? aku mau beli." ucap Maya sambil melihat beberapa makanan yang tidak dia ketahui.

"Oh...Neng Maya, istrinya Mas Edgar. Mau beli apa Neng? ada nasi pecel dan lontong sayur kare ayam. Ada juga beberapa gorengan. Neng Maya mau yang mana? kalau Mas Edgar biasanya beli nasi pecel." ucap penjual makanan dengan ramah.

"Maaf Buk, aku bukan istri Edgar." ucap Maya dengan wajah sedikit memerah saat penjual makanan menyebutnya sebagai istri Edgar.

"Tapi Mas Edgar bilang kalau Neng Maya istri Mas Edgar. Benar tidak Jhon?" tanya penjual makanan pada Jhon memastikan ucapannya benar.

"Benar Buk Mar. Bang Edgar juga bilang ke kita kalau Neng Maya adalah istrinya. Bang Edgar juga mengingatkan kita untuk tidak mengganggu Neng Maya." ucap Jhon membenarkan ucapan Buk Mar.

Wajah Maya semakin merah padam mendengar ucapan Buk Mar dan Jhon.

"Buk Mar, aku beli nasi pecel dua sama pisang goreng lima." ucap Maya sambil memberikan selembar uang lima puluh ribuan ke Buk Mar.

Dengan cepat Buk Mar menyiapkan pesanan Maya setelah menerima uang dari Maya.

Maya menunggu pesanannya sambil duduk diam bale bambu.

"Jhon, apa kamu tahu kalau Bang Edgar sedang di kejar-kejar polisi karena menyebabkan kematian seorang wanita? wanita itu di temukan mati dengan memegang foto Bang Edgar. Karena itu Bang Edgar bersembunyi di sini." ucap Niko teman Jhon yang baru datang dari kota.

"Apa benar yang kamu katakan itu Nik?! kamu jangan bicara ngaco!! Kalau Bang Edgar tahu tentang hal itu bisa mampus kamu!" ucap Jhon dengan wajah terlihat tegang sambil melirik ke arah Maya yang sedang menatapnya dengan tatapan tak berkedip.

"Hei! kamu!! apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan itu?!!" tanya Maya dengan wajah serius setelah mendengar pembicaraan Jhon dan Niko.

"Aku mendengar kabarnya seperti itu. Bang Edgar di kejar-kejar oleh calon suami wanita yang bunuh diri itu. Calon suami wanita itu seorang Polisi. Kalau Neng Maya ingin tahu kebenarannya tanya sendiri saja pada Bang Edgar." ucap Niko kemudian beranjak pergi meninggalkan Maya dan Jhon.

Maya mengusap tengkuk lehernya sedikit shock mendengar cerita dari Niko.

"Mungkin cerita Niko ada benarnya. Pantas saja waktu itu banyak sekali polisi, ternyata yang di cari adalah Edgar. Saat di pasar Edgar juga di kejar-kejar polisi. Apa benar Edgar yang menyebabkan kematian seorang wanita?" tanya Maya dalam hati seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Aku pikir Edgar di kejar-kejar karena hal kecil saja, ternyata berhubungan dengan kematian seorang wanita. Bagaimana kalau kematian wanita itu karena di bunuh Edgar?? Ya Tuhan! aku tidak membayangkan kalau Edgar bisa melakukan hal itu?!" ucap Maya dengan perasaan tak percaya.

Dengan perasaan tak menentu, Maya kembali ke rumah sambil membawa dua bungkus nasi pecel dan beberapa pisang goreng.

Maya cukup terkejut saat melihat Edgar sudah duduk di bale bambu sambil menikmati sebuah rokok.

Dengan rambut yang masih basah dan kaos berwarna putih Edgar menatap Maya dengan tatapan dalam.

"Kamu dari mana?" tanya Edgar seraya menghisapnya rokoknya kuat-kuat.

"Dari warung depan. Aku beli nasi pecel kesukaan kamu. Ada pisang goreng juga, makanlah sebelum dingin." ucap Maya seraya duduk di samping Edgar dan meletakkan makanannya.

Edgar menegakkan punggungnya dengan tatapan tak percaya mendengar Maya membelikan nasi untuknya apalagi tahu nasi pecel kesukaannya.

"Tahu darimana aku suka nasi pecel?" tanya Edgar sambil memicingkan matanya.

"Dari Buk Mar." ucap Maya kemudian bangun dari duduknya dan pergi ke belakang untuk mengambil sendok dan minuman untuk Edgar.

Sambil membawa sendok dan segelas air putih, Maya kembali ke tempat Edgar yang sedang menikmati pisang goreng.

"Apa pisang gorengnya enak?" tanya Maya sambil duduk di samping Edgar dan memberikan sebuah sendok agar Edgar segera makan nasi pecelnya.

"Apa pun makanan yang di buat Buk Mar pasti enak." ucap Edgar menerima sendok dari Maya kemudian membuka nasi pecelnya.

"Edgar." panggil Maya merasa ragu untuk membahas tentang kematian wanita yang bunuh diri karena Edgar.

"Ada apa?" sahut Edgar menghentikan gerakannya saat melihat Maya menatapnya sedemikian rupa.

"Apa kamu mau menceritakan padaku, kenapa kamu sampai di kejar-kejar polisi?" tanya Maya dengan wajah serius.

Entah kenapa, setelah mendengar pertanyaan Maya nafsu makan Edgar menghilang tiba-tiba. Dengan nafas tertahan Edgar meletakkan sendoknya.

"Apa yang kamu tahu tentang aku? katakan saja semuanya padaku. Aku tahu kamu sudah mendengar cerita itu dari orang-orang yang tidak tahu permasalahan sebenarnya." ucap Edgar dengan suara yang sangat berat.

"Apa sebenarnya yang terjadi?? aku ingin tahu semua itu darimu, bukan dari orang lain." ucap Maya dengan tatapan penuh.

"Kenapa? apa kamu akan percaya padaku kalau aku menceritakan yang sebenarnya?" ucap Edgar kembali melanjutkan merokoknya dan tidak melanjutkan makannya.

Maya menelan salivanya, merubah posisi duduknya dengan duduk tepat menghadap Edgar.

"Aku percaya padamu. Ceritakan semuanya, apa yang terjadi pada wanita itu? apa benar dia mati bunuh diri atau di bunuh orang?" ucap Maya dengan wajah sangat serius.

Edgar menghela nafas panjang menatap dalam kedua mata Maya dengan perasaan ragu. Tapi sesuai dengan saran Baim, dia harus bisa mendekati Maya agar Maya bisa membantunya mengetahui kasusnya di kantor polisi. Terutama kantor polisi di mana Amir bertugas.