Arka baru saja pulang dari apartemen kekasihnya selama satu hari penuh sejak kejadian siang kepala dipenuhi oleh seseorang yang tidak bisa dilupakan. Siapa lagi jika bukan supir wanita di jadikan tempat sampingan kerjanya.
"Damian, Papa ingin bicara sebentar. Apa kamu sibuk untuk saat ini?" Suara berat rentan, dan tegas mengagetkan lelaki yang baru saja untuk melangkah masuk kamarnya.
Sosok seorang pria paruh baya tengah berdiri tak jauh darinya. Arka melepas gagang pintu kemudian menghampiri beliau sekaligus kepala keluarga di sini.
"Tidak, Pa." Respons Arka pelan.
Albert memutar badannya kembali kesalah satu tempat mungkin bukan di kamar kerja melainkan kamar santai yang telah lama tidak ditempati olehnya sejak Arka berusia sepuluh tahun.
Albert kembali teringat masa kecil putranya, dimana kelincahan putra tunggal ketika mendapat mainan disukainya. Albert sangat sayang kepada putra satu-satunya namun perlahan semua berubah ketika kesibukan darinya membuat Arka menjaga jarak dan memilih untuk kesenangan sendiri.
"Apa yang mau Papa bicarakan?" Arka kembali bersuara setelah berada di ruangan santai yang masih tidak berubah penuh dengan koleksi mainan miliknya.
"Sekarang kamu sudah dewasa dan sudah bisa memilih dengan keinginanmu sendiri. Papa hanya minta satu terakhir darimu, apa kamu bisa menerimanya? Suatu hari nanti kamu akan mengerti maksud keinginan Papa mendesak dirimu untuk menyetujui perjodohan ini," ucap Albert membelakangi putranya sambil menyentuh mainan robot pemberian darinya.
Arka masih diam mendengar tidak menanggapi ucapan dari pria paruh baya itu.
"Apa kamu benar sangat mencintai wanita itu?" Lanjut Albert bertanya kepada putranya yang masih duduk terdiam
"Maksud Papa? Mawar?" Sambung Arka menebak dan menatap wajah yang tidak muda dan telah beruban di sela rambut hitamnya.
"Iya, benar, Mawar. Apa kamu benar mencintainya?" Ulangnya sekali lagi oleh Albert
Arka menimbang pertanyaan itu, pasti dia mencintai mawar. Dari semua wanita dia kenal hanya wanita itu membuat dirinya sedikit obsesi.
"Bisakah kamu ceritakan tentangnya?" Albert menghampiri putra yang masih duduk terdiam dengan mainan robot itu.
Arka pun tidak menolak kemudian menceritakan tentang pertemuan pertama dengan kekasihnya. Albert mendengar baik dan ikut memasang robot-robot yang belum tersusun rapi itu. Dari cara Arka menceritakan tentang wanitanya dapat Albert rasakan bahwa putranya sangat mencintai dan menyayangi nya lalu bagaimana perjodohan yang telah dijanjikan oleh sahabat baiknya itu.
"Apa kamu tetap tidak ingin mencoba bertemu wanita pilihan Papa? Dia juga tidak kalah baik dan mandiri. Mungkin kalian berdua bisa saling mengenal dulu atau berteman? Papa bahkan melihat putri sahabat dari Papa juga orang yang penurut dan tidak sembarang. Dia memiliki ciri khas berbeda dari wanita yang kamu cerita kan ke Papa. Papa bukan tidak menyukai wanitamu, tapi tidak ada salah mencoba berkenalan dulu. Papa yakin kamu akan tertarik dengannya," Kata Albert memohon sekali lagi meminta kepada putranya menerima permintaan terakhir.
Arka terdiam dan menatap beliau itu, "kenapa Papa bersihkeras meminta diriku mengenal pilihan Papa. Apa Mawar tidak pantas menjadi keluarga ini? Aku rasa dia pantas untuk di keluargaku kelak." Sepertinya Arka tidak suka perkataan dari ayahnya.
"Bukan itu, Papa tidak membandingkan siapa pun, siapa saja berhak untuk menjadi keluarga ini. Kamu harus tahu tidak semua kekayaan membawa sebuah kebahagiaan. Kamu akan tahu arti itu, bagi Papa pilihan orang tua untuk anak-anak tidak pernah salah memilih. Karena pengalaman kami sangat luas dan besar jadi suatu hari nanti dirimu akan merasakan bagaimana menjadi orang tua ketika putra putrimu telah dewasa nantinya. Jadi Papa hanya berharap coba untuk menemui pilihan Papa dan Mama. Kami tidak akan mengecewakan dirimu untuk masa depan dan juga kebahagiaan mu." Terang Albert menjelaskan kepada Arka.
Arka kembali membisu kekesalannya itu tertahan setelah beliau keluar dari kamar itu. Kini seorang diri di sana memandang sekeliling koleksi hasil pemberian ayahnya itu.
Kata-kata yang diucap oleh Ibunya sama hal dengan ayahnya. Dia benar sulit untuk memutuskan siapa yang akan dia pilih. Mawar atau pilihan calon istri dari orang tuanya.
****