"Ini kutaruh di sini ya?"
Aku menaruh keranjang piknik itu di dekat pohon yang tidak terkena sinar matahari.
"Ya, gapapa."
Angin nya berhembus sangat pelan seperti saat kau sedang berkipas menggunakan tangan kananmu. Saat sinar matahari mengenai kulit, rasa panas nya tidak terlalu menyengat tapi kurasa akan terasa lebih panas jika matahari semakin meninggi.
Kami bertiga duduk di samping pohon, tepat di bawah bayangan pohon besar itu tercipta agar kami tidak kepanasan karena terik matahari.
"Jadi kita mulai pelajarannya dari mana?"
"Pertama aku mau tau elemen sihir yang kau gunakan."
"Elemen sihirku adalah air, angin, dan tanpa elemen. Kalau kalian berdua?"
"Kalau elemen sihirku adalah api, angin, dan cahaya." Jawab Rui.
"Elemen ku adalah api, dan cahaya." Jawab Lalui.
Loh! elemen sihir Lalui cuma 2?
"Elemen sihir mu cuma ada 2?"
"Y-ya."
Kalau tidak salah kata bu Koeirne penyihir bisa memiliki 1 sampai 4 elemen sihir dan Lalui hanya memiliki 2 elemen sihir. Ini pertama kalinya aku melihat penyihir yang mempunyai elemen di bawah angka 3. Tunggu, bagaimana dengan Rod?
"Lalui apa kau tau elemen yang di gunakan Rod?"
"Kalau tidak salah dia mempunyai 2 elemen sama sepertiku. Elemen cahaya dan tanpa elemen."
Begitu ya berarti sudah 2 kutemui penyihir berelemen 2.
"Kau bertanya pada Rod?"
"Tidak, waktu aku bergabung ke dalam party mereka, dia bertanya padaku elemen yang ku gunakan dan sebagai gantinya dia juga memberitahuku elemennya."
Jadi begitu, kenapa aku gak di tanya saat pertama kali bergabung ya? Oh iya! kalau tidak salah waktu itu aku menggunakan pedang, jadi mereka mungkin menganggapku bukan seseorang yang bisa menggunakan sihir.
"Tunggu Rei, kalau kau ingin belajar sihir penyembuh kau harus memiliki elemen cahaya. Tapi-tapi elemen mu kan hanya air, angin, dan tanpa elemen."
"Memang nya harus elemen cahaya? Elemen lain gak bisa?"
"Kebanyakan sihir yang berkaitan dengan penyembuh itu berelemen cahaya dan gak bisa yang lain."
"Elemen air gak bisa?"
"Nggak."
Aneh, aku melihat di film dan game kebanyakan air bisa menyembuhkan luka-luka. Ternyata tidak untuk sihir di dunia ini.
"Kalau begitu gak ada yang bisa kupelajari."
"Maaf ya harusnya dari awal aku tanya dulu tentang elemen sihir mu."
"Tidak, bukan. ini bukan salahmu, ini salah Rui."
Rui yang tadinya hanya diam menyimak pembicaraan terkejut dan mengatakan. "Eh! Kenapa salahku!?."
"Harusnya kau dari awal bilang kalau aku gak bisa menggunakan sihir penyembuh."
"Aku juga gak tau kalau kakak gak punya elemen cahaya."
"Kan waktu aku pulang waktu itu aku memberitahumu kalau aku bisa menggunakan sihir dan elemen ku adalah air, angin, dan tanpa elemen."
Rui mengangkat kepalanya dan sedikit berpikir dengan jari telunjuk di dagunya.
"Kapan?"
"Di ruang tamu. Jangan-jangan kau tidak mendengarnya karena keasyikan main sama Vivi?"
Rui terus berpikir dan akhirnya dia mengatakan. "Entah. Aku aja gak ingat. Tehe!"
Aku diam sejenak, wajahku datar melihat ke arah Rui dan berkata. ". . . . ..pulang aja yuk."
Jujur saja sia-sia sudah usaha Lalui dengan mempersiapkan semua ini demi bisa menjadi guru sihirku. Tapi mau bagaimana lagi tidak ada yang bisa kulakukan untuk sekarang. Dan buku sihir yang biasa ku baca, sekarang kutinggalkan di rumah.
"Tunggu kak! Kalo kita pulang sekarang makanan nya jadi sia-sia kan? Kenapa kita gak makan aja dulu."
Hanya makanan yang kau pikirkan ternyata.
"Iya juga gimana kalau kita makan dulu." Jawab Lalui.
"Iya juga ayo kita makan."
Lalui membuka keranjang nya dari dalam keranjang itu, dia mengeluarkan kain besar, itu adalah alas yang biasa orang-orang bawa saat piknik. Setelah kami membentangkannya kami duduk di atasnya.
"Kalau di lihat lagi ini seperti piknik aja ya."
"Piknik?"
"Semacam kumpul-kumpul di taman dan makan-makan gitu."
"Oh maksud kakak pesta di taman?"
Pesta di taman? Jadi piknik di dunia ini di namakan seperti itu?
"Ya begitulah."
Lalui mengeluarkan semua isi dari keranjang tersebut. Berbagai macam roti di sini ada roti biasa yang tanpa isi, roti bulat, roti isi, dan roti keras.
Lalui menuangkan teh ke cangkir dan memberikannya ke Rui.
"Ini, silahkan."
"Terima kasih."
"Ini Rei, silahkan."
"Makasih ya."
Kami memakan semua roti itu dan aku pun berbaring tiduran melihat ke atas awan yang biru. Lalui duduk di samping kiriku sementara Rui bersandar di sisi pohon. Sepertinya dia sudah tertidur, wajar saja sebagian besar roti di habisi oleh nya.
Sudah 1 bulan lebih semenjak aku di bawa ke dunia ini dan aku sudah mulai terbiasa. Melawan monster dan kadang terluka juga akibatnya. Tapi aku masih penasaran dengan orang yang sering muncul di mimpi ku, apa dia yang membawaku ke sini?
"Sudah saat nya pulang ya?"
"Tunggu sebentar Lalui, aku masih mau tiduran di sini dan juga Rui sepertinya sudah tertidur. Bisa kita tunggu sampai dia bangun?"
"Kalau itu yang kamu mau, ok." Lalui kemudian ikut berbaring di samping kiri. Tanpa ku sadari aku mulai mengantuk dan tertidur.
"Oh iya Rei, ada yang ingin kutanyakan... hmm." Lalui mendekatkan wajahnya melihat ke wajahku dan berkata. "Loh, sudah tertidur ya."
......
...
.
Sinar matahari sore yang menyinari wajahku membuatku bangun. "Ah! Gawat aku ketiduran." Aku kemudian bangun dan melihat Lalui mengemas kembali cangkir ke dalam keranjang dan Rui masih tertidur.
"Maaf ya aku jadi ketiduran."
"Nggak apa-apa, aku juga ikut tidur tadi."
Aku kemudian membangunkan Rui dengan menggoyangkan tubuhnya. "Rui bangun! Sudah mau malam! Kita mau pulang ini."
"Umm... hmm... ngantuk."
Bagaimana bisa dia tidur dengan pulas hanya dengan bersandar di pohon?
"Apa boleh buat."
Setelah aku dan Lalui membereskan semuanya aku kemudian menggendong Rui yang masih mengantuk dan membawa tongkatnya. Kami berjalan kembali ke kota.
"Ayo kita pulang Lalui."
"Ya. Ayo."
Saat kami memasuki gerbang kota suara kuda berlarian sangat keras terdengar dari belakang kami menuju ke dalam kota dan seseorang penunggang kuda itu meneriakkan. "Minggir! Minggir kalian! Jangan menghalangi jalan!"
Kuda-kuda itu berlari sangat cepat melewati kami, kulihat kira-kira ada 4 kuda yang lewat dengan 4 orang penunggangnya.
Apa itu tadi? Kenapa mereka tergesa-gesa?
Dengan keadaan berisik seperti ini Rui masih saja tidak bangun atau mungkin dia menghiraukannya?
Kami terus berjalan bersamaan dan sampai di persimpangan jalan kota.
"Kalau begitu sampai jumpa besok Lalui."
"Ya, sampai ketemu di guild petualang."
"Dan juga makasih atas rotinya."
"Ya, sama-sama."
Kami berpisah di persimpangan kota aku menggendong Rui dengan membawa tongkat nya di tangan ku kami kembali ke rumah.
*****
Sebelum nya.
"Syukurlah kita bisa sampai tepat waktu."
"Bukan saat nya untuk tenang, kita langsung ke guild petualang. Tidak!, kita bagi 2 kelompok kalian berdua beritahu ke guild petualang, sementara kami berdua akan memberitahu penguasa kota ini."
"Baik, dimengerti."
"Ya."
Cih! kalau saja mereka tidak main-main pasti tidak akan begini jadinya. Semoga saja monster itu belum sampai ke kota ini esok hari.
"Komandan! Sepertinya ada banyak orang di gerbang masuk."
"Cih! Tetap maju. Jangan mengurangi kecepatan, tak peduli kalaupun ada yang tertabrak."
"Ya."
"MINGGIR! MINGGIR KALIAN! JANGAN MENGHALANGI JALAN!"
kuda itu terus bergerak dengan cepat melewati para prajurit yang berjaga. Para prajurit seperti nya sudah tau siapa mereka dan tanpa menghalangi membiarkan mereka lewat.
Saat sampai di persimpangan tengah kota mereka berpencar. 2 orang ke guild petualang, dan 2 lagi ke tempat kediaman bangsawan yang berkuasa di kota ini.
Kota Mhairoe memiliki 4 gerbang masuk dimana keempat gerbang itu adalah gerbang selatan, gerbang barat, gerbang timur, dan gerbang utara. Penjagaan di setiap gerbang sama kuatnya.
Kota ini tentu memiliki pemimpin seperti kota pada umumnya. Mereka di sebut dengan bangsawan, kalau tidak salah nama bangsawan yang memerintah kota ini adalah Irousio. Kalau aku tidak salah dengar dari perkataan ibu.
Dan kota ini adalah bagian dari kerajaan ellrakuri menurut info yang di beritahu ibu, ibukota ellrakuri berada di utara lebih tepatnya ke timur laut dari kota ini.
Guild petualang buka 24 jam. Selain menjadi tempat menerima quest mereka juga menjual berbagai macam makanan dan minuman. Setiap malam tiba, guild petualang selalu ramai dengan petualang yang makan dan minum layaknya sebuah bar.
Walau ada berbagai macam bar yang tersedia di kota Mhairoe. Sepertinya guild petualang tetap menjadi pilihan para petualang.
Saat kuda terhenti di depan guild petualang. Dia masuk dengan tergesa-gesa, semua orang melihat ke arah nya. Dia yang langsung berjalan cepat menuju ke meja administrasi dan berkata.
"Mana ketua guild disini!? Aku ingin bertemu dengannya secepat mungkin."
Wanita administrasi yang masih muda tersebut gugup mendengar perkataan nya yang sangat cepat dan sedikit membentak. Diapun menjawab. "Ka-kalau boleh tau tunjukkan identitas anda terlebih dahulu."
"Gak ada waktu untuk itu cepat panggil ketua guild. Ini keadaan darurat." Dia mengatakan nya dengan nada keras dengan tangan nya dia memukul meja panjang itu. Membuat semua yang melihat nya menjadi terheran.
"E-eto..."
Sesaat setelah dia memukul meja panjang itu, seseorang keluar dari dalam ruangan dia mengatakan. "Ada apa ribut-ribut ini? Oh iya tiap hari kan memang berisik di sini."
Wanita administrasi tersebut memberitahu ke orang yang keluar dari ruangan tersebut. "Ini ketua, ada yang ingin bertemu dengan anda."
"Hmm."
"Kau ketua guild di kota ini?"
"Sepertinya hal penting ya. Kenapa kita tidak berbicara di dalam?"
Ketua guild memberi isyarat dengan tangan nya seperti mempersilahkan masuk. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam ruangan dan suasana aula guild kembali berisik seperti biasanya.
Saat di dalam ruangan yang terlihat seperti kantor kerja, ketua guild mempersilahkan mereka berdua duduk di sofa bersantai. "Silahkan duduk biar aku buatkan teh untuk kalian."
Sembari ketua guild menuangkan teh ke cangkir dia bertanya. "Ada apa dengan kalian? Sepertinya tergesa-gesa sekali. Apa ada yang kalian khawatirkan?"
"Kami ingin meminta bantuan guild disini untuk mengumpulkan orang untuk mengalahkan monster tipe raksasa."
Ketua selesai menuangkan teh nya. Dia membawanya dan menaruh nya ke meja dan memberikannya ke hadapan mereka berdua.
Ketua juga ikut duduk berhadapan dengan mereka berdua dan mengatakan. "Kalian kekurangan personil atau bagaimana? Bukannya 1 monster tipe seperti itu biasa saja untuk kalian?"
"Awal-awalnya kami bisa mengendalikan situasi tapi karena terlalu santai mereka jadi main-main dan...."
"Dan?"
"Kami tidak tahu kalau salah satu monsternya ada yang bersembunyi. Jadi kami sibuk dengan monster yang terlihat di hadapan kami. Dan monster yang bersembunyi tersebut lari dan sepertinya mengarah menuju kesini. Menurut perkiraan komandan hal terburuknya mungkin esok hari monster itu akan sampai ke kota ini. Atau mungkin lusa."
Salah satu dari mereka berdua menyela pembicaraan. "Kalau menurutku dengan jalannya yang lambat kemungkinan lusa baru sampai."
"Jadi kalian memecah grup dan sebagian ke kota ini untuk memperingatkan. Begitu?"
"Kurang lebih begitu."
Seseorang kemudian masuk dan berkata. "Bagaimana? Apa sudah selesai?"
Dia yang mau meminum teh nya kemudian berdiri dengan cepat dan menjawab. "Ti-tidak. Belum komandan, ini kami masih memberikan info yang kita lakukan."
"Kau ketua guild disini? Bangsawan kota ini sudah memberikan izin dan juga memerintahkan para prajurit untuk membantu."
"Kalau itu membahayakan kota ya wajar saja bangsawan bertindak cepat." Ketua guild menjawabnya dengan nada santai.
"Dan kami ingin kau turut membantu dalam hal ini."
"Asal kau tahu saja kebanyakan petualang di sini masih pemula dan bermahkota satu. Ada beberapa bermahkota 2 dan 3 tapi sepertinya mereka tidak akan menerimanya."
"Tentu saja tidak secara sukarela kami akan memberikan 5 keping koin emas bagi petualang yang berpartisipasi dalam kejadian ini."
Ketua guild sedikit terkejut mendengar 5 keping koin emas yang tadi matanya terpejam terbuka melirik ke arah komandan dan mengatakan. "Yah kita lihat saja siapa yang mau mempertaruhkan nyawa demi 5 keping koin emas."
Ketua guild kemudian berdiri dan segera mempersiapkan hal yang di butuhkan. Dia memerintahkan bawahannya untuk mulai bekerja melakukan apa yang ia perintahkan.
*****
Esok paginya aku dan Rui kami berdua pergi ke guild petualang bersamaan dan saat masuk ke dalam kami terkejut melihat semua orang yang berkumpul melihat ke arah papan quest.
"Ada apa ya kak? Ramai sekali, gak biasanya ramai kayak gini."
"Entahlah."
Menurutku bukan hanya keadaan dalam guild yang ramai tapi di luar para prajurit juga sibuk sekali seperti mempersiapkan sesuatu.
"Kita liat aja yuk."
Kami berdua maju melihat ke papan quest sambil berdesak-desakan. "Bisa minggir sedikit? Aku dan adikku juga mau melihat."
Setelah melewati para petualang lain kami akhirnya bisa melihat apa yang ada di papan quest.
"Ini?"
Tidak ada quest lain di papan tersebut kecuali hanya ada beberapa lembar quest dan itupun sama semua. Aku dan Rui sedikit terkejut melihatnya. Aku kemudian membaca isi selembaran tersebut, di situ tertulis. Spesial quest! Pembasmian monster raksasa! Dan deskripsi nya adalah.
"Salah satu monster raksasa berjalan menuju kemari. Kalahkan monster tersebut dan dapatkan 5 keping koin emas? Kau bercanda kan?"
Komandan bertanya kepada ketua guild dan ketua guild menjawab. "Cuma itu yang terpikirkan olehku gak ada yang lain."
"Setidaknya rangkailah kata-kata yang sedikit keren."
"Kalau begitu kenapa tidak kau saja yang menulisnya?"
Kulihat Rui melebarkan matanya seperti melotot ke arah selembaran quest. Dia terkejut dengan quest nya atau terkejut dengan imbalan nya?
Petualang lain pun mulai membicarakannya. Berbagai macam respon dan reaksi yang mereka keluarkan.
"5 keping koin emas ya?"
"Bukannya ini tugas pasukan khusus itu?"
"Ikut yuk?"
"Oi kau mau mati? Lawan marmut di dekat danau waktu itu aja kita pulang dengan terluka, apalagi monster gede kayak gini."
"Gimana menurutmu?"
"Sudah jelas kutolak."
Banyak yang menolaknya. Para petualang lain lebih berpikir untuk tidak ikut ambil bagian dalam quest ini dan lebih memilih untuk mengambil quest lain. Meskipun tidak ada quest yang di bagikan hari ini setidaknya mereka masih memiliki uang sisa untuk makan dan mengambil quest esok hari.
Sambil melihat quest akupun bertanya ke Rui. "Gimana menurutmu Rui?"
"Menurutku? Hmm kalau aku sih lebih baik tidak ikut."
"Kenapa?"
"Walaupun hadiahnya besar tapi resiko nya sangat besar juga untuk petualang seperti kita."
"Begitu ya."
Aku terheran kenapa pasukan khusus membutuhkan bantuan? Bukannya kekuatan mereka sangat hebat seperti yang di rumorkan?