Taman Indah Kota, seorang wanita mengenakan gaun putih dilapisi oleh jaket hitam. Dia mengembuskan napasnya pendek panjang.
"Nih, diminum dulu." Seseorang memberikan sebotol teh pucuk kepadanya. Dia meraih dan dibuka sekali putar kemudian diteguh hingga seperempat dari botol tersebut.
"Jadi bagaimana lo sudah yakin? Kagak menyesal? Bagaimana dengan orang tuamu, apa mereka setuju jika kita lakukan dengan keinginanmu?" ucap orang itu menatap kedepan.
"Entahlah, gua bingung," ucap wanita itu memainkan tutup botol minumannya.
"Lo pikir-pikir baik-baik dulu. Kalau sudah yakin, lo kapan saja bisa hubungi gua, ya sudah gua antar lo pulang tidak enak hati sama orang tuamu," ujarnya bangkit dari duduknya.
Wanita itu hanya menuruti dia pun masuk kedalam mobil sahabatnya. Pikirannya masih terngiang-ngiang dengan percakapan dalam pertemuan tadi sore.
Kembali waktu pertemuan...
Pada saat Velda dan Arka saling bertatapan lama sesuatu membuat mereka berdua terdiam antara kaget dan tidak bisa berkata-kata.
Sementara kedua orang tua mereka berdua sedang berbincang persoalan untuk rencana hubungan persahabatan. Velda duduk di sebelah ibunya (Raiya) tepat berhadapan dengan Arka pastinya.
Velda masih tidak mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya setelah dia bertemu dengan calon perjodohan nya adalah pria menyebalkan dan telah memiliki seorang kekasih bernama Mawar.
Suasana di tempat restoran itu seperti dunia terbelah dua tanpa mengenal keadaan lagi. Sedangkan Arka sekali-kali mencuri wanita didepannya. Arka masih tidak menyangka kalau calon perjodohan dari putri sahabat kedua orang tuanya adalah wanita dia pekerjaan sebagai supir sekaligus pujaan hatinya.
Tapi, Arka teringat kata-kata sebelum pertemuan ini. Dia berjanji tidak akan meninggalkan mawar walau pun perjodohan ini tetap dilaksanakan yang pastinya wanita didepannya tentu mendengar pembicaraan itu.
"Tidak usah terburu-buru dulu untuk pernikahan mereka. Kalau tidak mereka saling mengenal satu sama lain dulu. Lalu baru bisa kita putuskan kapan mereka untuk melaksanakan pernikahan. Bagaimana setuju tidak, Hana? Albert?" usul Raiya memutuskan akhir percakapan.
Hana dan Albert saling memandang satu sama lain kemudian mereka senyum. Setelah itu mereka menyetujui usulan dari Raiya.
"Setuju, kenapa saya tidak terpikir sampai disana. Maaf, sudah tua isi kepala hanya pikir cucu. Hahaha..." Albert tertawa menghilangkan suasana humorisnya.
Arka masih melirik wanita di depannya tidak ada tanda ekspresi bahagia dalam pertemuan itu. Dia semakin gundah untuk mengajaknya berkenalan lebih dari sebelumnya. Arka takut bahwa Velda mengingat perkataan diluar mengatakan pada Mawar tentang perjodohan tersebut.
Tak berselang lama kemudian kedua orang tua mereka meninggalkan Arka dan Velda ditempat restoran. Mereka masih ada urusan penting untuk pembahasan lebih serius takut mengganggu kerukunan mereka berdua di sini.
Velda meraih gelas berisi minuman sirup kemudian diminum hingga habis. Dia sangat bosan dengan keadaan seperti ini.
Posisi Arka telah berpindah disebelah Velda, dan Velda masih dengan posisi biasa sibuk dengan ponselnya mengetik sesuatu.
"Apa kamu marah atas sikap dari percakapan dimobil bersama kekasihku, Mawar?" Arka mulai mengajak dia berbicara dengan nada pelan dan lembut.
Velda masih sibuk dengan ponselnya lebih cepat dari biasanya. Dia tidak mendengar pembicaraan pria menyebalkan disebelahnya.
"Aku tidak tau kalau calon jodohku itu adalah kamu. Kalau saja aku tau dari dulu itu adalah kamu mungkin aku tidak akan..."
"Maaf, aku masih ada janji. Lain waktu saja untuk membicarakan soal pekerjaan. Aku permisi, sampaikan kepada orang tuamu untuk hari ini Terima kasih banyak atas pertemuan dengan anda." Velda bangkit dari duduknya kemudian meninggalkan tempat restoran membiarkan pria itu terdiam menatap punggung menjauh dari pemandangannya.
Selesai pertemuan...
****
Sampai di rumah Velda turun dari mobil Nando. Dia sedikit membungkuk badannya mengucapkan Terima kasih kepada sahabat baik sekaligus tempat curhatannya. Nando tidak merasa direpotkan baginya sudah terbaik untuk adiknya yang lagi butuh ketenangan batin.
"Thanks, ya, Ndo. Sorry kalo gua repotin elo mulu. Ya sudah kalo gitu gua masuk dulu. Hati-hati dijalan jangan ngebut kasihan playboy cap gayung super hilang nanti," tutur Velda menyindir nya.
Nando senyum kepadanya, "oke beres itu. Ya sudah masuklah. Bye!"
Mobil Nando melaju kecepatan sedang meninggalkan rumah kompleks itu. Velda pun kembali masuk kedalam rumah disambut oleh pembantu rumah itu yaitu Bibi Zaina.
Velda memilih masuk ke kamarnya untuk melepaskan pakaian yang dia kenakan itu. Dia kelupaan mengembalikan jaket milik Nando.
Sementara orang tua Velda masih sibuk dengan bisnis mereka dengan orang tua Arka. Dia pun masuk ke kamar mandi membersihkan badannya yang lengket tersebut. Setelah selesai dia pun kembali merebahkan badannya diatas kasur empuk itu.
Sementara di rumah Kalandra, Arka kembali mengisap untuk ketiga kali rokok tembakau itu. Dia masih bingung dengan pertemuan wanita itu. Dia terkejut calon wanita yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya adalah Velda.
Wanita yang benar-benar dia dambakan dan penasaran untuk didekati itu. Perjodohan tetap dijalankan tetapi Arka masih memikirkan cara agar wanita itu percaya bahwa ucapan janji kepada kekasihnya itu tidak bersungguh-sungguh.
Dua pasangan itu saling memikirkan cara untuk melengkapi. Tapi, bagi Velda dia memilih untuk mengakhiri perjodohan tidak sepadan ini. Sedangkan Arka akan perjuangkan untuk mendapat hati seperti Velda.
"Sudah gua putuskan, kita jalani saja. Kalau bisa akhiri cara kedewasaan," ucap Velda kepada seseorang ditelepon.
****