Malam ini Raja tengah sibuk mengurusi beberapa berkas diatas ranjang mereka dengan Khaira yang tertidur pulas disampingnya. Melihat gerakan kecil yang ditimbulkan wanita itu, Raja kembali mengusap pelan surai hitam Khaira agar wanita nyaman kembali. Tak tega rasanya untuk mengganggu calon ibu muda itu, untuk itu Raja lebih berhati-hati dalam melakukan gerakan sekecil apapun. Dia harus cepat menyelesaikan ini, tak ingin mengambil resiko orang itu kembali mengganggu ketenangan hidup mereka. Cukup di masa lalu Raja melihat betapa hancur dan rapuhnya Khaira, untuk masa kini dan yang akan datang Raja mengharamkan hal itu memasuki hidup Khaira. Cukup Fara saja yang membuat Khaira stres jangan ada lagi kepingan masa lalu yang hadir.
Raja Tidak akan sudi memberikan mereka pintu untuk datang dan memporak-porandakan hidup tentangnya dan Khaira saat ini, untuk itu dia harus menutup sekecil apapun celah itu agar tak ada peluang untuk masa lalu hadir di masa depan mereka. Pikirnya sebelum Khaira mengetahui lebih baik dia memutuskan untuk mundur, karena jika Khaira sampai mengetahui wanita itu pun akan menyuruh Raja berhenti namun Raja yakin reaksinya tidak hanya sampai di situ akan ada reaksi lain dari Khaira.
"Em..dingin Ja." Raja mengalihkan matanya dari laptop ke Khaira melihat gerakan istrinya yang mengeratkan selimut serta merapatkan tubuhnya ke dirinya. Raja langsung meraih remote ac dan mematikan pendingin tersebut. Tadi cuaca sangat panas membuat Khaira berkeringat hingga membuat baju wanita itu basah, kini cuaca malah berbalik menjadi hujan lebat yang pasti membuat wanita berbadan dua itu kedinginan. Setelah memastikan selimut membungkus rapat tubuh Khaira, Raja kembali fokus pada kerjaannya.
Hampir pukul setengah empat barulah pria itu menyelesaikan pekerjaannya dan bergabung bersama Khaira untuk menyelami alam mimpi.
Kumandang adzan bersahutan membuat Khaira yang tengah terlelap di dalam dekapan hangat milik seorang Raja menggeliat kecil, tangannya mengepal membentuk kepalan kecil yang berakhir di pipi kanan Raja.
Matanya mengerjap pelan namun nyawanya belum sepenuhnya terkumpul hingga beberapa menit kemudian, baru lah Khaira menoleh ke arah sang suami yang masih terlelap dengan damai. Dengan pelan dia menepuk kecil pipi Raja membangunkan pria itu untuk melaksanakan kewajibannya.
"Raja bangun udah subuh." Belum ada tanda-tanda Raja akan bangun. Tak putus asa Khaira kembali membangunkan Raja namun tepukannya tidak lagi sepekan tadi.
"Bangun dong suami aku, kamu nggak sholat hm."
"Jam berapa?" Raja mengerjakan pelan matanya menyesuaikan bias cahaya yang memaksa masuk kenetranya.
"Jam lima kurang, ayo bangun."
"Iya sebentar." Khaira mengusap pelan dahi Raja yang mana malah membuat pria itu ingin kembali tertidur.
"Ih, malah keenakan. Ayo bangun, jangan mentang-mentang ini hari minggu kamu bisa malas-malasan ya!" Cecar Khaira sembari menarik tangan Raja agar lelaki itu bangkit dari tidurnya.
"Aku gak pernah malas Ra," bantah Raja, dia mana terima di bilang begitu. Lalu dia bangkit meraih handuk dan berjalan menuju kamar mandi.
***
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan tapi Raja belum juga selesai dengan pekerjaannya. Khaira yang sedari tadi menunggu sudah menyerah dan memutuskan untuk menonton tv dari pada merengek pada pria itu.
Sedang serius memperhatikan salah satu acara saat tiba-tiba sebuah toples berisi choco brownis cookies kesukaannya mendarat disana mengalihkan perhatian Khaira. Khaira menoleh Ke samping dan menemukan mama nya disana tengah tersenyum kepadanya.
"Tadi mama iseng buat itu untuk kamu. Kamu coba deh enak banget rasanya." Tutur Fara saat melihat tak ada gerakan sama sekali dari Khaira. Huh sampai kapan anaknya akan bersikap dingin kepadanya. Dia sudah tidak kuat untuk merasakan sikap itu dari Khaira.
"Mama salah banget ya Ra sama kamu. Sampai kamu sulit banget ngomong sama mama, udah dua minggu mama disini. Niatnya pengen bantu kamu selama kehamilan pertama kamu, pengen ngerasain gimana rasanya jadi calon nenek untuk cucu pertamanya. Pengen ikut kamu ngurusin keperluan kamu saat Raja lagi sibuk, ternyata semua keinginan mama terhalang oleh kesalahan mama." Fara kembali berbicara karena dia yakin Khaira mendengarkan. Masalah diantara mereka harus segera diselesaikan sebelum semuanya kembali semakin rumit.
"Mama tau mama salah banget, meninggalkan anak yang masih butuh kasih sayang dan perhatian sendirian. Mama egois sekali waktu itu karena mementingkan ego mama sendiri, mementingkan rasa sakit hati mama sendiri tanpa tau ada satu malaikat kecil yang sedang tumbuh dan berkembang di hidup mama. Mama bodoh waktu itu karena memilih ego mama dari pada kamu, hingga kamu yang akhirnya mama tinggal bersama pembantu kita." Khaira menunduk mendengar penuturan Fara, hatinya kembali sakit mendengar penuturan itu. Otaknya dipaksa untuk mengingat itu semua membuat dirinya tak siap.
"Mama kira waktu itu, cukup dengan uang kamu akan tumbuh dengan baik. Mama kira kamu hanya butuh kabar mama tanpa mama tau ternyata kamu gak cuma butuh itu, kamu juga butuh kehadiran mama untuk membantu kamu menjadi gadis dewasa. Karena itu mama sangat menyesal, ditambah penuturan kamu malam itu rasa sesal mama semakin bertambah. Mama nggak mau mengulang itu lagi, bantu mama Ra, mama tau mama salah mama butuh kamu untuk memaafkan mama nak, mama benar-benar minta maaf untuk masa lalu kita dan rasa sakit hati kamu. Mama tau masa lalu kita akan membuat kamu menjadi ibu yang kuat dan melindungi anaknya dengan kemampuan kamu yang luar biasa. Tapi apa kamu gak bisa menjadikan mama nenek yang kuat juga sayang? Mama ingin mendampingi kamu dimasa-masa kehamilan kamu nak, ijinkan mama untuk mengambil peran sekali lagi dalam hidup kamu."
Runtuh Khaira yang sedang sensitif mana kuat untuk menahan air matanya lebih lama lagi, air itu merembes bagai keran bocor hingga membasahi kaos bagian depan yang ia kenakan. Fara tersenyum saat Khaira merengsek masuk kedalam pelukannya. Ini yang dia butuhkan, ini yang dia inginkan. Pelukan hangat dari putrinya yang telah ia sia-sia kan selama ini. Dengan erat Fara mendekap Khaira yang suara tangisnya semakin kuat hingga membuat Raja yang sudah tenggelam dengan berkas-berkasnya pun keluar dari ruang kerjanya.
Tapi dia tak lagi bergerak saat melihat ibu dan anak itu tengah berpelukan melepas segala kesah dan derita mereka masing-masing. Ada kelegaan di hatinya melihat adegan di depan matanya saat ini. Dia memutuskan kembali keruangan tak ingin mengganggu mereka berdua.
"Kamu mau kan sayang menerima mama dalam hidup kamu lagi, memberikan mama kesempatan untuk mengurus kamu walaupun itu semua udah terlambat. Tapi mama mohon kasih mama kesempatan untuk menjadi ibu buat kamu sekaligus nenek untuk anak kamu."
"Mama gak perlu ijin aku untuk melaksanakan semua itu, aku yang harusnya minta maaf karena omongan aku malam itu. Aku yakin itu nyakitin mama, aku cuma gak siap menerima kehadiran mama yang tiba-tiba."
"Kita lupain aja semuanya ya Ra, kita ulang dari awal walaupun mama tetap kehilangan waktu dimasa kecil kamu. Tapi mama mohon kamu kasih mama tempat untuk merawat kamu di masa kini dan masa depan sebagai pengganti waktu mama di masa lalu."
Khaira mengangguk, dia semakin menenggelamkan kepalanya di dalam pelukan hangat seorang ibu milik Fara. Hati Fara menghangat, ini yang dia impikan selama ini. Bukan perkataan dan sorot sakit milik Khaira tapi ini. Momen dimana Khaira berada dalam pelukannya dan bersandar nyaman di dalam sana.
Mereka saling diam saling menikmati kebersamaan itu, hingga tak terasa waktu telah berlalu begitu cepat. Sesuai rencana hati ini Khaira dan Raja akan mengunjungi rumah Razka sahabat Raja semasa kuliah hingga saat ini. Istrinya yang baru melahirkan membuat Khaira bersemangat untuk datang kerumah Razka.
Selama di dalam mobil senyum cerah milik Khaira tak luntur sama sekali malah semakin merekah hingga membuat Raja mengernyit. "Seneng banget kayanya gak mau bagi-bagi ke aku?" Lontaran pertanyaan itu membuat Khaira mengalihkan pandangannya. Dilihatnya Raja yang tengah menaikkan satu alisnya menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirnya.
"Aku bahagia banget tau karena sekarang aku sama mama udah baikan." Raja mangut-mangit seolah tak tau.
"Gitu dong, aku jadi seneng dengernya. Masa kamu diemin mama terus kan kasian mama jauh-jauh datang malah di diemin sama anaknya." Tutur Raja membuat Khaira menunduk, rasa bersalah kembali muncul di hatinya.
"Aku tau aku salah kemaren,"
"Iya yang penting kamu sama mama udah baikan, jangan marah sama mama lagi sayang. Kamu gak tau gimana perjuangannya di belakang kamu."
Khaira mengangguk dia tau dia salah yang terpenting dia dan mama nya sudah kembali seperti dulu tidak ada lagi rasa marah di hatinya. Karena seperti mama nya dia pun juga salah karena tak memberikan waktu untuk wanita itu menjadi ibu seutuhnya.
*****
Fyuh.... akhirnya part ini selesai ada yang nungguin momen mereka ini gak sih?
Pokoknya stay terus ya, aku bakal update part selanjutnya secepatnya.
Batam, 13 Desember 20.