Chereads / Apakah Dunia Ini Dunia Lain? Ataukah Mimpi? / Chapter 12 - Chapter 12 : Perdebatan

Chapter 12 - Chapter 12 : Perdebatan

Setelah kami berdua melihat quest nya kami pun mundur ke belakang keluar dari kerumunan.

Di saat yang bersamaan ketua Tazpe menyapa memanggilku dari di ujung sana.

"Rei! Sebelah sini."

Dia melambaikan tangannya memberitahu kalau dia ada di sana bersama dengan yang lainnya. Aku dan Rui pun berjalan ke sana.

"Yo Rei." Sapa Nocsa dengan menaikkan tangan kanannya.

"Pagi yang buruk ya." Sapa Rod

"Pagi Rei." Sapa Lalui dengan senyum manisnya.

"Pagi semua."

Ketua melirik ke arah Rui dan bertanya. "Rei! Dia ini siapa?"

"Ini adikku, namanya Ruimela Facla."

"Salam kenal."

"Oh! Kami juga salam kenal."

Kami semua berdiri, tidak ada tempat duduk yang tersisa. Semua sudah di tempati oleh petualang lain, dan ketua memulai pembicaraan.

"Gimana menurutmu Rei? Apa kau akan ikut ambil bagian dalam quest ini?"

"Bagaimana dengan kalian semua?"

"Kami berdiskusi sebelumnya dan kami semua sepakat untuk tidak ikut."

"Begitu ya, kalau gitu aku juga sama."

Lalu, seseorang datang menghampiri kami yang sedang berdiskusi membentuk lingkaran jika di lihat dari atas.

Dia langsung menyapa Rui dengan menyentuh pundak nya. "Ternyata di sini kau Ruimela."

Itu adalah ketua party Rui namanya adalah Savie. "Ayo Ruimela, kita ikut quest ini." Dia menarik Rui ke arah party nya. "Eh apa!"

Aku langsung saja menggenggam tangan Savie yang menarik Rui dan berkata. "Tunggu Savie!, Rui tidak akan ikut quest ini."

"Apa maksudmu? Ikut atau tidaknya adalah keputusanku sebagai ketua." Dia mengatakan itu selagi tangannya menggenggam tangan kanan Rui.

"Aku ini kakaknya, Aku juga berhak mengizinkannya untuk ikut atau tidak ikut. Dan Rui sudah bilang kalau dia tidak akan ikut."

Para anggota party nya datang menghampiri dan Savie melepaskan genggamannya dari tangan Rui. Aku pun melepaskan genggaman ku, dan Savie berkata. "Ruimela kau mau ikut atau tidak?"

"Eh! ... hmm!"

"Kau pasti ikut kan? Kalau tidak kau akan ku keluarkan dari party ku."

Huh? Kenapa dia? Bisa-bisanya langsung mengatakan itu.

"Oi! ada apa dengan mu? Jangan menggunakan cara paksaan seperti itu. Kalau dia tidak mau ya biarkan saja."

"Kalau kau memang tidak mau, berarti kau bukanlah bagian dari party kami lagi."

Savie berkata seperti itu dengan nada sedikit menyeramkan alis nya mengkerut membuat ekspresi seperti marah walau cuma sedikit. Ada yang aneh dengan nya hari ini, dia yang biasanya adalah orang yang berpikir tenang. Setahuku dia tidak akan mengambil quest berbahaya seperti ini.

Rui yang tadinya tenang mulai berpikir. Berpikir antara menjawab ya atau tidak.

Saat aku melihat ke arah mereka berdua seseorang dari party Rui menghampiri dan memeluk Rui, dia berkata. "Tenang saja Rui kita kan pernah ikut quest seperti ini 1 kali."

"Tapi waktu itu berbeda."

"Kau kan penyihir terhebat di party kami. Kau pasti ikut kan."

Berpikir, terus berpikir Rui melihat ke arah party nya dan ke arah ku antara harus memilih ikut atau tidak. Di hati Rui dia sedikit merasa kalau dia tidak perlu ikut karena dia merasakan sesuatu yang janggal. Apa yang janggal itu?

Setelah lama berpikir Rui menjawab. "Baiklah aku akan ikut."

"Serius? Hore!" Kata girang yang keluar dari orang yang memeluk Rui tadi.

Ketua Savie tersenyum dan para anggota party nya mengeluarkan wajah senang. Apa yang membuat mereka senang? Dari yang kutahu mereka semua berperingkat bermahkota 1. Kurasa mereka cukup ahli jadi tidak memerlukan bantuan seorang penyihir berperingkat kuncup bunga.

"Rui! Kau serius?"

"Ya."

"PERHATIAAAAAAAN!!"

Suara bising di aula guild menjadi hening karena satu teriakan seseorang yang berdiri di tengah depan meja administrasi guild.

Pandangan semua orang mengarah ke orang yang berdiri di atas sebuah kotak kayu agar semua orang dapat melihatnya.

Dia tidak sendirian, ada 2 orang di samping kanannya dan 1 orang di samping kirinya mendampingi orang yang berdiri diatas kotak kayu tersebut.

"Bagi kalian yang bersedia menerima quest ini di harapkan tetap di dalam aula guild dan bagi yang tidak menerima nya silahkan keluar dari tempat ini."

"Kuberi kalian waktu 5 menit. Tidak, 1 menit untuk keluar dan bagi kalian yang tetap diam disini ku anggap kalian menerima quest nya."

Suara nya tegas seperti komandan pasukan. Semua yang memandang nya mulai melihat ke arah rekan sepetualangan nya seperti memberitahu bahwa mereka semua sependapat.

Mulai dari 1 orang yang pergi keluar diiringi dengan temannya dan kemudian semua mulai keluar dari guild petualang.

"Ayo Rei." Sapa Lalui.

"Rui!?" Aku menatap Rui untuk memastikan kalau dia ikut bersamaku.

"Tenang aja kak, kami akan baik-baik saja. Jadi jangan khawatir." Rui menjawab nya dengan senyum nya. Senyum yang kupikir itu seperti terlalu di paksakan.

"Baiklah Rui, kalau itu mau mu. Jangan ceroboh. Kudoakan kau tetap selamat."

"Makasih kak."

Kami berdua pergi keluar dari guild petualang, Di dalam guild hanya menyisakan beberapa orang yang bertekad menerima quest tersebut.

Para petualang yang keluar dari guild petualang mereka semua menunggu di depan guild petualang. Kami juga ikut menunggu.

Sementara itu suasana di dalam guild petualang.

"Baiklah, sepertinya hanya kalian yang tersisa ya. Bisa kalian merapat membentuk barisan."

Orang yang di dalam guild berkumpul di tengah aula guild tepat di hadapan orang yang berteriak tadi. Mereka membentuk barisan sesuai party mereka.

"Sudah berkumpul? Kalau begitu perkenalkan aku adalah komandan pasukan unit ke 18. Panggil saja aku komandan."

Ada 12 petualang yang ikut serta termasuk party nya Rui. Beberapa dari mereka terlihat sangat percaya diri, kau bisa membacanya hanya dengan melihat raut wajah mereka. Lalu seseorang bertanya.

"Hanya ingin memastikan, ini 5 keping koin emas tiap 1 orangnya kan? Bukan untuk 1 party."

"Ya tentu, jika quest nya berhasil dan kau kembali dalam keadaan hidup. Maka 5 keping koin emas menjadi milik mu."

Orang yang menanyakan pertanyaan tersebut mengeluarkan ekspresi marah seperti dia sedang merasa di permainkan.

"Baiklah pertama-tama aku ingin tau peringkat kalian. Bagi kalian yang berperingkat sari angkat tangan kanan kalian."

3 orang yang mengangkat tangan nya.

"Yang bermahkota 1?"

5 orang yang mengangkat tangan nya.

"Dan bermahkota 2?"

3 orang yang mengangkat tangan nya. Lalu komandan melihat ke arah Rui dan bertanya. "Kau!, apa peringkat mu?"

"Kuncup bunga pak."

"Kuncup bunga? Kau tau kalau quest ini berbahaya kan?"

"Y-ya."

"Kau bisa saja mati."

Savie kemudian menyela pembicaraan dia maju sedikit dengan tangan kanannya memegang pundak kiri Rui. "Tenang saja pak, saya jamin keselamatan nya dengan nyawa saya sendiri."

Komandan melihat ke arah Savie, menatapnya seperti menyakinkan perkataan nya. Dia berkata. "Baiklah kalau itu keputusanmu."

Ketua guild yang melihat dari balik meja administrasi berkata pelan. "Aha~ cuma segini yang ikut ya, aku bisa menebak akhirannya."

"Semuanya dengarkan apa yang aku katakan. Kita akan membasmi monster raksasa yang sedang berjalan menuju kemari. Apapun resikonya, jangan biarkan monster itu sampai ke kota ini. Ikuti perintahku kalau kalian ingin tetap hidup dan pulang dengan selamat."

Para petualang berperingkat sari dan bermahkota satu tidak termasuk party Rui. Mereka sedikit mengeluarkan ekspresi khawatir terutama petualang berperingkat sari. Keringat keluar dari wajah mereka, seperti mereka terpaksa ikut karena imbalan yang sangat menggiurkan.

Setelah lama menunggu, mereka yang di dalam guild akhirnya keluar. Semua petualang di luar guild melihat ke arah mereka yang berjalan keluar mulai dari komandan pasukan, diikuti oleh para petualang yang ikut serta dalam quest tersebut dan aku melihat Rui. Dia menghampiriku dan berkata.

"Kalau begitu aku berangkat dulu kak."

Apa ini gak apa-apa? Membiarkannya ikut. Aku merasakan perasaan yang aneh. Tanpa jawaban aku hanya melihat Rui pergi.

Para petualang yang tadinya menunggu di luar kembali masuk ke dalam dan ketua yang berjalan ingin masuk berhenti dan berkata. "Apa yang kau tunggu Rei? Ayo masuk, apa kau ingin berdiri disini seharian?"

"Ah! Iya."

Kami semua masuk dan duduk di meja yang biasa kami pakai untuk berdiskusi. Sementara itu para petualang lain protes di meja administrasi.

"Apa!? Gak ada quest untuk hari ini?"

Ketua guild yang biasanya tidak terlihat di meja administrasi sekarang berdiri di balik meja panjang itu dia menjawab pertanyaan orang tadi. "Ini sudah perjanjian dari awal, gak akan ada quest hari ini, kalian pulanglah dan kembali lagi besok kesini."

"Oi-oi uang ku sudah habis kalau bukan dari mengambil quest dari mana aku akan mendapatkan uang?"

"Oleh karena itu, kan sudah kubilang untuk menerima tawaran komandan pasukan khusus tadi."

"Quest berbahaya macam itu bukannya dapat uang. Malah sama saja menggali lubang kubur sendiri."

Para petualang lain di belakangnya juga meneriakkan. "Iya." "Iya." "Benar." Menyuarakan penolakan mereka atas ketidakadilan yang mereka rasakan karena tidak ada quest hari ini.

Menyelesaikan quest adalah pekerjaan utama para petualang kalau kau tidak mendapat quest hari ini, sama saja kau tidak mendapatkan uang untuk makan dan minum.

Ketua yang tadinya diam berdiri dari balik meja panjang administrasi kemudian berkata dengan nada santai.

"Kalian berisik sekali ya, Mirri! Sisa nya aku serahkan padamu."

"Eh!"

Dia berjalan ke belakang memasuki ruangannya dan petualang yang protes beralih pandangan ke arah Mirri.

Kasihan Mirri, dimana waktunya dia berjaga adalah pagi sampai sore hari. Setelah sore dia bergantian shift dengan yang lainnya. Dan ini mungkin kesialan yang ia rasakan hari ini.

Saat aku melihat kearah kerumunan petualang yang protes, Nocsa berkata. "Rei!, apa gak apa-apa membiarkan adik mu ikut dalam quest tersebut?"

Aku kemudian beralih pandangan ke arah Nocsa dan berkata. "Tenang saja, walau masih muda dia adalah penyihir yang hebat. Aku akui kemampuannya."

"Begitu ya."

Setelah kami duduk kurang lebih 30 menit tidak melakukan apapun, di sana para petualang yang melakukan protes akhirnya mereda dan kembali ke aktifitas mereka masing-masing. aku melihat seseorang masuk ke guild petualang dengan kebingungan dia melihat ke kiri dan ke kanan seperti mencari seseorang.

Setelah ku perhatikan lebih jelas. Aku terkejut dan berdiri dari tempat duduk ku.

Loh bukannya itu ketua party Rui? Tidak, tunggu dulu, kenapa dia berpenampilan seperti itu? Seperti orang yang baru bangun dari tidur. Rambutnya acak-acakan.

"Ada apa Rei!?" Vuei yang tadinya menyandarkan dagunya di telapak tangan nya menaikkan kepalanya dan menoleh ke belakang melihat ke arah yang kulihat.

"Itu kan?"

Aku langsung saja berjalan kesana menghampirinya dan bertanya. "Tunggu Savie! Apa yang kau lakukan di sini?"

"Eh! Rei ya? Waktu yang tepat. Kau lihat party ku gak?"

"Huh? Apa yang kau katakan? Bukannya kau dan party mu ikut quest membasmi monster raksasa tadi?"

"Apa yang kau bicarakan? Aku saja baru bangun dari tidur."

"Huh!?"

Aku mengeluarkan wajah bingung di hadapannya. Tidak, aku memang sedang kebingungan.

Ketua dan yang lainnya menghampiri kami yang sedang berdebat dan ketua berkata. "Loh kau kan wanita yang tadi?"

"Mataku gak salah lihat kan? Dan juga kenapa kau berpakaian seperti ini?" Tanyaku dengan heran.

"Itu yang ingin ku tanyakan pada anggota party ku. Waktu aku bangun semua peralatan dan bajuku hilang di penginapan."

"Apa maksudmu?"

Walau sama kebingungan ketua memberi saran untuk duduk terlebih dahulu. Kami semua kembali ke meja tempat kami duduk dan ketua mengambilkan 2 gelas air putih dan memberikannya kepadaku dan satunya lagi ke Savie.

"Pertama-tama jernihkan dulu kepala kalian."

Aku meminum air nya sedikit hanya seteguk dan masih banyak yang tersisa. Lalu Savie mengambil gelasku dan minum air putih tersebut tepat pada bagian di mana aku meminum nya.

Glup! Glup! Glup!

Dia meminumnya sampai habis yang lain hanya melihatnya dengan heran. Berpikir kenapa dia meminum air di gelas ku padahal bagiannya juga ada. dan aku mulai bertanya. "Savie, bukannya kau dan party mu ikut quest pembasmian monster raksasa?"

Dia selesai meminum nya dan menjilat di bagian yang tadi dia minum dan berkata. "Sudah ku bilang apa yang kau katakan."

Ketua lalu menaruh selembaran quest tersebut di atas meja dan berkata. "Yang ini."

Dia mengambilnya dengan tangan kirinya dan membacanya kemudian dia berkata. "Hoho, hadiahnya lumayan besar ya."

Apa yang dia katakan? dia seperti baru pertama kali melihat quest ini?

"Ada yang aneh dengan mu kau sepertinya baru melihat quest ini. Dan juga kenapa kau berpakaian seperti ini?"

Savie menaruh kembali selembaran quest tersebut ke meja dan berkata. "Bukannya aku sudah bilang padamu kalau aku baru bangun tidur. Dan semua perlengkapan ku hilang entah kemana."

"Tapi tadi aku berdebat dengan mu memaksa untuk membiarkan Rui tidak ikut quest ini."

"Kemungkinan orang 'itu' yang mencuri nya. Dan menyamar sebagai diriku. Dari perkataan mu sepertinya party ku juga di bawa oleh nya."

"Jujur aku tidak paham apa maksudmu."

"Maksudku orang 'itu' menyamar dan mencuri perlengkapanku."

"Menyamar? Kemampuan seperti itu mana ada di dunia ini."

"Ada loh." Jawab Lalui

"Ya memang ada sihir macam itu. Kalau tidak salah sihir nya berelemen gelap, dan membutuhkan darah dari orang yang ingin di tiru. Sihir nya dapat merubah mu seperti orang yang ingin kau tiru penampilannya tapi tidak untuk pakaian nya." Jelas Rod.

Aku yang mengeluarkan ekspresi terkejut dan heran kemudian bertanya. "Sihir macam apa itu?"

"Sihir nya semacam ilusi untuk menipu orang lain. Tapi, jika pemilik sihir bertemu atau berhadapan dengan orang yang ia tiru maka sihir nya akan langsung menghilang. Dan kau juga bisa membatalkan nya dengan sihir pembatalan berelemen cahaya."

Savie kemudian berkata. "Kalau dia memang benar-benar meniruku tapi apa tujuannya?"

"Mungkin ingin mencari uang dengan menyelesaikan quest." Jawab Vuei.

"Jangan mengada-ngada sihir meniru penampilan bukanlah sihir seperti fire knife atau yang lain. Itu sihir tingkat atas yang hanya bisa dilakukan oleh penyihir yang cukup ahli." Rod menjelaskannya dengan sangat detail aku tidak tau kalau dia sepintar ini. Dan Ketua bertanya. "Kalau bukan uang lalu apa tujuannya?"

Aku berpikir dan terus berpikir yang terpikir olehku hanyalah Rui. Karena dia juga seorang penyihir. Tapi untuk apa?

"Savie kau tau tujuannya?"

"Mana kutahu, kenapa kau tidak tanya saja ke orangnya langsung?" Dia menjawab dengan lelucon seperti itu.

Aku diam dan terus menunduk ke arah quest memikirkan apa tujuannya. Dan aku kemudian berdiri dan berkata. "Aku akan menyusul mereka."

Semua terkejut melihat ke arahku dan Nocsa berkata. "Oi kau serius?"

"Ya, Rui dalam bahaya, mungkin saja mereka sedang melawan monster besar itu sekarang."

Aku langsung pergi berjalan keluar guild dan Lalui berdiri meneriakkan. "Tunggu Rei!"

"Gimana nih?" Kata Nocsa bertanya ke ketua dengan nada sedikit khawatir.

Ketua berpikir melihat ku pergi meninggalkan guild sementara itu Lalui menyusulku dari belakang. Dan ketua berkata. "Apa boleh buat dia bagian party kita, kalau dia mati aku jadi gak enak. Kita susul dia!"

"Kau juga sebaiknya ikut dengan kami." Kata ketua mengajak Savie untuk ikut.

"Kalian saja yang menemaninya aku yang sekarang ini tidak bisa apa-apa, perlengkapanku semuanya di ambil oleh orang itu. Kalau aku kesana dengan keadaan sekarang sama saja aku berniat bunuh diri bukan?" Dia menjawabnya dengan santai sambil melihat ke gelas bening yang ia pegang.

"Begitu... kah." Jawab ketua heran dan Vuei berteriak dari pintu keluar guild. "Oiiii ketua ayo cepat sedikit. Rei sudah tidak terlihat lagi."

"Iya." Ketua sedikit bergegas menyusul Rei dan yang lainnya. Sementara itu Savie yang melihat ke gelas bening itu mengeluarkan senyum lebar dan berkata. "Kuhuhu... mari kita lihat seberapa kuat kau berkembang........ sayangku."