Chereads / Apakah Dunia Ini Dunia Lain? Ataukah Mimpi? / Chapter 6 - Chapter 06 : Petualangan dimulai

Chapter 6 - Chapter 06 : Petualangan dimulai

Misi pertama yang di ambil oleh Rui adalah membasmi tanaman berhantu.

Monster ini di bilang tanaman berhantu karena tanamannya melayang di udara seperti hantu.

Bentuknya pun mirip seperti cacing yang sedang menyatu satu sama lain.

Rui bilang kalau monster ini tidak terlalu berbahaya hanya saja dia bisa menyerang dan rasa sakit dari serangan nya terasa seperti dicambuk.

Harga dari 1 monster ini adalah 2 koin perunggu, ada 10 monster di hadapan kami jadi kuhitung bisa dapat 20 perunggu jika kami bisa membasmi nya semua.

Aku langsung saja berlarian ke tengah kawanan monster itu dan mulai menghunuskan pedangku ke sana dan kemari.

Tapi nampaknya tak satupun tebasan pedang ku mengenai monster itu, sebaliknya setelah mereka menghindar mereka balik menyerang ku dengan tumbuhan panjangnya.

*splats* *splats*

"Duh... curang ni tumbuhan main keroyokan."

Tanaman panjang nya mengenai hampir seluruh tubuh ku dan juga ada yang mengenai pipi ku. Mereka menyerang ku layaknya mencambuk kuda agar berjalan dengan sangat cepat.

Rui yang ada di belakang ku justru tertawa melihatku di siksa oleh gerombolan monster ini.

"Haaaaaaa!"

*srissk*

"Yosh kena satu."

Salah satu monster yang ku tebas terbelah menjadi 2 bagian, saat dia mati dan jatuh ke tanah tumbuhannya melonggar seperti tali yang berserakan.

Seperti nya aku sudah paham dengan pergerakan dari monster ini. Dia menghindar dan menyerang dengan sangat cepat, tapi saat menyerang itulah dia berhenti bergerak. Dan saat mereka berhenti, kupikir itulah kesempatan yang baik untuk menyerang nya dengan kuat.

*srissk*

*srissk*

*srissk*

Dan benar saja 3 tumbuhan itu ku kalahkan dalam sekejap. Dengan begini tersisa 6 tumbuhan lagi.

"Wind knife!"

*srissk*

Monster yang ada di sampingku mati seketika setelah terkena sihir dari Rui.

Tak hanya berhenti di situ Rui mengeluarkan sihir lainnya seperti 'fire knife!' dan tanaman berhantu tadi terbakar ketika terkena sihir Rui.

Dengan begini aku mengalahkan 4 monster dan Rui membasmi sisanya.

Aku mendekati Rui dan bertanya.

"Sihir itu ternyata cukup berguna ya, bisa melenyapkan monster tadi dalam sekejap mata."

"Eh! Itu tadi cuma monster rendahan kok, gak terlalu sulit membunuh nya."

"Oleh karena itu kau tadi tertawa ya."

Wajah ku suram setelah mendengar kalau itu cuma monster kacangan bagi para petualang lain.

"Jangan murung gitu kak, kalau tanpa kakak mana bisa Rui melawan nya sendirian."

"Iya kah... terus mau di apa in nih monster? Mau aku bawain untuk di jadikan bukti bahwa kita udah meyelesaikan quest nya?"

"Itu gak perlu kak, kita cukup melapor ke guild bahwa kita sudah membasmi mereka."

"Jadi gak perlu bukti gitu?"

"Tergantung dari quest nya kak, beberapa quest ada yang seperti itu misalnya membawakan kepala monster untuk di jadikan bukti atau membawakan taring dari monster tersebut kalau sudah di kalahkan."

"Begitu ya... ya udah kalau gitu kita balik ke guild dan melapor."

"Baik."

Aku dan Rui kembali ke guild lalu melapor kepada administrasi guild bahwa kami sudah menyelesaikan quest nya.

"Quest membasmi monster tanaman berhantu ya."

Perempuan administrasi tersebut melihat dan memberi cap pada selembaran quest tersebut kurasa itu adalah tanda bahwa quest nya telah di selesaikan.

"Baik, ini imbalannya 20 koin perunggu. Terima kasih atas kerja keras nya."

Perempuan administrasi itu menyodorkan 2 tumpukan koin perunggu yang dimana 1 tumpukan nya berisi 10 koin perunggu.

"Makasih."

Rui mengambil imbalan nya dan memberi ku 10 koin perunggu.

"Ambil quest lagi yuk kak."

Segitu semangat nya kah Rui sampai mau menerima quest lagi atau dia sedang bercanda?

"Begini Rui, ini udah sore gimana kalo kita pulang aja dulu, sebentar lagi mau malam kita lanjut ambil quest nya besok."

Aku gak menyangka kalau perjalanan bolak-balik ini memakan waktu setengah hari. Kira-kira hutannya tadi ke arah barat daya dari guild ini.

"Iya juga ya.... kalau gitu gimana kalo ku ajarin membaca dan menulis malam ini kak?"

Rui menatapku dengan mata yang bersinar-sinar aku tahu dia sedang dalam kondisi bersemangat saat ini.

"Y-ya, kalau gak di tawarin pun aku pasti minta ajarin ke kamu."

"Yosh! Ayo kita pulang."

Dan sejak saat itu aku melakukan rutinitas seperti biasa, pagi hari kami ke guild mengambil quest dan menyelesaikannya hingga sore hari kadang juga kami gak pulang sama sekali lalu tidur di hutan.

Saat kami berdua duduk di depan api unggun Rui kadang heran dengan cara bertarungku, dia bertanya "kakak udah pernah latihan menggunakan pedang sebelumnya?" Lalu ku jawab "Ya, aku pernah ikut latihan bela diri." "Eeh." Jawab nya sambil menatap ku.

Dan setiap malam Rui mengajarkan ku cara membaca dan menulis, kalau di rumah biasanya Vivi juga ikut belajar, tapi ku lihat sepertinya dia cuma mau main-main doang.

Kadang juga Rui menegur nya tapi dia malah bersembunyi di belakang ku. Rasanya mengingat kan ku pada keluargaku.

Dan tak terasa sudah 1 minggu berlalu.

"Maaf ya kak aku gak bisa bareng kakak hari ini."

Seperti nya Rui dan party nya yang lama sudah berkumpul lagi dan juga anggotanya perempuan semua. Mereka menunggu di depan pintu keluar guild nampak nya mereka sudah mengambil quest lebih awal.

"Nggak usah di pikirin, ikut aja mereka dan juga hati-hati ya jangan sampai bengong kayak kemarin."

"Eheheh."

"Jangan hehehe doang bahaya kalau kau bengong kayak gitu terus di tikam monster."

"Iya-iya gak bakal kok. Dah dulu ya kak."

Rui bergegas ke arah party yang menunggu nya. Kelihatannya dia senang sekali dengan party nya, 4 perempuan termasuk Rui jadi 5 orang.

Sepintas ku lihat senjata mereka 1 orang yang membawa pedang, 1 yang membawa busur dan 2 orang membawa tongkat termasuk Rui dan 1 nya lagi gak bersenjata. Mungkin dia tipe tangan kosong atau dia punya pisau di tas belakang nya?

Saat melihat mereka sudah pergi jadi aku berencana mengambil quest sendiri dan menghampiri papan di mana banyak quest terpajang.

"Hmm... penaklukan kuda liar.... tolong carikan cincin tunangan ku yang hilang... eh! Deskripsi nya..... aku gak sengaja menjatuhkan salah satu cincin tunangan ku di jalan dan cincin itu jatuh ke saluran air tolong bantu aku mencarinya. Imbalannya 50 koin perunggu."

Berkat Rui aku bisa membaca dan ternyata ada juga quest aneh macam ini.

"Etoo.... ayo basmi tanaman berhantu... loh ini kan quest pertama yang ku jalanin sama Rui."

Tak lama melihat papan quest aku melihat selembaran quest di pojok kiri terpisah dari quest lainnya. Nampaknya quest di sampingnya sudah di ambil oleh petualang lain.

"Apa ini? Pembasmian monster kera. Deskripsi nya, banyak monster kera di kebun ku tolong basmi mereka kalau tidak aku bisa bangkrut jika mereka memakan semua hasil kebun ku. Hadiahnya 1 koin perak."

Woh lumayan nih kayaknya, aku juga belum membayar hutangku kepada Mirri.

"Yosh yang ini aja."

Aku mengambil selembaran quest yang tertempel pada papan itu lalu membawanya ke bagian administrasi guild.

"Permisi aku mau menjalankan quest ini bisa?"

Aku menyerahkan selembaran itu ke perempuan administrasi dan dia mengambil nya.

"Umm pembasmian monster kera ya, sendirian atau ber party?"

"Sendirian."

"Baiklah kalau begitu tunjukkan kartu petualangmu."

Aku mengeluarkan kartu ku dan memberikannya pada perempuan itu.

"Baiklah sudah kami terima semoga baik-baik saja di jalan dan kembali dengan selamat."

"Ya terima kasih."

Aku mengambil kembali kartu yang di serahkan tadi dan langsung menuju ke tempat orang yang mengajukan quest ini.

Ku pikir ini akan jadi perjalanan yang panjang mengingat tempat nya jauh ke arah tenggara kota Mhairoe jadi aku memutuskan untuk membeli beberapa bekal sebelum menuju ke sana.

*****

Butuh 2 hari untuk sampai ke desa itu dengan berjalan kaki dan saat sampai di sana aku langsung di sambut oleh orang yang berbadan agak gendut dan seorang pria tua.

Sepertinya dia adalah pemilik kebun yang mengajukan quest tersebut aku langsung menyadari nya dari wajah nya yang cemas. Dan satunya lagi mungkin kepala desa ini.

"Syukurlah, anda seorang petualang bukan."

"Iya benar apa anda pemilik kebun yang mengajukan quest ini?"

Aku menunjukkan selembaran quest yang ku bawa.

"Iya, tapi apa anda cuma sendirian atau teman anda datang terlambat?"

"Biasanya saya berdua dengan adikku tapi dia sekarang ikut party teman nya jadi saya datang ke sini sendirian."

"Begitu ya, kalau begitu ikuti saya."

Aku mengikuti pemilik kebun tersebut menuju ke kebunnya di perjalanan kepala desa menjelaskan kalau monster ini sepertinya tipe monster omnivora.

Mereka tidak membahayakan penduduk desa tapi jika ada yang mendekati mereka. Mereka akan menyerang karena di anggap sebagai ancaman bagi mereka.

Anak pemilik kebun dan para warga sudah pernah mencoba mengusir mereka tapi hasilnya dia terluka karena di hempas oleh para monster tersebut.

Ada juga warga yang mau mengambil kayu bakar di hutan dan tidak sengaja terlihat oleh salah satu monster itu dan dia di kejar sampai keluar hutan.

"Disana, anakku pernah melawan kawanan mereka bersama para warga. anakku bilang kalau tidak salah jumlahnya sekitar 15 monster."

"15 yah."

"Apa anda tidak apa-apa sendirian kalau berkenan saya akan meminta pemuda desa disini untuk membantu anda."

"Ah! nggak itu gak perlu saya sendiri saja sudah cukup, lagipula saya tidak ingin ada yang terluka nantinya."

"Baiklah kalau begitu....."

"Tunggu sebentar!"

Seseorang berteriak dari belakang kami.

Saat dia menghampiri kami kulihat sepertinya dia masih anak-anak.

"Tuan petualang ijinkan saya membantu anda."

"Ha?"

"Tolong ajak saya tuan petualang saya pasti berguna bagi anda."

"Sora! bukankah ayah sudah mengatakan kalau kau diam saja di rumah."

Pemilik kebun yang tadinya terlihat cemas membentak anak kecil ini. Sepertinya dia adalah anak dari pemilik kebun ini.

"Tapi ayah, aku sudah berlatih memanah setiap hari dengan kakak. ayah juga pernah lihat kan."

"Sudah ku bilang tidak boleh! Ayah tidak mau kau bernasib sama seperti kakak mu."

"...."

"Itu benar ikuti perkataan ayah mu nak."

Entah kenapa aku merasa gelisah melihat anak ini di marahi ayahnya. Apa ini ada hubungan nya dengan ingatanku?

"Baiklah."

Dengan tertunduk lesu anak itu kembali ke rumahnya.

"Baiklah kalau begitu pak kepala desa aku akan mulai pekerjaan ku."

"Ya, semoga anda baik-baik saja."

Aku masuk ke hutan yang di tunjuk oleh pemilik kebun.

Tak lama menyusuri hutan aku melihat kulit pisang yang berserakan, Kurasa ini bekas makan para monster itu.

Aku jalan lurus dari arah kulit pisang yang kutemukan tadi dan benar seperti dugaan ku mereka sedang bermalas-malasan.

Sambil bersembunyi aku menghitung para monster kera terlebih dahulu.

"3...8....9....9 cuma 9? Kemana 6 sisa nya?"

"6 nya ada di atas tuan petualang lihat lah."

Aku terkejut ada orang yang menjawab ku, dia adalah anak kecil yang di marahi tadi.

"Tu!... kenapa kau disini."

"Kan udah ku bilang aku akan membantumu."

"Dasar keras kepala pulang nanti akan ku pukul kau ya."

Kami berdebat seperti itu dengan suara pelan tapi semak-semak yang menutupi kami sepertinya membuat suara yang mengganggu.

Merasa tidak beres para monster itu mulai curiga dan melihat ke arah kami.

"Gawat kalau begini terus kita bisa di serang. Aku akan maju menghadapi mereka kau bisa menggunakan busur bukan?"

"Ya cukup mahir."

"Kalau begitu serangan pertama kau arahkan ke monster yang sedang tidur di atas sana sisanya serahkan padaku."

"Baiklah."

Salah satu monster mulai mendekati kami, anak kecil tadi mulai membidik monster yang ada di atas pohon dia menarik anak panahnya hingga busurnya berdecit dan kemudian melepaskannya.

*wusssshhh* *crist*

"Sip kena."

Anak kecil tadi gembira karena serangan nya mengenai sasaran.

Tapi sepertinya serangan itu tidak membunuh nya, wajar saja karena badan monster ini lebih besar dari manusia biasa. Melihat teman nya di serang, para monster itu mulai berlarian ke arah kami berdua.

"Kau diam di sini nak aku akan menyelesaikannya dengan cepat."

"Baik."

Aku berlarian ke luar dari semak-semak dan menebas monster yang mendekat ke semak-semak tadi.

*crist*

Salah satu monster mau menyerang ku dari belakang, aku langsung menghindari pukulannya dan memotong tangan nya lalu ku tusuk tepat di jantungnya.

*sring* *crist*

Para monster lain tidak diam saja dan mulai menyerbu ku. Aku juga tak diam saja langsung ku kalah kan mereka dengan cepat.

"Hebat! Tuan petualang sangat hebat."

Anak kecil tadi memujiku selagi aku mengayunkan pedang ku untuk membersihkan darah yang ada di pedang ku.

"Walau memuji seperti itu kau akan tetap ku pukul habis ini."

"Eh!"

Melihat wajah nya yang kaku aku mengulurkan tangan ke kepalanya dia berpikir aku akan memukul nya jadi dia mulai memejamkan matanya. Aku justru mengelus kepalanya, yah dari awal memang aku tidak ada niatan untuk memukul.

"Pulang yuk."

Setelah aku memasukkan pedang ku ke sarung nya kami kembali ke tempat si pemilik kebun.

"Oh, nak petualang anda telah kembali. Gimana dengan monsternya"

"Ya, mereka sudah ku basmi pak kepala desa dan selanjutnya ku serahkan pada anda."

Aku menoleh ke kiri dan ke kanan mencari kemana hilangnya bocah tadi apa dia tersesat? Saat melihat ke belakang pak kepala desa berkata. "Ada apa nak petualang? Apa kau kehilangan sesuatu?"

"Ah.... tidak. Tidak ada apa-apa pak kepala desa hanya melihat-lihat sekitar ahahahaha."

Perasaan kami keluar hutan bersamaan, apa dia kabur karena takut dimarahi orang tuanya? Sesaat pemilik kebun datang dengan membawa 1 tandan pisang dan memberinya ke padaku.

"Ambillah ini nak petualang walau tak banyak kurasa ini imbalan yang cukup."

"Ng-nggak perlu pak kalau masalah imbalan nanti pihak guild yang memberikannya."

"Bukan nak, anggap saja ini bonus dari ku."

"Yah gimana ya"

Si pemilik kebun bersikeras memberikan pisang tadi, merasa tidak enak jadi ku ambil saja.

"Kalau begitu saya mohon pamit pak pemilik kebun dan pak kepala desa."

"Ya terima kasih sudah membantu kami."

Setelah berpamitan aku kembali menuju kota Mhairoe dengan membawa 1 tandan pisang.