Aku melihat banyak sekali kereta kuda yang berbaris jumlah nya sekitar 30 atau 50 kereta kalau aku tidak salah hitung.
Saat naik ke kereta, aku melihat ada wanita muda tidur di sisi sebelah kanan nampak nya ia seumuran dengan ku, aku kemudian duduk di sisi kiri kereta, bersebelahan dengan ibu tadi. Kereta mulai berjalan dan aku hanya memandangi ke arah luar kereta.
"Ngomong-ngomong nak siapa namamu?" Tanya ibu itu melihat ke arahku. Aku kemudian menoleh ke arah ibu itu. Yang tadinya aku menghadap melihat ke arah luar kereta.
Nama? Nama ku.... ughh.... saat mengingat nama kepalaku tiba-tiba sakit, nama ku? Siapa? Kalau gak salah.... apa ini, seperti ada yang menghalangi ingatanku.
"Kamu gak apa apa? Sepertinya sakit sekali." Tanya ibu itu melihat ku memegang kepalaku seperti kesakitan.
"Papa nggak apa-apa?" Anak itu bertanya dengan wajah khawatir melihatku dari sebelah ibu itu.
"Ah! iya nggak apa-apa, namaku Rei." Tanpa pikir panjang aku sebut saja sebuah nama dari tokoh manga yang sering ku baca.
"Rei? Nama marga mu?"
"Nggak ada, cuma Rei aja, ngomong-ngomong kalau boleh tau ini dimana ya?"
"Dimana? Tadi kan sudah ku kasih tau ini di bagian barat daya kota Mhairoe, sebentar lagi kita sampai di kota tersebut."
"Bukan. Bukan itu maksudku, aku tanya ini di mana? tempat ini berbeda dengan duniaku."
Tunggu dulu, aku ingat dunia ku sendiri tapi nggak ingat aku ini siapa dan kenapa aku disini? Apa maksudnya ini?
"Dunia mu?"
Aku mulai menjelaskan ke ibu itu kalau aku mungkin bukan berasal dari dunia ini dan aku juga gak terlalu ingat siapa diriku sendiri.
"Begitu ya, kau bangun dan tau-tau sudah ada di hutan itu?"
"Iya."
Ibu itu lalu mengahadap ke arah ku dan mulai memegang kepala ku dengan kedua tangan nya. Lalu keluar cahaya kuning dari kedua tangan nya, apa yang ibu ini lakukan kepadaku?
Setelah beberapa detik dia memegang kepalaku dia kemudian melepaskannya dan berkata. "Kepala mu baik-baik saja tapi kenapa kau kehilangan ingatan?"
Aku yang heran melihat apa yang di lakukan nya tadi kemudian bertanya. "Ano.. yang bersinar tadi itu apa?"
"Oh!.. itu tadi sihir pemeriksa kesehatan."
"Sihir?"
"Iya sihir."
Luar biasa. Ternyata dunia ini ada sihir seperti di manga yang sering ku baca, ternyata memang benar ini dunia lain. Hati ku jadi bersemangat mengetahui kalau di dunia ini ada sihir. Kira-kira apakah aku bisa menggunakan sihir?
Ibu itu mengambil sesuatu dari dalam kotak kayu. Itu adalah roti isi, dia memberikannya kepada ku dan berkata. "Kamu lapar bukan, nih buat mu."
"Ah.. makasih." Aku mengambil roti isi tersebut, kelihatannya sangat enak. Kebetulan aku belum makan dari semalam jadi aku langsung memakannya.
Anak kecil tadi melihat ku memakan roti isi kemudian menarik-narik pakaian ibunya dan berkata. "Vivi juga mau!"
"Iya-iya." Ibu itu mengambil 1 roti lagi lalu memberikannya ke anak tersebut. Anak itu lalu pindah tempat duduk dan duduk di pangkuanku.
"Vivi! Gak sopan kalau menganggu orang makan, cepat balik ke tempat duduk mu!"
"Vivi mau makan bareng papa." Jawab anak kecil itu dengan cemberut ke ibunya.
"Ahaha... jadi anak manis ini namanya Vivi ya bu?"
"Oh iya! Kami belum memperkenalkan diri ya."
"Ehem." Ibu itu kemudian mulai memperkenalkan dirinya dengan menunjuk dirinya dan berkata. "Nama saya Leina Facla, perempuan kecil ini Vivi Facla, dan yang tidur itu Ruimela Facla."
Kenapa perempuan ini tidur dengan pulas di siang hari seperti ini?
"Kenapa perempuan ini tiduran terus bu? apa dia lagi sakit?"
"Nggak kok dia cuma mengantuk, semalam giliran dia berjaga."
"Berjaga?"
"Iya, di dunia ini banyak monster buas yang berkeliaran, lengah sedikit saja kau bisa mati loh."
"Begitu ya." Haup! Aku menghabiskan roti itu dan saat mendengar perkataan tersebut aku merasa kalau di dunia ini cukup berbahaya. Nasib baik aku tidur semalam gak di serang apapun.
Tak lama setelah kami berbincang perempuan yang tidur tadi bangun. Secara perlahan dia mengusap matanya, rambut nya berwarna putih silver serta matanya yang berwarna perak.
"Mirip sekali seperti ibu nya." Pikir ku.