Chereads / Apakah Dunia Ini Dunia Lain? Ataukah Mimpi? / Chapter 14 - Chapter 14 : Monster raksasa dan undead kera

Chapter 14 - Chapter 14 : Monster raksasa dan undead kera

"Guhuk!"

Dia batuk mengeluarkan darah. Perut nya yang terkena serangan kristal monster tersebut membuatnya menjadi lemas terbaring di atas tanah. Dia dibawa kemari oleh seorang prajurit yang menyelamatkannya.

Rui yang menggunakan sihir penyembuh heal, berusaha menyembuhkan nya. Dengan wajah yang pasrah dan matanya yang menunjukkan kehampaan, orang tersebut berkata dengan pelan.

"Haa... sudahlah.... simpan sihir mu untuk membantu yang lainnya... guhuk! Aku sudah tidak kuat lagi."

Rui mengabaikan kata-kata yang ia katakan dan terus berusaha menyembuhkan orang itu. "Jangan mengatakan hal itu! Bertahanlah! Lukanya akan segera membaik!"

Darah terus mengalir dari tubuhnya, membuat tanah yang berada di bawah tubuhnya basah akan darah nya sendiri. Rui yang melihatnya mulai khawatir apakah dia bisa menyelamatkan nyawa orang ini?

"..."

Orang itu tidak menjawab, Rui yang fokus melihat ke titik luka yang ia sembuhkan menoleh ke wajah orang itu. Dia sudah mati, dengan mata masih terbuka dan tatapan kosong di wajahnya. Tanpa Rui sadari di dadanya juga terdapat luka yang terkena dari kristal monster tersebut.

Lingkaran sihir penyembuh mulai menghilang dan sirna saat Rui tau kalau dia sudah mati. Rui terkejut dan terdiam melihat ke arah wajah orang tersebut.

Aku gak bisa menyelamatkannya?

Sementara itu, komandan dan beberapa prajurit yang mengitari monster tersebut untuk menyerangnya dari belakang. Mereka menebaskan pedang nya, bagian belakang dari monster ini sangat besar dan menjadi sasaran empuk bagi mereka. Hanya dengan 1 ayunan saja sudah membuat luka ke monster tersebut.

Komandan yang tadinya melompat menyerang ke atas belakang tubuh monster itu kembali turun karena monster tersebut mengguncangkan tubuhnya seperti menghilangkan rasa sakit yang ia terima. Monster itu tidak bisa diam dan bergerak ke samping, bahkan berputar.

Komandan mendarat tepat di samping bawahannya, dan dengan memegang erat pedang besarnya dengan kedua tangan nya. Dia mengambil posisi bersiaga, karena tidak tau kapan monster itu akan melakukan serangan seperti tadi.

Bawahan komandan yang berada di sampingnya yang mengamati monster tersebut dengan sangat teliti, dia berkata.

"Komandan! Cuma perkiraan ku saja kalau monster ini tipe yang mempunyai inti? Dilihat dari gerak-gerik monster ini dan juga serangan yang terus kita luncurkan, tapi tidak ada apa-apa nya bagi monster ini. Walaupun dia terlihat seperti kesakitan saat kita menyerang nya."

Komandan yang mendengar saran dari bawahannya melihat ke arah para prajurit yang terus menyerang monster tersebut, dia berkata. "Mungkin saja, apa yang kau katakan itu ada benarnya."

Tipe yang mempunyai inti? Kenapa aku melupakan monster tipe itu?

Monster bertipe yang mempunyai inti adalah monster yang sangat kebal jika di lawan tanpa menghancurkan intinya. Selama inti nya tidak hancur dia masih bisa terus bergerak walau seluruh tubuhnya terkoyak atau terlepas. Beberapa juga ada yang mempunyai kemampuan regenerasi yang hebat dan dalam sekejap luka atau anggota tubuh yang hilang bisa sembuh dan kembali seperti sedia kala.

Tipe monster seperti ini cukup merepotkan kalau inti nya tidak segera di hancurkan, pertarungan melawannya pun bagaikan melawan air yang tidak ada habisnya.

"Apa kau tau dimana letak intinya?"

Saat komandan bertanya seperti itu dia terus melihat ke arah monster tersebut dan berpikir. Dia lalu menunjuk ke arah bagian monster tersebut, dan berkata.

"Menurutku mungkin itu ada di bagian seperti tekuk nya. Alasannya sederhana, kita menyerang kepala nya dan itu tidak membuat luka yang parah, dan juga kita menyerang bagian belakang dan sampingnya juga biasa saja."

Komandan yang melihat arah bagian yang di tunjuk itu berkata. "Yang itu ya?" Setelah mengetahui titik inti dari monster tersebut dia langsung bergerak berlarian ke arah monster itu.

kalau aku melompat dari depan kepalanya itu adalah hal yang bodoh, maka dari itu bagian belakangnya adalah hal yang tepat.

komandan melompat ke atas bagian belakang monster tersebut dengan memegang pedang besarnya ia berlarian menuju bagian tekuk monster tersebut. Setelah sampai pada bagian tekuk nya ia mengangkat pedang nya bersiap untuk menyerang bagian tersebut.

"Kemampuan berpedang, enam tebasan beruntun!!..... haaaaaaaaa!!!"

Komandan menebaskan pedang besarnya dengan sangat cepat, layaknya sebuah combo di dalam game. monster tersebut meraung kesakitan mengeluarkan suara nya tanpa henti, para prajurit dan petualang yang ada di sekitar bawah monster itu pergi menjauh. Dan yang lainnya hanya melihat apakah komandan bisa menghabisi monster itu?

Tebasan komandan akhirnya berhenti dan membuat sobekan luka yang dalam. Sesaat komandan melihat sesuatu yang bersinar berwarna merah, walau hanya sedikit permukaan yang terlihat dia tau kalau itu adalah inti dari monster ini.

Ternyata memang benar kau adalah tipe yang mempunyai inti ya? Monster sialan!

Komandan mengangkat pedang nya sekali lagi bersiap menusuk inti dari monster tersebut.

Dengan begini selesai sudah.

"Haaaaaaaa!!" Diiringi teriakan yang sangat kuat, komandan menusuk inti monster tersebut dengan pedang besarnya. Saat pedang besarnya menembus inti dari monster tersebut membuat suara seperti pecahan kaca yang terpecah.

Teriakan terakhir dari monster itu terdengar saat komandan menusuk intinya. Seketika monster tersebut melemah dan tubuhnya ambruk menyentuh tanah. Pertanda pertarungan telah usai, para petualang dan prajurit meneriakkan teriakan kemenangan mereka. Rasa khawatir yang terasa berubah menjadi rasa lelah dan letih.

Rui menghiraukan keadaan tersebut agar fokus ke sihir penyembuhan, dia sedang berusaha menyembuhkan salah satu prajurit yang terluka yang di bawa oleh prajurit lainnya dalam keadaan pingsan. di dalam hati nya, Rui tau kalau teriakkan yang mereka teriakkan adalah teriakkan kemenangan.

Tapi kefokusan itu pecah setelah dia mendengar suara yang memanggil dirinya. Dia menoleh ke arah datang nya suara tersebut dan yang Rui lihat adalah seorang laki-laki berlarian menuju ke arahnya, dia adalah Rei.

"Rui!"

"Kak Rei... kenapa kau disini?"

"Syukurlah kau tidak apa-apa..... ngomong-ngomong mana Savie?"

"Savie?.... Savie ada di depan sana."

Rui menjawabnya dengan menoleh ke arah monster tersebut menggantikan tangan nya yang terus mengeluarkan sihir penyembuh.

Rei melihat ke arah yang di tunjuk, dia melihat monster besar yang tergeletak tak berdaya dan ada orang yang berdiri di atas monster tersebut.

Itu monster nya? Wujudnya seperti antlion. Tidak, jangan-jangan itu memang antlion?

Rei memandang heran monster tersebut dan menoleh ke arah para prajurit yang terbaring terluka.

"Kenapa kak Rei bisa ada disini?"

"Ceritanya panjang, kalau di singkat bisa di bilang ada orang yang meniru Savie."

"Meniru?"

"Ya, Savie yang di sini bukanlah yang asli. Tujuan nya masih belum ku ketahui tapi mungkin ada kaitannya dengan mu Rui."

"Denganku?"

"...Rei!" Suara teriakan spontan dari seseorang membuat Rei dan Rui menoleh ke arah datangnya suara itu. Itu adalah ketua dan yang lainnya.

"Kalian?..... Kenapa kalian kemari?"

"Kami menyusulmu dari belakang."

"Ya, aku merasa tidak enak kalau kau mati di sini nantinya."

Vuei yang melihat ke arah monster raksasa itu berkata. "Uwaaahh..... itu monster nya? Besar sekali ya."

Mendengar perkataan itu yang di pikiran Rei adalah bisa-bisanya dia mengatakan itu dengan santai. Yah..... kalau monster nya masih hidup mungkin beda lagi ceritanya.

Lalui yang melihat Rui menyembuhkan salah satu prajurit pun ikut membantu. Dia duduk dan mengulurkan tangan nya mengeluarkan sihir penyembuh heal.

Inti monster yang terpecah belah tersebut mulai terurai menjadi butiran debu dan mulai menghilang, setelah inti dari monster itu menghilang kini tubuh monster tersebut ikut terurai, dimulai dari sekitar bagian inti nya. Komandan yang melihat nya kemudian memalingkan wajahnya dan berjalan menuruni monster tersebut.

Sesaat komandan berjalan turun, dia merasakan bahaya yang mendekat, dia menoleh ke arah kiri nya dengan menggunakan pedang besarnya sebagai perisai dia menangkis sesuatu seperti cahaya bola. *duaaarrr* suara ledakan besar itu terdengar ke seluruh orang yang ada di sekitarnya. Para prajurit dan petualang yang baru saja melemaskan tubuhnya menoleh ke arah ledakan tersebut.

"Komandan!"

Komandan yang terkena serangan bola tersebut terpental dan terhenti tergeletak di tanah. Dengan cepat bawahan nya berlarian ke arah komandan yang tergeletak tak berdaya. Para prajurit dan petualang menoleh ke arah datang nya serangan tersebut. Mereka melihat sesuatu yang berjalan.

Monster itu berjalan dengan kedua kakinya dan wajahnya seperti kelelawar, di bagian mata kanan nya terdapat sebuah pedang yang tertancap menusuk dalam matanya. Membuat dia hanya melihat dengan mata kirinya. Badannya yang besar serta lengannya yang berotot.

"I.... itu? Apa itu?"

"...a!"

Mereka masih terkejut dengan apa yang mereka lihat, sosok tersebut layaknya sebuah ogre, tapi ini berukuran raksasa. Ogre yang biasa mereka lihat berukuran lebih kecil dari yang satu ini.

Monster itu melihat ke arah para prajurit dan petualang yang berkumpul, dia mengeluarkan ekspresi marah dengan menggerakkan mulut nya layak nya hewan buas yang siap menerkam mangsanya.

Dia kemudian meraung, suaranya seperti kelelawar yang berdecit keras, membuat para prajurit dan petualang merasa tidak enak dengan suaranya, ada juga yang menutup telinganya. Setelah dia meraung dia membuka mulutnya, giginya yang tajam meruncing terlihat dengan jelas. Lingkaran sihir tercipta di depan mulutnya, dia mengarahkan nya tepat ke arah 5 orang yang sedang berkumpul. Kelima orang dari gabungan prajurit dan petualang tersebut hanya melihat dan menatapi ke arah lingkaran sihir itu.

"Apa yang kalian lakukan!? Cepat menyingkir dari situ!!"

Mendengar teriakan dari bawahan komandan, mereka berlima langsung bergerak menjauh. Tapi mereka terlambat untuk menghindar karena serangan monster itu telah terlepas.

Bola cahaya itu melesat cepat menghantam tanah di belakang kelima orang tersebut. Membuat ledakan dan mereka berlima terpental kedepan. Ada yang tersungkur, ada yang terjungkal balik, dan ada terguling, bahkan ada yang mati karena kepalanya mendarat duluan ke tanah.

Rei dan party nya yang melihat itu tercengang tak bersuara. Rod langsung ke depan membelakangi Rei dan yang lainnya, dia mengeluarkan sihir pelindung dan berkata.

"Apa maksudnya ini? Bukannya pertempurannya sudah usai?"

Setelah Rui dan Lalui selesai menyembuhkan prajurit itu, mereka menoleh ke arah monster tersebut. Rui yang mengerti kalau itu adalah pertanyaan untuk dirinya menjawab. "Aku tidak tau, komandan tidak bilang ada berapa musuh nya, kami hanya diberitahu untuk mengikuti perintahnya saja."

"Ha!?"

Di saat monster itu selesai meluncurkan bola sihir nya, ada lagi yang datang dari kedalaman hutan melewati pepohonan, mereka pun terlihat oleh para prajurit dan yang lainnya. Mereka berdiam diri seperti menunggu perintah.

I....Itu? Monster kera?

Rei yang melihatnya terkejut karena itu adalah monster kera yang pernah ia basmi. Tapi yang membuat Rei lebih terkejut adalah sosok nya seperti mayat hidup dan bagian yang pernah Rei potong seperti kepala dan lengan masih seperti saat terakhir kali ia lihat.

Tak salah lagi itu adalah monster kera yang ku basmi. Apa mereka menjadi undead?

Raungan monster raksasa itu terdengar dan dengan cepat para monster kera berlarian ke arah para prajurit dan petualang. Mereka masih melihat terkejut ke arah monster kera itu.

"Apa yang kalian lamunkan!? Seraaaang!!"

Menggantikan komandan, salah satu bawahan yang ada di sekitar prajurit itu berteriak memberi instruksi. Dengan sigap mereka berlarian menyerang monster kera itu.

"Para pemanah dan penyihir serang monster raksasa itu! Sisa nya atasi mayat hidup yang bergerak itu."

Pertempuran kembali di mulai, para pemanah dan penyihir mulai mengeluarkan kemampuan mereka untuk menyerang monster besar itu.

"Apa kau baik-baik saja komandan?"

Bawahan yang mengejar komandan tadi menyapa dan memastikan apakah komandan terluka? Komandan yang terbaring berkata. "Ya, tidak apa-apa, tenang saja aku menahannya dengan pedang ku tadi..... maaf, tapi bisakah kau mengambilkan potion penyembuh yang ada di tas belakang ku? Tangan ku masih bergetar dan sulit untuk menggerakkannya."

Langsung saja bawahannya mengeluarkan potion penyembuh yang ia miliki, bukan dari dalam tas komandan. Dia sedikit mengangkat kepala komandan dan menyuapi potion itu agar bisa di minum oleh komandan. Setelah potion itu habis di minum dan efeknya bekerja, dia membuang botol itu.

"Haa~..... terima kasih."

Komandan kemudian duduk dan menggerakkan jarinya, dia mengepalkan tangan nya. Serasa dia sudah merasa baikan dia lalu berdiri dan mengambil pedang nya yang terlempar tidak jauh dari posisinya.

"Komandan?"

"Kita kembali ke sana."

"Ya."

Setelah komandan sampai di depan bawahannya yang sedang melawan salah satu monster kera itu, komandan menebas monster itu dari belakang, monster itu terbelah menjadi dua bagian dan ambruk ke tanah. Dia pun bertanya.

"Bisa kau jelaskan? Bukankah kau tadi bilang yang satu ini masih jauh dari sini?"

"Aku juga tidak tau komandan, aku sudah memastikannya untuk sampai ke sini saja butuh waktu 1 jam. Kalaupun dia berjalan tidak mungkin bisa muncul secepat ini."

Jangan-jangan ini ulahnya?

"Kalian berempat pergi sisir hutan ini! Kalau kalian melihat wanita itu segera kembali ke sini secepatnya!"

Dengan teriakan lantang komandan memerintahkan keempat bawahannya untuk menyisir hutan, dengan segera mereka berempat berpencar ke masing-masing arah.

"Apa mungkin saja dia ada di sekitar sini, komandan?"

"Bisa jadi, memangnya ulah siapa lagi selain wanita itu. Monster ini bisa datang secepat ini adalah sebuah hal yang mustahil."

Gawat, para prajurit dan petualang sudah mulai kelelahan. Kalau dia memang ada disini maka semua yang ada di sini bisa dibasmi habis olehnya. Ini memang keadaan yang buruk.

Komandan mulai khawatir, keringat mengalir di keningnya, karena melihat keadaan yang mulai tidak menguntungkan.