Chereads / Khaira's Story (on going) / Chapter 28 - Raja marah?

Chapter 28 - Raja marah?

Suara dering ponsel memecahkan kesunyian yang tercipta di dalam ruangan bernuansa korean tersebut, Raja nampak serius dengan dokumen di depannya harus mengalihkan perhatian pada telpon genggam di samping figura foto di atas meja. Nama istriku terpangpang di sana, segera Raja menggeser tombol hijau agar tersambung ke istrinya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," sahut Raja. Dia memutuskan perhatiannya ke suara Khaira yang terdengar sangat girang di seberang sana.

"Sayang, aku sama Foni mau jalan boleh kan?"

"Kemana? Kok baru ngasih tau aku? Kamu gak inget semalam dokter bilang kamu harus istirahat Ra. Kamu gak boleh banyak gerak, kok malah mau jalan. Gak usah aneh-aneh," Raja bertanya dengan nada kesal yang tidak dapat ditutupi sama sekali membuat Khaira yang berada di seberang sana cemberut.

"Gak aneh-aneh kok, ya ya ya? Boleh ya? Besok Foni mau pulang kampung tau, gak tau deh pulang lagi atau enggak. Jadi kami mau quality time gitu. Ya? Gak sampai capek Ja, gak lama kok cuma sebentar. Nanti pulangnya aku ke tempat kamu." Kali ini Khaira tak lagi meminta tapi memaksa, terdengar helaan nafas di ujung sana membuat Khaira semakin cemas takut Raja tak mengizinkan.

"Gak bisa nanti-nanti aja apa, tunggu kondisi kamu stabil. Kamu jangan buat aku khawatir Ra, kamu tau gak sih keadaan kamu udah gak kaya dulu lagi,"

"Gak bisa sayang, lusa Foninya udah pergi. Kamu mah gak ngerti, pokoknya aku tetep mau pergi ya. Gak lama kok cuma sebentar aja ini." Khaira bersikeras, sikap ini yang Raja tak suka. Khaira itu keras kepala dan semenjak hamil sikap itu makin bertambah berkali-kali lipat membuat Raja mengalah dan menuruti kemauan wanita itu.

"Ck, terserah kamu ajalah, tapi kalau sampai kamu kelelahan aku janji ini yang terakhir kamu keluar rumah."

"Oke! Aku gak akan buat kamu khawatir aku janji. Makasih sayang aku mau siap-siap dulu. Jangan sampai telat makan siangnya, assalamualaikum."

Sambungan telpon terputus tepat setelah Raja menjawab salam dari Khaira, pikirannya ak lagi bisa tenang. Dia tau istrinya ak akan bisa diam nantinya, Raja Tidak masalah jika Khaira mau main, tapi untuk kali ini dia cemas luar biasa karena saat semalam mereka memeriksa kehamilan sang istri dokter berkata bahwa kehamilan Khaira lemah, ternyata istrinya kelelahan dan banyak pikiran. Hal itu membuat Raja khawatir dengan keadaan mereka, dan ini Khaira malah ingin main dengan Foni. Apa tidak bisa di tunda hingga kandungan. Khaira kembali kuat dan keadaannya baik-baik saja?

Raja mencoba kembali fokus dengan pekerjaannya, bagaimana pun dia punya tanggung jawab lain yang harus di prioritaskan meski istrinya tetap nomor satu.

Sedangkan di rumah, Khaira tengah sibuk memilih baju apa kiranya yang cocok untuk ia kenakan. Kehamilannya sudah memasuki usia lima bulan yang artinya perutnya udah membuncit membuatnya kesulitan dalam memilih baju.

Setelah mengeluarkan hampir separuh isi lemari, Khaira memutuskan memakai baju terusan berwarna navy dengan make up natural di padu dengan snikers. Saat sampai di bawah terlihat sang mama tengah fokus dengan ponsel di tangannya.

Setelah kejadian empat hari lalu, Khaira dan mamanya kembali akur. Fara sudah tak canggung lagi menunjukkan sikap protective nya pada sang anak, bagaimana pun ini cucu pertamanya dan dia ingin memberikan perhatian lebih pada calon ibu baru dan calon cucunya.

Mengetahui kehadiran Khaira yang nampak rapi membuat Fara mengernyitkan dahinya bingung. "Kamu mau kemana? Rapi banget."

"Mau keluar bentar ma sama Foni, lusa dia balik ke Malang jadi kami mau quality time," jelas Khaira sambil duduk di samping Foni.

"Memangnya Raja ngijinin kamu keluar, lagi pula kondisi kamu lagi gak stabil Ra, udah besok aja. Atau gak suruh si Foni main di rumah aja gak usah keluar rumah segala." Ceramah Fani membuat wajah sumringah Khaira langsung redup.

"Mama gak tau orang ngidam apa, aku lagi pengen main ma. Lagian lusa juga udah gak ketemu Foni lagi, cuma sebentar kok gak lama janji, " Khaira mengeluarkan wajah menohonnya membuat Fani tak tega.

"Kalau kamu udah kaya gini mama gak bisa ngomong. Mama cuma mau ngingetin kamu supaya gak kecapean, karena mama yakin Raja bagaskara banget kalau kamu kenapa-napa."

Khaira mengangguk, suara klakson mobil terdengar dari luar. Cepat-cepat Khaira berpamitan pada Fani dan menghampiri Foni yang baru keluar dari mobil.

"Tante, apa kabar?" Foni menyapa Fara yang mengikuti Khaira dari belakang.

"Alhamdulillah sehat, kamu sendiri gimana?"

"Alhamdulillah sehat juga tante. Foni mau minjem Khaira nya sebentar ya tan," ucap Foni meminta Izin pada Fara yang terlihat enggan, ada rasa tak enak di dalam hatinya.

Fani hanya bisa mengangguk, "tante nitip anak tante yang bandel ini ya. Jangan lupa liatin jajannya takut jajan sembarangan."

"Oke tante, kami pamit dulu ya."

"Ma, aku pergi dulu, assalamualaikum. "

"Waalaikumsalam hati-hati. "

Foni membunyikan klaksonnya dua kali di lalu membawa mobilnya pergi dari pekarangan rumah Khaira. Selama perjalanan diisi oleh suara Khaira dan Foni yang tengah bergosip menceritakan topik yang tengah hangat di masyarakat.

Taman hiburan nampak ramai walapun hari ini bukanlah hari libur. Hal itu membuat semangat Khaira semakin membara. Dia sudah tak sabar untuk mencoba beberapa wahana yang sudah lama ingin di mainkannya.

"Kita makan dulu ya, gue lapar nih," ajak Foni yang langsung di angguki oleh Khaira. Mereka mampir di salah satu stand yang ada disana.

"Lo mesen apa?"

"Aku mau cumi tumis ini," tunjuk Khaira pada buku menu. Foni langsung memanggil pelayan dan memesan makanan mereka. Sambil menunggu makanan mereka dihidangkan Khaira mengecek handphone nya, ternyata ada satu pesan dari Raja.

'Jangan telat makannya. Vitamin harus dibawa.'

Setelah membalas pesan itu, Khaira memasukkan kembali ponselnya kedalam tas. Dia lebih menikmati mengamati sekitar hingga hidangan mereka tiba.

Selepas makan, Khaira menarik Foni ke permainan komedi putar dia sudah sangat ingin bermain permainan itu. Mereka bermain sepuasnya hingga berakhir di salah satu mall disana.

Khaira menemani Foni untuk berbelanja kebutuhannya dan jajan sepuasnya disana. Mumpung gak ada Raja pikirnya, ya tetap saja Khaira membelinya dalan batas wajar. Hingga tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat.

"Habis ini kita kemana lagi Ra?"

"Aku capek Fon, kita istirahat dulu deh disana," tunjuk Khaira ke arah kedai es krim.

"Yaudah ayo, gue juga haus."

****

Mereka bermain tanpa sadar matahari sudah diganti oleh bulan. Hal tersebut membuat Khaira cemas, sebab dia sudah berjanji tadi untuk berkunjung ke restoran Raja belum lagi tadi dia berjalan dengan tidak hati-hati membuat kaki kirinya keseleo. Mati lah dia karena pulang hampir jam delapan malam dengan keadaan tidak baik-baik saja belum lagi ponselnya yang kehabisan daya membuat rasa takutnya semakin bertambah.

Saat mobil yang dikendarai Foni masuk ke pekarangan rumah Khaira, rasa gugup di tubuhnya semakin mendera. Saat mobil berhenti, dari dalam mobil Khaira melihat Raja yang berdiri menunggunya di depan pintu. Kalau bisa Khaira ingin lari saja melihat mimik wajah Raja yang terlihat datar. Foni pun sama, wanita itu merasa bersalah karena memulangkan Khaira saat hati tak lagi siang.

"Aku takut Fon, muka Raja datar banget," cicit Khaira pelan saat ia dan Foni sama-sama melepas set belt.

"Gue juga takut, muka laki lu sangar banget Ra." Balas Foni dengan suara pelan.

Khaira membiarkan Foni membuka mobil lebih dulu barulah ia ikut mengusulkan kakinya yang terengkak-engkak. Di sana, di depan pintu Raja tengah menunggu mereka dengan muka datar dan tangan yang di lipat di dada. Itu membuat Khaira takut dan tak berani menatap wajah itu lama-lama. Khaira memilih bersembunyi di balik punggung Foni, seolah punggung itu adalah tameng baginya.

"Assalamualaikum mas Raja. Maaf ya karena nganterin Khaira nya telat banget. Terus kakinya Khaira tadi keseleo mas," adu Fara takut-takut.

Raja tak menjawab, matanya fokus memperhatikan kaki Khaira yang nampak tidak baik di balik punggung Foni. Khaira yang tengah menarik kaus wanita itu pelan membuat Foni jengah sendiri.

"Iya,"

Foni spechelss, tak tau mau berkata apa lagi. Akhirnya dia memilih pamit untuk pulang, karena yakin bahwa Raja tak membutuhkan kehadirannya disana. "Yaudah kalau gitu saya pulang dulu mas. Udah malem soal nya, sekali lagi saya minta maaf. Assalamualaikum. "

"Gue pulang Ra, ati-ati laki lu serem," bisik Foni lalu pergi dari sana.

Khaira memandang nanar pada mobil Foni yang telah pergi meninggalkannya berdua dengan seseorang yang sepertinya tengah mati-matian menahan amarahnya.

"Assalamualaikum ma.."

"Masuk." Perintah Raja datar.

Sebelum menyusul Raja, Khaira terlebih dahulu berdoa untuk keselamatan jiwa dan raganya. Katakan lah Khaira lebay, tapi demi apapun Raja itu orangnya hangat walaupun jarang senyum. Dan ini baru pertama kalinya Raja memasang tampang seperti itu sontak saja Khaira takut di buatnya belum keduakalinya yang sudah di ajak jalan, ini Raja gak punya hati apa. Tapi gak papa lah, dari pada harus bersebelahan lebih baik begini.

"Masuk, kamu gak denger aku ngomong apa?" Tak ada nada bentakan karena demi Raja dia taka akan pernah meninggikan suaranya pada wanita baik itu istrinya, ibunya atau siapapun.

Khaira patuh, dia segera menyusul Raja yang ternyata terus melangkah hingga kamar mereka. Setibanya di kamar, keadaan hening. Raja tak membuka suaranya sama sekali membuat Khaira semakin ketar-ketir ketakutan. Ini memang salahnya. Karena tak mendengar ucapan Raja. Dan yang membuatnya kesal adalah Raja yang hanya diam sambil menatapnya membuat nyalibya semakin menciut.

"Puas jalan-jalan nya?" Raja membuka suara setelah sekian lama hening.

"Sampai semua telpon aku gak ada yang diangkat. Pesan aku juga sama sekali gak kamu baca."

Khaira semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam. Ditempat duduknya, dia meremas tangannya cukup kuat menyisakan beberapa jejak disana.

"Kamu gak tau seberapa cemasnya aku gak dapat kabar dari kamu. Bahkan ketika aku sampai rumah kamu gak ada. Kamu gak akan tau gimana khawatirnya aku nyari kamu. Katanya kamu mau nyusul aku ke resto, tapi aku tunggu kamu gak datang-datang, aku kira kamu kecapean. Taunya kamu belum pulang. Demi allah aku khawatir kamu kenapa-napa dan bener kan kamu kenapa-napa?"

"Maaf," cicit Khaira pelan amat sangat pelan.

"Ya kamu memang harus minta maaf karena udah buat aku khawatir. Bahkan mama sampai ikut nyariin kalian tau karena kalian berdua gak bisa di hubungi. Kami pikir ada apa-apa di jalan, taunya kamu lagi haha hihi di luar sana. Kalau dokter gak bilang bahwa kandungan kamu lemah dan kamu gak keterlaluan dengan pulang gak tau waktu kaya gini, aku gak bakal marah Ra, aku ngerti kamu pasti bosen di rumah terus. Kamu butuh hiburan. Tapi kamu harusnya tau kondisi kamu kaya gimana, ada anak kita di dalam sana yang harus kamu jaga. Kamu harusnya dengerin omongan aku, bukan mentingin temen kamu kaya gitu Dan berakhir dengan kamu yang terluka seperti ini."

Raja tak lagi melanjutkan omongannya dia memilih keluar dari kamar menyisakan Khaira sendiri dengan air mata yang membentuk sungai di pelupuk matanya dan sekali kedip maka sungai kecil akan terbentuk disana.

****

Sekedar informasi aja ya. Cerita ini cuma aku post di webnovel aja, jadi jika teman-teman semua jumpa atau baca cerita ini di tempat lain tolong kasih tau aku ya. Karena itu udah pasti plagiat.

Oke gitu aja selamat membaca!

Batam, 15 Desember 20.