Chereads / Sebuah Perjodohan / Chapter 27 - 26. Kehidupan Baru

Chapter 27 - 26. Kehidupan Baru

Esok paginya sebuah mobil telah parkir didepan rumah sederhana tanpa bertingkat itu. Beberapa menit kemudian seseorang keluar dari rumah itu dengan topi hitam dan jaket baseball warna biru putih.

"Nona Velda, sebentar ini ketinggalan!" Suara dari dalam rumah berteriak memanggil wanita itu yang akan siap untuk masuk ke mobil ada di depan rumah tersebut.

Dia adalah Velda Amorita Wijaya, wanita cantik dan manis serta tomboi menoleh menatap seseorang berlari kecil sambil menenteng sesuatu di tangannya. Dia adalah Bibi Zaina, pembantu rumah tangga di rumah putri majikan dari keluarga Wijaya.

"Apa ini?" Wanita itu bertanya kepada pembantunya.

"Kurang tau, non, semalam si nyonya pulang cuma minta tolong sama Bibi kasih ke nona Velda," jawab pembantu itu menyerahkan sebungkus tas kepada wanita itu. Wanita itu masih memperhatikan tas ada di depan matanya sangat lama.

"Haisshh ... Mama kebiasaan, ya sudah aku berangkat dulu." Wanita itu mau tak mau menerima bungkusan tas itu dari pembantunya.

Pembantu itu mengantar putri majikan ke depan pagar saat dia masuk ke dalam mobil yang dari tadi menunggu beberapa jam yang lalu. Ketika mobil itu meninggalkan tempat kompleks tersebut. Kembali pembantu itu menutup pagar pintu dan melanjutkan pekerjaannya.

Sedangkan di dalam mobil tersebut, wanita itu merasa penasaran dengan isi bungkusan tas tersebut. Dia pun mencoba memeriksanya karena hari ini dia benar-benar akan mengakhiri semua perencanaan konyol dari kedua orang tuanya itu.

Sementara si pengemudi itu fokus didepan namun dia juga merasa penasaran dengan bungkusan tas itu ada dipangkuan wanita sampingnya.

Wanita itu pun mengeluarkan sesuatu yang mungkin buat dia akan kembali kesal dan menjengkelkan di pagi harinya.

"Ya Tuhan! Mama gua sudah tidak waras lagi! Dia kira gua ini anak remaja apaan, terus apa lagi?" Wanita itu mengangkat tinggi-tinggi dan melebarkan sebuah kain yang panjang sehingga menutupi jalan di depannya.

Sebuah baju kemeja yang sangat kasual banget untuk pria. Ibu Velda memang sengaja membeli kemeja untuk calon menantunya dan bukan itu saja, masih banyak pembelian dari beliau sebagai kedekatan antara putrinya dan juga calon menantu yang sudah disetujui perjodohan mereka masing-masing.

Deringan suara nyanyian HP milik wanita itu bergetar, "ini pasti mama yang telepon!" Di rogoh mencari keberadaan HP nya itu dan nama terpampang jelas Mama Simpati menelepon... "Tuh, kan, nggak heran lagi!" lanjutnya mengomel.

"Ya, ma!" sambutnya di telepon seberangnya.

"Kamu sudah menerima dari pemberian Bibi Zaina?"

"Sudah, ma."

"Baguslah, itu nanti kamu kasih ke Damian ya! Kalau bisa secepatnya mengakrabkan dirimu dengannya. Mama tidak sabar melihat kamu menikah dengannya!"

Di seberang si penelepon sangat bahagia sedangkan di mobil wanita itu hanya bisa memutarkan kedua bola matanya permintaan aneh dari ibunya itu tidak pernah berhenti mengganggu dan selalu mengatur hidup suka-suka..

"Ma, please deh! Nggak usah berlebihan dia itu bukan anak kecil untuk beli beginian terus tiket film? Aku itu masih banyak pekerjaan, lagi pula---"

"Mama tidak mau tahu, lakukan apa yang Mama bilang! Demi kebaikanmu dan juga masa depanmu! Pekerjaan seperti yang kamu kerjakan itu tidak akan selamanya bisa beri kebahagiaan...! greb!"

Potongan pembicaraan dari ibunya membuat wanita di mobil bisa menghembuskan napas pendek. Dia tidak tau sampai semua akan berakhir, panggilan telepon terputus. Dan tangan kasar itu mengelus bahu kanan wanita itu tengah menunduk lesu.

"Yang sabar, mungkin mamamu lakukan itu demi kebaikanmu juga. Sudah hal biasa, gua saja sering diomeli sama mamaku, karena selalu asik main anak orang." Suara yang terdiam itu memberi hiburan bukan maksud dia membela ibu wanita itu.

"Entahlah, gua lelah sama Mamaku. Kalau bisa pun gua mau bilang ke mereka, kalau perjodohan ini percuma apalagi calon yang mereka pilih itu sudah memiliki kekasih diluar perencanaan mereka. Jika pun mereka tidak percaya gua juga bisa lakukan seperti pria menyebalkan itu!" ucap wanita itu semangat.

"Lakukan apa?" Pria itu bertanya, "tentu pacaran sama lo! Elo nggak mau pacaran sama gua? Bukannya elo yang bilang hati lo kapan saja terbuka untuk gua selagi gua lagi galau dan butuh lampiasan?" jawab wanita itu melirik samping kanannya.

Pria itu membalas lirikan dari wanita yang diakui benar manis dan cantik. Dia tertawa dan kembali membuat wanita itu menciut kesal kepadanya tapi tak berapa lama dia pun ikut tertawa.

Kehidupan mereka baru akan dimulai untuk memastikan siapa yang akan berpaling lebih dulu. Pria yang telah mencintai wanita janda beranak satu atau wanita yang seorang kurir pengantar koran telah berubah menjadi wanita sesungguhnya?

***