Chereads / Apakah Dunia Ini Dunia Lain? Ataukah Mimpi? / Chapter 13 - Chapter 13 : Pertempuran

Chapter 13 - Chapter 13 : Pertempuran

Aku berlarian...

Terus berlari......

Tak peduli apa yang ku lewati... aku hanya berlarian menuju ke gerbang timur. Orang-orang yang ku lewati hanya melihat ku dengan heran, mungkin di pikiran mereka adalah kenapa dia berlarian secepat itu?

"Hey nak ada apa dengan mu?!"

"Maaf."

Aku tak sengaja menabrak seseorang, untung saja barang bawaan nya tidak terjatuh. Aku harus lebih berhati-hati.

Para warga kota tidak di beritahu akan adanya monster raksasa yang mengarah kemari. Itu karena mungkin para bangsawan kota ini berpikir masalah itu akan segera terselesaikan. Atau mereka sengaja tidak mengumumkan nya untuk meminimalisir kepanikan warga?

Setelah berlarian akhirnya aku sampai di depan gerbang bagian timur dengan napas yang terengah-engah. Kondisi di gerbang timur nampak seperti biasanya, tidak ada yang berubah, kupikir mereka akan meningkatkan penjagaan karena adanya bahaya yang datang.

"Ha.... ha.... ha.... bagaimana ini? Kalau aku mengejar mereka dengan berlarian seperti tadi, hanya akan membuang-buang tenaga."

Saat aku memikirkan cara mengejar Rui, aku melihat ke arah kuda yang sedang diam disana, di dekat pos jaga prajurit. Apa aku pinjam saja kuda itu?

Di setiap gerbang kota terdapat 1 ekor kuda, dimana kuda tersebut berguna untuk menyampaikan pesan bila terjadi sesuatu yang di luar kendali para penjaga. Biasanya salah satu prajurit akan memakai kuda tersebut untuk memberitahu kepada kepala penjaga atau kepada bangsawan kota.

Aku langsung saja menghampiri kuda itu dan melepaskan tali ikatannya. Aku menariknya ke tengah jalan, kuda ini sedikit berat, apa caraku yang salah menariknya?

Setelah menariknya, aku menaiki kuda tersebut, dia sedikit memberontak. Bagaimana cara mengendalikan kuda ini? Aku tidak pernah mengendarai kuda sebelumnya.

Tidak, aku pernah mengendarainya walau hanya didalam sebuah game. Saat aku mau menjalankan kuda ini, salah satu prajurit dari dalam pos jaga melihatku dan dia berkata dengan sedikit berteriak.

"Hey apa yang kau lakukan? Cepat kembalikan kuda itu!"

"Aku pinjam sebentar pak, nanti ku kembalikan."

Dia keluar dari pos jaga dan ingin menghampiriku. Aku langsung menepiskan tali pegangan kuda tersebut seperti yang ketua lakukan. Dan benar saja, kuda itu mulai berlarian diiringi dengan raungan kuda tersebut. Aku hampir jatuh dibuatnya, dan berkata. "Uwooh!" Prajurit yang ingin menghentikan ku, dia sedikit terlambat. Karena aku sudah pergi dengan kuda tersebut.

Lalui yang baru sampai dengan napas yang terengah-engah berhenti di samping prajurit tersebut. Prajurit yang tadi melihatku pergi, dia kembali ke dalam pos jaga memberi tahu temannya. Tak lama dari situ, ketua, Nocsa, Vuei, dan Rod tiba. Ketua langsung bertanya ke Lalui.

"Mana Rei?"

"Dia sudah pergi menaiki kuda."

"Bagaimana ini?" Saat Vuei bertanya seperti itu, ketua yang melihat ke arah luar gerbang, kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Mencari sesuatu agar bisa di pakai untuk mengejar Rei.

Ketua berkata. "Kalian tunggu disini aku akan mengambil sesuatu." Setelah berkata seperti itu ketua bergegas pergi mencari kendaraan yang bisa di pakai. Di samping jalan di depan sebuah toko, terdapat kereta kuda ber bak terbuka dan di bawa oleh 2 ekor kuda.

Ketua langsung saja menurunkan 1 kotak yang ada di atas kereta kuda tersebut, dia menaruh nya ke samping pintu toko tersebut dan menaiki kereta kuda itu.

Sesampainya di depan Vuei dan yang lainnya ketua berkata. "Cepat naik ke kereta." Mereka langsung saja merespon dengan kata. "Ya." Dan menaiki kereta tersebut.

"Pegangan yang kuat." Mereka berpegangan dengan sisi bak kereta, ketua langsung menepis talinya membuat 2 ekor kuda itu berlarian dengan cepat. Dan menyusul Rei.

*******

Suara kuda berlarian berlantunan layaknya sebuah irama musik. Itu yang bisa kau dengar ketika sudah terbiasa mendengar suara itu. Debu-debu yang tercipta pun menyelimuti bagian atas tanaman yang di lewati para kuda tersebut.

Kuda-kuda tersebut berlarian sangat cepat bukan tanpa alasan, mereka ditunggangi oleh para prajurit ellrakuri dan orang yang biasa para petualang sebut adalah pasukan khusus.

Komandan pasukan khusus tersebut memimpin prajurit dari kota Mhairoe sebanyak 15 prajurit dan 2 dari prajurit tersebut membawa 2 kereta kuda. Yang dimana di dalam nya terdapat para petualang yang menerima quest darurat dari komandan tersebut.

"Ada apa? Apa ada yang salah dengan ku?"

Tanya Savie kepada Rui yang menatapnya seperti menatap seseorang yang mencurigakan. Rui melihat nya dengan sedikit menunduk, bola matanya naik turun seakan-akan dia ingin melihatnya atau tidak.

Rui menegakkan kepalanya dan menjawab. "Tidak, tidak ada apa-apa."

"Begitu ya?"

Rui diam heran melihat ke arah Savie, tapi dia bisa menutupi wajah herannya dengan senyum di wajahnya. Rui berpikir ada apa dengan nya? Dia terus-terusan melihat ke arah luar kereta kuda dengan mengeluarkan ekspresi khawatir. Tidak, seperti ekspresi yang bertanya-tanya.

Kereta itu ber bak tertutup kain, seperti kereta pengangkut barang dagangan. Dimana orang yang memasukinya berjumlah 6 orang. 3 di kiri dan 3 di kanan, Rui duduk berhadapan dengan Savie. Mereka berada di bangku paling belakang, jika kereta berhenti, merekalah yang akan turun pertama kali.

Dari ujung jalan, komandan melihat ada 2 orang yang menunggangi kuda berjalan berlawanan dari arah pasukan mereka.

Mereka berdua berjalan melewati para prajurit tersebut dan bermanuver layaknya berbelok di tikungan tajam. Mereka kemudian berjalan menuju komandan pasukan dan saat kuda mereka dan kuda komandan sejajar berjalan beriringan. Salah satu dari mereka berkata.

"Maaf saya terlambat."

"Tidak masalah, yang lebih penting bagaimana dengan monster nya? Dan mana yang lainnya?"

"Soal itu..." orang itu mengeluarkan ekspresi sedikit sedih dan dia melanjutkan perkataan nya. "Mereka semua terbunuh dan saya terpaksa harus kabur."

"Sudah ku duga... lalu bagaimana dengan monster nya?"

Saat komandan bertanya orang satunya lagi menjawab. "Aku terus mengawasi pergerakannya dan dia tidak melakukan apapun, hanya bergerak seperti biasanya. Yang satunya lagi masih jauh dari yang satu ini."

"Syukurlah kalau mereka terpisah, bisa lebih berbahaya jika mereka berada di satu tempat." Ketua memberi jeda pada perkataannya dan berkata. "Bagaimana dengan bantuannya apa mereka mengirim seseorang?"

"Aku sudah mencoba menghubungi retival, tapi kristal nya pecah dan rusak. Jadi aku hanya sempat memberitahu tempat nya saja."

"Respon mereka?"

"Tidak tau, belum sempat mereka menjawab, kristal nya sudah hancur."

"Begitu ya?"

Bagaimana ini? Apa aku harus menunggu sampai bantuannya datang? Tidak. Mereka belum tentu mengirim seseorang karena kristal nya hancur dan jawaban mereka pun tidak di ketahui.

"Kau maju lah kedepan sebagai penunjuk jalan. Kami akan mengikutimu dari belakang."

"Baiklah."

Komandan memerintahkan bawahan nya tersebut untuk berjalan duluan di depan sebagai penunjuk jalan. Lokasi yang di ketahui komandan terakhir kali berbeda dengan tempat dia berada saat ini.

Tak lama dari situ, dia bermanuver ke kiri memasuki area hutan, komandan dan pasukannya mengikuti nya dari belakang. Komandan tau kalau mereka akan segera sampai, jadi dia memberi aba-aba untuk menurunkan kecepatan laju kuda pasukan nya.

Sesaat kuda bawahannya yang berada di depan terlihat berhenti, dan di ikuti oleh komandan dan pasukannya. Mereka sampai pada tujuannya yang di mana monster tersebut berada tak jauh dari posisi mereka saat ini.

Para petualang yang mengetahui kereta telah berhenti per tanda kalau mereka sudah sampai, akhirnya mereka turun satu per satu. Saat mereka turun, yang mereka lakukan pertama kali adalah melihat-lihat sekitar, memastikan dimana mereka sekarang. Tempat nya seperti hutan biasa pada umumnya, dimana banyak pohon di sekitar dan hewan liar dan monster yang berukuran kecil hidup di hutan tersebut.

Beberapa monster bertipe kecil bukanlah suatu ancaman, kecuali kalau kau melihat monster berukuran sedang seperti anjing atau kucing dan mereka menyerangmu. Maka itu suatu ancaman dan harus di selesaikan terlebih dahulu.

Setelah komandan dan pasukannya turun dari kuda dan para prajurit mengikat kuda mereka di dekat pohon. Komandan memerintahkan untuk berkumpul membuat barisan. Dia sedikit memberi arahan layaknya sebuah pidato.

"Sebentar lagi kita akan berhadapan dengan monster tersebut. Kuatkan tekad kalian dan jangan ceroboh, dan...."

"!?"

Suara pohon tumbang dan burung-burung beterbangan dari arah datangnya suara tersebut. Para prajurit dan para petualang menoleh ke sumber suara tersebut, memastikan ada apa disana? Komandan melanjutkan pembicaraan nya dan berkata.

"Yah, sepertinya dia sudah bergerak. Ingatlah untuk selalu mematuhi perintahku jika kalian ingin tetap hidup."

Setelah komandan memberikan instruksi nya, mereka bergerak berlarian ke arah datangnya suara tersebut. Mereka berlarian membentuk formasi di mana komandan dan bawahannya di depan sementara para petualang di tengah, dan di bagian belakang adalah prajurit ellrakuri.

Setelah sampai, mereka bersembunyi di balik semak-semak, ada yang bersembunyi di balik pohon. Mereka menyembunyikan diri mereka sesuai perintah dari komandan. Dengan memegang senjata masing-masing, mereka bersiap menyerang menunggu aba-aba dari komandan.

"Besar ya!"

"Y-ya."

"Gimana cara kita mengalahkannya?"

Para petualang yang melihat monster itu berbicara dengan nada sangat kecil, mereka berusaha berkomunikasi dengan pelan agar monster itu tidak menyadari kehadiran mereka. Monster itu sebesar naga di dalam game, tubuhnya yang besar dan capit yang keras berada di sekitar mulutnya, setiap ada pohon yang menghalangi, dia memotongnya dengan capit nya yang keras.

"Baiklah, para penyihir rapalkan mantra dan serang kepalanya. Setelah itu para prajurit ikuti aku, kita serang kakinya terlebih dahulu."

Setelah komandan memberikan perintah, Rui dan para penyihir yang di pimpin bawahan komandan mulai merapalkan mantra nya. Mereka membidik kepala monster tersebut, dan serangan pertama pun diluncurkan.

"Divine light!"

"Meteor shoot!"

"Light needle!"

Sihir terlepas dari lingkaran sihir yang tercipta, dan mengenai sisi kepala monster tersebut. Sebagian sihir tersebut meledak ketika mengenai kepalanya, ada juga yang menusuk kepala monster tersebut. Seketika setelah sihir terlepas, komandan menyerukan. "Sekarang saat nya, seraaaang!!" Para prajurit dan petualang yang tidak bisa menyerang dari jarak jauh, berlarian segera menyerang monster tersebut dengan meneriakkan. "Hyaaaaahhhh!!"

Sementara itu, para pemanah mulai melancarkan serangan mereka, diikuti para penyihir yang mulai merapalkan mantra mereka lagi.

Mereka menyerang kaki monster tersebut, menebaskan pedang mereka dengan sekuat tenaga. Dengan rasa takut akan kematian, para petualang pemula tersebut berkata. "Sial, tebal sekali kaki monster ini." Pedang yang di gunakan para pemula tersebut adalah pedang usang yang mereka beli dengan harga yang sangat murah.

Kebanyakan petualang pemula menggunakan senjata bekas atau senjata hasil gagal produksi. Senjata tersebut memang efektif untuk melawan monster rendahan atau berukuran sedang. Tapi tidak untuk monster besar satu ini.

Untuk membeli senjata yang bagus, kau harus mengeluarkan banyak uang, sesuai dengan kualitasnya, semakin bagus perlengkapan yang kau inginkan semakin banyak pula uang yang akan kau keluarkan. Tapi lain lagi ceritanya kalau kau mendapatkan senjata pemberian seseorang, atau senjata warisan, lebih tepat nya senjata turun-temurun.

Tapi tidak bagi komandan, dia menggunakan pedang besar yang tajam. Hanya dengan satu tebasan saja, kaki monster tersebut putus dan mengeluarkan cairan berwarna ungu. Itu adalah darah dari monster tersebut.

Monster tersebut mulai menggerakkan tubuhnya dan mengeluarkan suara nya, suara nya yang bising seperti "ngiiiiiiiiiink." Dia bergerak, mulai menggerakkan kepalanya dan menjepitkan capit nya.

Para petualang dan para prajurit yang menyerang kakinya terlempar karena terkena capit dari monster tersebut. Ada pula yang terinjak oleh kakinya yang tajam meruncing di ujungnya.

Tembakan sihir, anak panah yang terlepas, serta ayunan pedang yang mengarah ke monster tersebut. Mereka seperti semut yang berusaha menumbangkan mangsanya. Menghindar dan menyerang, serta teriakan yang mereka teriakan untuk memberi tambahan kekuatan bagi diri mereka sendiri.

Monster tersebut berjalan mundur dan mulai memakan tanah menggunakan tangan yang ada di sekitar mulutnya, layaknya sebuah kepiting yang sedang makan. Ketua yang melihatnya meneriakkan memberitahu pasukannya untuk waspada. "Hati-hati! Dia akan melakukan sesuatu!"

Mereka mengambil posisi waspada, menggenggam erat pedang mereka dengan kedua tangan. Saat monster tersebut selesai memakan tanah, lingkaran sihir tercipta di depan wajah nya, berwarna kuning kecoklatan. Dia menyemburkan tanah yang dia makan tadi, diikuti dengan suara raungannya.

Saat melintasi lingkaran sihir, tanah yang di semburkan tersebut berubah menjadi kristal panjang, runcing, dan tajam berwarna kuning kecoklatan. Dia mengarahkannya tepat dimana para prajurit dan para petualang berkumpul. Bagi yang mempunyai sihir pelindung, mereka melindungi diri mereka sendiri. Mereka yang tidak mempunyai pelindung berusaha menghindar, tapi sayangnya tembakan kristal tersebut layaknya sebuah hujan yang tidak bisa di hindari. Ada yang seketika tewas karena berada di barisan paling dekat dengan monster tersebut, ada juga yang terluka parah, berteriak meminta bantuan untuk segera di selamatkan.

Bawahan komandan mengeluarkan sihir pelindung sebesar dinding. Warnanya transparan, beberapa prajurit yang berada di sekitarnya terlindungi. Savie dan party nya dilindungi oleh salah satu anggota mereka yang bisa menggunakan sihir pelindung. Sementara itu, Rui dan penyihir lainnya serta pemanah yang menyerang dari jarak jauh tidak terkena apapun. Mereka hanya bisa melihat dan menunggu kesempatan untuk menyelamatkan rekan mereka yang terluka.

Satu per satu korban berjatuhan, komandan yang melihat mereka yang tewas mengerutkan alisnya serta merapatkan giginya, ia menggenggam erat pedang besarnya hanya dengan satu tangan.

Cih! Sial! Bagaimana mungkin monster ini masih bisa berdiri seperti tidak terjadi apa-apa setelah kami memberikan luka sebanyak itu.

Serangan kristal monster tersebut berhenti dan komandan meneriakkan. "Sekarang saat nya! Bawa yang terluka mundur ke tempat penyembuhan, sisanya ikut bersama ku, kita serang bagian belakangnya!"

Tanpa jawaban, hanya merespon dengan anggukan, mereka tau apa yang harus dilakukan dan bergerak menjalankannya. Sihir kembali terlepas mengenai monster tersebut, komandan dan pasukannya memutari monster tersebut untuk menyerang bagian belakangnya. Beberapa dari mereka menyelamatkan rekannya yang terluka membawanya ke penyihir yang bisa menggunakan sihir penyembuh.

Rasa sakit yang terasa, mereka hanya bisa menahannya sampai giliran mereka untuk disembuhkan. Rui berhenti menyerang monster tersebut dan ikut membantu menyembuhkan mereka yang terluka. Rasa khawatir yang Rui rasakan adalah dia tau betapa sakitnya luka itu hanya melihat raut wajah orang tersebut.

"Bertahanlah." Itu yang Rui katakan saat berusaha menyembuhkan orang itu.