"Edgar! kamu mencari siapa sayang?" panggil Erin menarik lengan Edgar dan membawa Edgar ke depan agar tidak kembali ke belakang.
"Aku mencari Maya, apa kamu melihatnya?" tanya Edgar dengan tatapan tajam.
"Aku tidak tahu, dari tadi aku di sini." ucap Erin sambil merangkul leher Edgar.
"Aku harus mencarinya." ucap Edgar dengan nada dingin seraya melepas rangkulan Erin.
"Kamu mencari kemana Edgar? siapa tahu Maya mendapat pelanggan baru dan pergi dengan pelanggannya. Kenapa kamu pusing pusing mencarinya Edgar?" ucap Erin seraya menarik lengan Edgar.
"Lepaskan tanganmu, aku akan mencari Maya lebih dulu. Aku tidak bisa membiarkan terjadi sesuatu pada Maya." ucap Edgar kembali melepas tangan Erin yang sedang memegang lengannya.
"Edgar!! Edgar tunggu! Edgar!! Aakkhhh!! sial!" umpat Erin saat Edgar berjalan cepat kembali ke belakang.
Edgar mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.
"Di mana kamu Maya?" tanya Edgar dalam hati sambil mencari ke semua sudut ruangan, hingga kedua mata Edgar melihat ke arah toilet yang ada di pojok ruangan yang sepi.
"Apa Maya ke toilet?" tanya Edgar berdiri di tempatnya dengan pandangannya tak lepas ke arah toilet.
Setelah beberapa saat berpikir, Edgar berjalan ke arah toilet. Semakin mendekati tempat toilet sayup-sayup Edgar mendengar teriakkan suara wanita dari dalam toilet wanita.
Edgar memasang pendengarannya merasa mengenal suara teriakan minta tolong wanita yang ada di toilet.
"Maya!! bukankah itu suara Maya?" ucap Edgar dengan cepat masuk ke ruang toilet dan mencari toilet di mana suara Maya berada.
"Maya!! Maya!! kamukah itu!" panggil Edgar dengan berteriak.
"Edgar!! tolong aku!" teriak Maya masih berontak dengan membabi buta. Entah itu menggigit atau menendang bahkan Maya sempat meludahi beberapa kali ke wajah dua orang yang berniat melecehkannya.
Mendengar suara Maya yang begitu jelas dari kamar toilet yang berada paling pojok, segera Edgar mendobrak pintu toilet dan menghajar habis kedua orang yang sedang memegang kedua tangan Maya.
"BUG"
"BUG"
"BUG"
"Kurang ajar kalian!! berani-beraninya kamu memegang wanitaku!! Apa kalian tidak tahu siapa aku hah!!" ucap Edgar dengan suara keras memukul beberapa kali perut dan wajah dua orang suruhan Erin.
Merasa kalah dengan Edgar, salah satu orang suruhan Erin mengeluarkan pisau dari dalam kantongnya. Tanpa memberi kesempatan lagi orang itu mengarahkan pisaunya ke dada Edgar, tapi dengan cepat Edgar berkelit dan pisau itu hanya melukai lengannya.
Melihat hal itu, Maya melepas sepatunya yang berhak tinggi dan memukul keras kepala orang yang hendak melukai Edgar lagi.
Dengan di bantu Maya, akhirnya Edgar bisa mengalahkan kedua orang suruhan Erin. Tapi sayangnya kedua orang itu bisa meloloskan diri dan menghilang entah kemana.
"Kemana larinya mereka?" ucap Edgar seraya bersandar di dinding dengan nafas naik turun.
"Edgar, apa kamu baik-baik saja?" tanya Maya sambil memakai sepatunya.
"Aku baik-baik saja." ucap Edgar seraya melepas jaketnya dan di berikan pada Maya.
"Pakailah." ucap Edgar melihat pakaian atasan Maya yang robek lebar.
"Hem... terima kasih." ucap Maya dengan perasaan serba salah memakai jaket Edgar.
"Ayo... kita pulang." ucap Edgar tanpa menghiraukan luka yang ada di lengannya.
"Tunggu sebentar!! luka kamu berdarah."ucap Maya seraya merobek pakaiannya yang sudah robek dan di balutkan pada lengan Edgar yang terluka.
"Maya, apa yang kamu lakukan? pakaian kamu kenapa malah kamu robek?" tanya Edgar tak mengerti dengan jalan pikiran Maya.
"Ada jaket kamu yang menutupi badanku, kamu tenang saja." ucap Maya dengan santai sambil mengikat balutan yang ada di lengan Edgar.
"Nah...sudah selesai. Sekarang kita bisa pulang." ucap Maya sambil menarik ke atas resleting jaket yang di pakainya.
"Tunggu Maya, aku mau memberitahu masalah ini dulu pada Evan." ucap Edgar berniat mencari tahu siapa dua orang yang telah berani melecehkan Maya.
"Ssttt!! tidak usah! sebaiknya kita pulang saja. Dan lagi lengan kamu terluka, aku tidak mau luka kamu menjadi infeksi." ucap Maya seraya menarik lengan Edgar dan membawanya keluar dari kedai Evan.
Bagaikan anak kucing, Edgar menurut saja saat Maya menggenggam tangannya. Bahkan saat Erin memanggil namanya, Edgar tidak sedikitpun menoleh ke arah Erin.
Erin berteriak keras sambil melebar gelas yang ada di tangannya.
"Sialan!! kurang ajar kamu Maya! lihat saja, kali ini kamu bisa selamat. Tapi tidak lain kali!" ucap Erin dengan kedua tangannya terkepal.
***
"Kemarilah dan duduk." ucap Maya setelah mengambil baskom berisi air dan kaos bersih milik Edgar yang tidak terpakai.
"Ada apa? kenapa aku harus duduk? aku mau tidur, aku ngantuk." ucap Edgar berdiri tegak di hadapan Maya.
"Ccckkk!! bodoh!! duduk kataku." ucap Maya sambil menarik tangan Edgar agar duduk di sampingnya.
"Maya! ada apa sih!! dan apa ini? ada air? dan buat apa kaos lamaku ini?" tanya Edgar tak mengerti. Apalagi setiap kali Maya selalu memanggilnya bodoh tapi entah kenapa hal itu tidak membuatnya marah.
"Sssttt!! sudah diam!" ucap Maya seraya melepas kemeja Edgar dengan kasar.
"Eeiitt!! apa yang kamu lakukan!! apa kamu mau memperkosaku!" ucap Edgar seraya merebut kemejanya dari tangan Maya.
"Kamu jangan besar kepala!! siapa yang mau memperkosa kamu? aku hanya mau membersihkan luka kamu agar tidak infeksi." ucap Maya tanpa melihat Edgar membasahi handuk kecil dengan air kemudian membersikan luka robek di lengan Edgar.
"Dengar ya, kalau luka kamu ini tidak dibersihkan dengan cepat. Kamu bisa saja mengalami infeksi, dan kalau sudah infeksi tubuh kamu bisa membiru dan akhirnya bisa mati! dengar tidak apa kataku?" ucap Maya sambil membalut luka Edgar dengan kaos bersih milik Edgar dan mengikatnya dengan pelan.
Edgar menatap penuh wajah Maya, kemudian bangun dari duduknya.
"Aku tidak tahu harus bilang apa padamu. Setiap kali kamu bicara padaku, ucapan kamu sangat pedas sekali!" ucap Edgar sambil menekan pelipisnya.
"Dan sekarang... dengarkan aku Nona Maya! luka ini! tidak akan bisa membuatku membiru dan mati! karena aku bukan laki-laki lemah! kamu harus tahu itu!" ucap Edgar sambil melepas balutan kain yang ada di lengannya kemudian beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam kamar.
"Keras kepala sekali!! lihat saja nanti!! kalau sudah infeksi baru tahu rasa!" ucap Maya seraya mengambil bekas kain yang ada di lantai setelah di buang Edgar.
Dengan kesal, Maya membereskan air baskom yang sudah berwarna merah juga kain kaos bekas membersihkan luka Edgar.
"Aku bisa gila menghadapi laki-laki keras kepala dan bodoh itu." ucap Maya seraya membersihkan tangannya kemudian masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar Edgar menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Entah! lidahnya terbuat dari apa? kenapa setiap ucapan yang keluar dari mulutnya tidak pernah manis sekali." ucap Edgar sambil melihat lukanya yang lebar tanpa ada balutan lagi.