Toko potion Moeri.
Dengan label botol potion di atas tokonya. Menjual berbagai macam potion, toko itu buka setiap pagi dan tutup saat sore hari. Saat masuk ke dalamnya kau bisa mencium aroma obat-obatan seperti yang biasa kau cium di toko obat.
*kring*
Aku membuka pintu toko dan masuk ke dalam nya ku lihat sepertinya masih ada pelanggan yang sedang membeli potion jadi aku mengantri di samping belakang pelanggan tersebut.
Gadis muda berambut hitam pekat ini adalah Moeri anak dari bu Koeirne. Dia mengikat rambutnya seperti pony tail agar tidak menghalangi gerak-geriknya saat melayani pelanggan. Menurutku itu serasi dengan seragam pelayan yang ia pakai. Cantik sekali seperti cosplayer saja menurutku.
"Total nya 5 keping koin perak."
"Iya."
Pelanggan tersebut mengeluarkan 5 keping koin perak dari dalam sakunya dan menaruh nya di atas meja.
"Baik. Terima kasih sudah berbelanja di sini. Kami tunggu kunjungan anda di lain hari."
"Ya, tentu aku akan kembali lagi."
Moeri menunduk memberi rasa hormat kepada pelanggan seraya pelanggan tersebut pergi meninggalkan toko.
"Ah Rei! Selamat datang."
"Pagi Moeri. Ngomong-ngomong Moeri ibu mu kemana ya?"
"Ibuku sedang keluar, katanya ada urusan yang harus di kerjakan. Memangnya ada perlu apa?"
"Bukan hal penting, aku cuma mau mengembalikan botol potion yang ibumu berikan padaku waktu itu."
Aku mengambil botol potion dari tas belakang ku dan menaruh nya di atas meja. Moeri melihatnya dia mengeluarkan ekspresi sedikit terkejut dan malu-malu.
"I-ini kan!?"
"Ibumu memberiku ini waktu itu dan saat kuminum ku rasa tidak ada efeknya. Maksudku, lukaku tidak sembuh setelah meminum potion itu."
"K-kau meminum semuanya?"
"Ya."
Moeri mengambil botol tersebut dan mengatakan. "Itu wajar saja ini bukan potion Rei. Ini minumanku."
"E-eeeeeehhhh! Serius!?"
Moeri mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan ku tadi, aku sedikit terkejut kalau itu bukanlah sebotol potion. Dasar bibi Koeirne sudah berapa kali aku ditipu olehnya.
"Tapi ibu mu bilang itu adalah potion khusus anak-anak."
"Gak ada potion khusus anak-anak disini Rei."
"Apa!?"
Moeri kemudian mengambil 2 botol potion dan menaruh nya di hadapanku.
"Ini baru potion asli Rei, berbagai macam jenis dan efek nya pun berbeda-beda. Mulai dari potion penyembuh, potion obat, potion penyembuh mana, dan masih banyak lagi."
Aku kemudian mengambil salah satu dari botol tersebut dan bertanya. "Ini harganya berapa?"
"Untuk satu potion penyembuh harganya 2 keping koin perak."
"Kalau yang hijau ini?"
"Itu potion obat."
"Apa bedanya potion obat dengan potion penyembuh?"
"Kalau potion penyembuh itu untuk menyembuhkan luka. Sementara potion obat berguna untuk menyembuhkan penyakit seperti demam atau terkena racun dari monster atau semacamnya. Tapi ada beberapa racun atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh potion obat. Jadi ku harap kau tidak ceroboh Rei."
Jadi itu gunanya. Aku kemudian menaruh kembali botol itu ke meja dan bertanya. "Bukannya ada sihir penyembuh untuk menyembuhkan luka?"
"Iya memang benar, tapi bagaimana dengan orang yang tidak bisa menggunakan sihir? Bagaimana dia menyembuhkan lukanya? Kalau ada penyihir di dalam party nya sih enak, coba kalau tidak ada? Maka dari itu potion di ciptakan untuk orang seperti itu. Dan juga menggunakan sihir penyembuh memerlukan mana. Kau tidak bisa menggunakannya secara terus-menerus Rei."
Moeri menjelaskannya sampai akhir dia mendekatkan mukanya ke mukaku dari meja panjang yang memisahkan kami berdua. Kurasa dia sedikit menjinjit.
Kalau di pikir-pikir iya juga. Tunggu, bukannya gak kedekatan tuh mukanya.
"Anu... aku pasti mendengarkan jadi gak usah terlalu di dekatkan mukamu itu."
"Maaf." Dia berhenti menatapku dengan mendekatkan mukanya dan kembali ke posisi biasanya.
Kurasa aku akan membeli 1 potion obat untuk mencoba apakah gangguan mana di tubuhku bisa disembuhkan oleh potion ini.
"Kalau begitu aku beli 1 potion obat ini."
"Harganya 3 keping koin perak."
Eh mahal lebih mahal dari potion penyembuh.
"Kenapa harganya lebih mahal dari potion penyembuh?"
"Di karenakan beberapa party sudah memiliki penyihir yang bisa menggunakan sihir penyembuh, jadi potion penyembuh gak terlalu laku. Jadi harganya sedikit murah dan juga bahan dari potion obat cukup mahal akhir-akhir ini."
"Bahannya apa?"
"Dedaunan obat-obatan. Masa itu aja kamu gak tau."
Aku kemudian mengeluarkan uang dari saku ku dan menaruh nya di atas meja dan mengatakan. "Mana ku tahu soal itu."
Moeri mengambilnya dan membalas. "Makasih."
"Oh iya kalau sudah habis, ini botol nya ku kembalikan lagi ke sini?"
"Gak perlu Rei, botolnya akan hilang dengan sendiri nya seperti terurai. Tapi di ingatkan kalau botolnya pecah dan hancur itu juga akan terurai jadi jangan sampai sengaja memainkan nya ya."
Dia mengatakan itu dengan senyum manisnya kalau ku ingat lagi pantas saja ketua pelan-pelan waktu itu.
Aku kemudian bertanya lagi. "Kok bisa terurai dengan sendiri nya? Apa ada sesuatu di dalamnya."
"Setahuku ada sihir khusus yang sudah tertanam sejak pembuatan botol itu jadi itu otomatis terurai dan juga kualitas dari potion akan tetap terjaga walau di dalam cuaca ekstrim sekalipun."
Cuaca ekstrim? Terlalu panas begitu?
Kualitas terjaga seperti botol pada umumnya dan juga dapat terurai dengan sendiri nya kupikir ingin sekali botol ini ku bawa ke duniaku agar botol serbaguna ini bisa di gunakan di dunia asalku.
Bentuk nya pun langsing seperti botol parfum mahal.
Saat melihat ke botol yang ku beli tadi Moeri melihat kebelakang ku dia memiringkan badan nya dan bertanya kepadaku. "Ngomong-ngomong Rei pedang mu kemana? Apa kau jual?"
"Sembarangan ya nggak lah, hari ini kami libur dari mengambil quest jadi rencananya aku mau lanjut belajar sihir."
"Begitu ya. Oh iya! Bisa kau jaga sebentar Rei, ada yang ingin ku kerjakan di belakang."
Apa yang ingin dia lakukan dengan wajah gembira yang dia tunjukkan padaku.
"Boleh aja tapi jangan lama-lama ya takut nya ada pelanggan yang tanya-tanya nanti."
"Tenang aja gak bakal lama kok."
Setelah menaruh kembali potion yang ditunjukkan tadi, Moeri masuk ke ruang belakang sementara aku berdiri dimana Moeri biasa berjaga. Aku kemudian memasukkan botol potion yang ku beli tadi ke tas belakang ku. Tak lama kemudian bel pintu berbunyi.
*kring*
"Selamat datang." Sahut ku.
Pelanggan tersebut menghampiri ku dan menanyakan. "Tolong, 2 botol potion penyembuh."
Dia mengedipkan mata kirinya saat mengatakan itu dan aku membalasnya. "Tunggu sebentar ya tuan. Aku carikan dulu." Kenapa tuh orang matanya kelilipan mungkin?
Potion penyembuh kalau tidak salah berwarna merah, aku kemudian mengambil 2 botol potion yang ada di dinding belakang ku dan menaruh nya di atas meja. Eh! Bukannya di rak sana juga ada kenapa gak ambil saja yang di sana?
Harga satuannya kalau gak salah 2 keping koin perak.
"Totalnya 4 keping koin perak tuan."
"Iya sebentar."
Dia mengeluarkan uang dari sakunya dan menaruh nya di atas meja dia kemudian mengambil 2 potion itu dan pergi ke pintu keluar.
"Terima kasih atas kunjungannya." Aku kemudian menghitung uang yang dia berikan, loh! 5 koin perak?
"Tunggu tuan! Ini uang nya kelebihan."
Dia kemudian terhenti di depan pintu saat mau membuka pintu dia berbalik ke arahku dan mengatakan. "Itu tip untukmu ganteng." Dia mengedipkan mata kirinya dan kecupan dari jari nya mengarahkannya kepadaku.
Bel berbunyi dan dia keluar.
"T-terima kasih banyak."
Apa-apaan tuh laki-laki aku tau kalau pakaiannya aneh dan ternyata pikirannya juga aneh.
Saat sedang bengong bel pun berbunyi kembali. *kring*
"Selamat datang. E-eh!"
"Loh! Bukannya itu Rei? Kenapa kau di situ? Kerja sambilan?"
Itu adalah bu Koeirne. Seperti biasa dia selalu bercanda dengan perkataannya.
"Nggak aku lagi diminta jaga sebentar katanya Moeri ada urusan di belakang."
"Toilet?"
"Entahlah, sepertinya bukan. Oh iya bu Koeirne botol yang anda berikan sebelumnya itu bukan potion untuk anak-anak."
"Ara ketahuan ya. Gimana rasanya?"
"Rasa? Cukup manis dan enak menurutku."
Bu Koeirne kemudian berjalan ke ruangan belakang dan mengatakan. "Begitukah rasanya bibir anakku?"
"Huh!?"
Huh! apa yang dia katakan? Bibir?
Tak lama dari situ Moeri datang dari ruang belakang dengan membawa botol potion di tangannya.
"Oh ibu! selamat datang kembali."
"Aku kembali Moeri."
Mereka berpapasan saat mengatakan itu dan Moeri berjalan ke arah ku.
"Ini Rei, maaf lama menunggu." Dia memberiku botol potion seperti yang bu Koeirne berikan waktu itu. Tunggu dulu ini bukan potion.
Aku kemudian mengambil nya dan menjawab. "Ini kan!?"
"Itu minumanku saat sedang menjaga toko, kalau soal rasa kau pasti sudah tau kan?"
"Ini untukku? Terima kasih ya jadi gak enak, ngomong-ngomong bahan pembuatannya apa aja?"
"Yang pertama madu sisanya rahasia."
Moeri mengatakan nya sambil tersenyum dan mendorong ku ke arah pintu keluar tokonya. Loh apa ini? pengusiran?
"Kenapa kau mendorongku?"
"Kau mau belajar sihir kan cepat lakukan sana."
"T-tunggu sebentar." Aku kemudian memberikan uang dari pelanggan om-om tadi. "Nih!"
"Ini?"
"Tadi ada pelanggan yang beli potion penyembuh. Dan juga sepertinya dia memberi tip"
"Oh begitu. Terima kasih."
"Ya sama-sama, kalau gitu aku pergi dulu ya. Nanti aku mampir lagi kesini."
"Un, semangat belajar sihir nya."
Aku keluar dari toko itu, lalu memasukkan minuman yang di beri oleh Moeri. Aku kemudian berjalan menuju tempat yang sudah di janjikan oleh Lalui.
Saat pulang dari quest membasmi tikus tanah aku meminta Lalui untuk mengajarkan ku sihir penyembuh. Walau aku bisa belajar sendiri dari buku, kupikir belajar dari seseorang bisa lebih jelas dan kalau ada yang kurang jelas cukup kutanyakan saja pada orang yang mengajarkan ku.
Saat berjalan, ada yang memanggil ku dari belakang saat aku melihat ke belakang kulihat itu adalah Rui adik perempuan ku. Dia berlarian ke arah ku dengan meneriakkan. "Kak!... kakak!...."
Dia akhirnya sampai di hadapanku dengan napas yang terengah-engah dan mengatakan. "Kenapa... huh... kakak gak berhenti... huh... saat ku panggil."
Sepertinya Rui sudah berlarian cukup lama untuk mengejarku. Aku kemudian menjawab. "Maaf ya aku sedang melamun tadi."
"Daripada itu kak, kakak sekarang mau ke mana?"
"Aku mau latihan sihir sama teman satu party ku."
"Latihan sihir? Kenapa gak minta sama aku aja kak? Aku kan penyihir terhebat di kota ini."
Dia membusungkan dadanya menunjuk dirinya sendiri dan aku menjawabnya. "Iya-iya aku tau itu kukira kau ada kegiatan dengan party mu. Jadi karena tidak ingin mengganggu aku meminta teman partyku untuk mengajarkan ku sihir."
"Begitu ya? Kalau gitu aku boleh ikut kan? Kali aja ada yang bisa ku bantu."
"Ya tentu, kalau gitu ayo."
Kami berdua pergi berjalan bersama ke tempat yang di katakan Lalui. Kalau tidak salah dia menunggu di gerbang timur kota, mungkin kami akan belajar di hutan agar tidak mengganggu orang lain.
Kami berdua pun tiba di gerbang timur kota Mhairoe dimana Lalui sudah berdiri di samping jalan. Kami berdua pun menghampiri nya.
"Maaf ya Lalui kamu jadi menunggu, apa aku telat?"
"Nggak kok aku juga baru sampai."
Lalui melihat ke arah Rui dan bertanya. "Etto... dia ini siapa Rei?"
"Perkenalkan dia ini adikku nama nya Ruimela Facla."
"Salam kenal. Panggil saja aku Rui."
Lalui menunjuk dirinya dan mengatakan. "Nama saya Lalui teman satu party nya Rei. Salam kenal."
"Jadi Lalui kita belajar di mana?"
"Kita akan keluar dari kota dan ke padang rumput sekitar hutan, disana kayaknya bagus untuk latihan."
Bicara nya agak sedikit membingungkan tapi aku tau intinya. Sudah ku duga kita akan belajar di bagian luar kota.
"Baiklah kalau gitu ayo kesana."
Saat Rui berjalan duluan Lalui mengangkat sebuah tas yang mirip seperti keranjang piknik yang terbuat dari rotan. Aku dengan sigap mengambilnya dan berkata. "Sini biar kubawakan, kau sudah pegang tongkat dan membawa ini pasti sulit bukan?"
"Ah, makasih Rei. Jadi gak enak."
"Nggak apa-apa, ngomong-ngomong kalau boleh tau isi nya apa ya?"
"Berbagai roti dan minuman kita akan keluar sampai sore jadi ini makan siang kita."
Jadi Lalui sudah mempersiapkan semuanya aku jadi gak enak.
"Maaf ya jadi merepotkan mu."
"Nggak apa-apa lagian aku juga menikmatinya."
"Begitu ya."
Kami bertiga berjalan menuju bagian luar kota, melewati pos jaga prajurit. Karena kami sudah terdaftar di guild petualang jadi kami bebas untuk keluar masuk kota hanya dengan menunjukkan kartu petualang. kecuali kalau kau orang asing yang baru pertama kali datang ke kota kau harus melewati pemeriksaan terlebih dahulu.
"Sebentar Lalui! Aku tidak membawa pedang ku, jadi apa gak apa-apa? Takutnya nanti ada monster yang menyerang kita bertiga."
"Tenang aja padang rumput di sini sangat damai gak akan ada monster berbahaya, lagipula kalaupun ada monster itu pasti monster biasa."
"Tenang aja kak kan ada Rui, monster apapun akan ku kalahkan dalam sekejap."
Justru kau yang lebih ku waspadai Rui. saat aku di cambuk monster waktu itu kau cuma melihat sambil tertawa.
"Begitu ya, kalau begitu gak ada yang perlu di khawatirkan."
"Ya."
"Un."
Kami bertiga berjalan dan tak lama dari situ Lalui menyuruh berhenti tepat di mana hanya ada 1 pohon yang tumbuh di padang rumput yang luas itu.
Angin yang berhembus membuat rumput seperti bergoyang layaknya ombak. "Hmm tempat yang bagus." Pikir ku.