Perlahan Maya membuka matanya yang masih terasa berat. Sambil menggerakkan badannya ke kiri, Maya menatap ke arah pintu yang terketuk.
"Siapa pagi-pagi sudah mengetuk pintu kamar?" tanya Maya dalam hati masih dengan kedua matanya yang setengah terpejam.
"Maya bangun! buka pintunya!" panggil Edgar di luar kamar Maya.
Maya mengangkat wajahnya, menyatukan nyawanya yang masih belum penuh.
"Edgar, sepertinya Edgar yang memanggilku." ucap Maya dalam hati. Dengan tersaruk-saruk Maya turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke pintu.
"CEKLEK"
Edgar berdiri terpaku sambil mengusap tengkuk lehernya, pandangannya tak lepas dari penampilan Maya.
"Ada apa? Kenapa kamu memandangku seperti itu?" tanya Maya menatap tajam Edgar sambil mengkerutkan keningnya.
"Kamu kalau tidur apa seperti ini? lihat dirimu sangat menggodaku." ucap Edgar sambil menyentuh bibirnya dengan jari serta tatapan mata yang nakal.
Mendengar ucapan Edgar seketika Maya menundukkan wajahnya untuk bisa melihatnya dirinya sendiri.
"Kamu!! benar-benar mata jahat tidak tahu malu!" ucap Maya menyumpahi Edgar sambil menutupi dadanya yang hanya memakai lingerie saja.
"Tutup mata jahatmu itu Edgar!!" teriak masih dengan kedua tangannya menutupi dadanya kemudian masuk kamar dan menutup pintu kamar dengan keras.
"BLAMMM"
"Maya! buka pintunya! Kenapa jadi kamu yang marah padaku? Bukankah kamu sendiri yang pakai lingerie seperti itu? kenapa aku yang kamu salahkan?" ucap Edgar sambil menggedor pintu kamarnya.
"Kamu mau apa?" tanya Maya dari dalam kamar sambil memakai pakaiannya.
"Maya! kamu harus ingat, yang kamu tempati adalah kamarku! aku mau mengambil pakaianku!" ucap Edgar dengan kesal, bagaimana tidak kesal dia yang punya kamar tapi dia yang di usir keluar.
Sesaat Edgar masih berdiri tegak di depan kamarnya seraya memegang keningnya merasa pusing dengan sikap Maya yang seenaknya sendiri.
"CEKLEK"
"Masuklah dan cepat ambil pakaianmu. Aku masih mengantuk." ucap Maya membuka pintu kamar dengan lebar.
Tanpa bicara Edgar masuk ke dalam kamar berjalan ke almarinya. Kedua mata Edgar sekilas melirik ke arah Maya yang sudah memakai pakaiannya dan berbaring di tempat tidur.
"Maya, kamu harus mandi sekarang. Aku akan mengajakmu sarapan di kedai di kampung sebelah." ucap Edgar ingin mengajak Maya mengenal kampungnya.
"Maaf aku tidak terbiasa makan di luar apalagi tidak ada tujuan yang jelas." ucap Maya seraya meraih bantal untuk melanjutkan tidurnya.
"Tidak Bisa Maya, kamu harus ikut. Aku mau mengajakmu jalan-jalan agar kamu tahu sekeliling kampung ini." ucap Edgar seraya melepas pakaiannya.
"Hei!!! kamu mau apa?" tanya Maya langsung bangun dari tidurnya saat melihat Edgar telanjang dada.
"Aku! aku mau ganti pakaian! apa salah aku ganti pakaian di kamarku sendiri?" ucap Edgar sambil memakai pakaiannya yang bersih.
"Kamu! kamu selalu seenaknya sendiri." ucap Maya dengan perasaan kesal turun dari tempat tidurnya kemudian keluar kamar dengan menutup pintu sangat keras.
"BLAMMM"
Edgar tersenyum karena telah berhasil memperdaya Maya agar keluar kamar untuk segera mandi.
Sambil bersiul Edgar berbaring dan bersandar di dinding tempat tidur.
Beberapa menit kemudian, Maya sudah kembali dengan rambut basah dan wajah yang terlihat segar.
Kening Maya mengkerut saat melihat Edgar masih berada di dalam kamarnya.
"Kamu masih di sini?" tanya Maya dengan tatapan tidak senang.
"Terserah aku, aku ada di sini atau tidak. Ini kamarku, dan lagi aku sedang menunggumu." ucap Edgar dengan santai.
"Ada apa kamu menungguku?" tanya Maya sambil menyisir rambutnya.
"Mengajakmu jalan-jalan, ayo... cepatlah kalau berdandan. Aku menunggumu di luar." ucap Edgar beranjak dari tempatnya dan keluar kamar.
Maya memicingkan matanya, melihat Edgar keluar dari kamar.
"Dasar laki-laki tidak punya jiwa romantis. Mau mengajak jalan apa mau mengajak perang!" umpat Maya sambil meletakkan sisirnya.
Dengan perasaan berat Maya keluar kamar menyusul Edgar yang sedang menunggunya di luar.
Edgar menoleh ke arah Maya yang sedang berdiri di depan pintu.
"Apa kamu tetap memakai pakaian seperti itu Maya? kenapa tidak memakai kemejaku saja." tanya Edgar menatap penuh penampilan Maya dengan pakaian yang terlihat belahan dadanya.
"Kenapa dengan pakaianku? apa pakaianku mengganggu pandanganmu?" tanya Maya semakin sebal dengan komentar Edgar.
"Sangat mengganggu!! em.. maksudku bukan aku yang terganggu, tapi mereka! Aaahhhh!! sudahlah, percuma saja aku memberitahumu." ucap Edgar meraih tangan Maya kemudian mengajaknya berjalan menyusuri jalan-jalan sempit di kampungnya.
"Kenapa kita harus ke kampung sebelah hanya untuk mencari makan? aku bisa saja membuat masakan untukmu." ucap Maya dengan bibir cemberut terpaksa membiarkan Edgar menggenggam tangannya.
"Dengar Maya... kita jalan-jalan bukan hanya untuk mencari makan saja, tapi aku menunjukkanmu sekeliling kampung yang ada di wilayahku agar kamu tidak tersesat nantinya." ucap Edgar dengan semakin erat menggenggam tangan Maya yang ingin melepaskan diri.
"Kamu tidak perlu menggenggam tanganku terus Edgar? ada apa denganmu?" ucap Maya merasa risih dengan sikap Edgar yang terlalu berlebihan.
Edgar menghela nafas panjang sangat gemas dengan otak Maya yang kadang kurang bekerja cepat.
"Dengar Maya!! lihat wajahku! apa wajahku terlihat senang saat menggenggam tanganmu dari rumah sampai ke sini? kalau kamu ingin tahu, sini dekat padaku! akan aku beritahu!" ucap Edgar sambil menarik pinggang Maya agar merapat ke dirinya.
Dengan cepat, kedua tangan Maya menahan dada Edgar agar tidak menyentuh dadanya.
"Apa! beritahu aku sekarang!" ucap Maya dengan tatapan tajam.
"Apa kamu tahu? sejak kita berangkat dari rumah sampai ke sini semua tatapan laki-laki yang ada di pinggir jalan menatapmu seolah-olah ingin melahapmu. Aku menggenggam tanganmu karena menyelamatkanmu agar mereka tidak menggodamu atau berbuat tidak senonoh padamu. Dengan aku menggenggam tanganmu, paling tidak mereka semua berpikir kalau kamu adalah milikku." ucap Edgar seraya melepas pelukannya kemudian berjalan sendiri dan meninggalkan Maya yang masih terpaku di tempatnya.
Menyadari Edgar sudah berjalan jauh di depannya, Maya berjalan cepat sambil menundukkan setengah wajahnya seraya melihat sekilas ke kiri dan kanan. Ternyata benar apa yang di katakan Edgar banyak laki-laki yang melihatnya dengan tatapan lapar.
"Edgaaarrr!! tunggu!!" panggil Maya seraya berlari mengejar Edgar yang sudah jauh di depannya.
Sampai di dekat Edgar, dengan cepat Maya meraih tangan Edgar dan menggenggamnya dengan erat.
Edgar melirik tangan Maya yang sedang menggenggam tangannya. Sebuah senyuman tampak terlihat di kedua sudut bibir Edgar.
"Apa kamu sudah tahu sekarang? kenapa aku menggenggam tanganmu?" ucapan Edgar dengan senyum penuh kemenangan.
Maya menatap rumit wajah Edgar.
"Aku sudah tahu! tidak perlu tersenyum seperti itu. Aku tahu, kamu mentertawakan aku kan?" ucap Maya dengan tatapan melotot.
Edgar memegang keningnya semakin pusing dengan sikap Maya yang tidak ada manisnya.
"Maya, aku mau tanya? apa sikap kamu selalu seperti ini pada semua pelangganmu?" tanya Edgar dengan suara datar.