Chereads / Sebuah Perjodohan / Chapter 33 - 32. Rasa dan Risau

Chapter 33 - 32. Rasa dan Risau

Pukul 11.30 malam larut malam berada di Night Market Adam Malik baru bisa kembali pulang ke penginapan. Velda akan menginap di rumah Nando, dia sudah minta izin pada rumah Nando. Pastinya ibu Nando senang mempunyai teman untuk tidur.

Biasanya ibunya tidur ditemani oleh adik sepupu dari adik ibunya. Karena sepupunya tidak bisa berlama tinggal di rumah Nando. Dia masih banyak tugas PKL di tempat kuliah dan kerjanya. Untung Velda mau datang demi ibu Nando, Velda sangat dekat dengan beliau. Velda sudah menganggap ibu Nando itu, ibu kedua dari orang tua kandung.

"Elo nggak beli makanan untuk mamamu?" Velda teringat setelah semalaman di Night Market Adam Malik.

"Enggak perlu, jam begini dia tidak bisa makan malam lagi. Sampai di rumah dia sudah tidur," kata Nando

"Ya setidaknya beli sesuatu gitu, elo setiap hari begitu sama mamamu? Kan, kasihan dia-nya," omel Velda mulai kumat lagi.

Velda sangat sayang banget sama ibunya Nando. Maka dari itu kenapa Nando sangat suka sikap perhatian Velda terhadap ibunya. Apalagi Nando pun benar-benar suka banget sama Velda.

"Enggak perlu ini sudah malam, dia pun sudah tidur, kasihan kalau di banguni lagi." Nando tetap bersih keras tidak ingin merepotkan wanita di samping pengemudinya.

"Gua yang mau beli, putu mayung atau putu bambu juga boleh lah, gua masih lapar kalau sampai di rumah lo!" sengit Velda tetap ngotot meminta Nando berhenti di pinggir jalan.

Dengan hembusan napas akhirnya Nando menyerah, membiarkan wanita memihak. Dia pun mau tak mau meminggirkan mobil di pinggir jalan yang berderetan gerobak cemilan malam ada martabak bangka, burger, putu mayung, masih banyak lagi.

Velda dan Nando pun turun dari mobil, senyuman merekah di balik wajah Velda berbinar - binar. Dia menghampiri salah satu gerobak itu melihat-lihat apalagi aromanya sangat jelas pada indera percuiumannya.

"Bang, martabak satu sama putu mayung juga parut kelapanya banyak, ya!" ucap Velda memesan pada tukang penjualnya.

"Siap, Neng!" balas penjualnya

Sambil menunggu pesanan dari Velda, Nando berdori di samping wanita itu tengah melirik sekitar deretan gerobak.

"Elo kagak mau burger? Kayaknya enak nih!" ucap Velda menawarkan pada Nando.

Nando menoleh arah belakang gerobak tepat dia berdiri itu. Penjualnya lagi buat burger untuk pembeli lagi menunggu itu.

"Nggak, gua mau diet," jawab Nando datar.

"Diet, diet mulu. Sudah beli saja, gua yang traktir kalau nggak bagi dua, kalau kagak habis. Gimana?" senggol Velda bersih keras mengiyakan tawarannya.

Velda harap Nando tidak menolak, Nando melirik wanita di samping. Dia paling lemah dengan ajakan atau rayuan dari wanita ini. Apalagi senyuman dari Velda rasanya jiwa Nando seperti mau keluar dari badannya.

"Mau nggak? Bagi berdua, soalnya kan gua sudah pesan martabak sama putu mayung. Kalau kagak habis besok bisa dijadikan sarapan," lanjut Velda berbicara menunggu balasan dari sahabat baik sekaligus pacar pura - pura.

Lama menunggu, Nando pun mengiyakan saja. Tidak dapat untuk menolak dari wanita dia sukai. "Terserahlah, asal dirimu bahagia, gua juga pasti lebih bahagia." ucap Nando

Dengan wajah berbinar-binar pula Velda pun menghampiri si penjualnya dan memesan burger jumbo.

Tak berapa lama pesanan Velda pun siap dibungkus dan dibawa pulang. Nando jadi bandar tidak mengizinkan Velda membayarnya. Nando paling anti hal beginian, setelah membayar Nando pun membantu membawa makanan itu dari tangan Velda. Dan mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pulang ke rumah.

****

Sampai di rumah Nando bertingkat itu, Velda masuk secara diam-diam takut membangunkan beliau yang sudah terlelap tidur. Baru saja akan membuka pintu perlahan-lahan sebuah lampu dalam rumah menyala terkejut lah Velda.

"Sudah pulang?" sambut Anita (Ibu Nando) senyum.

Velda jadi serba salah karena dia tidak hati-hati jadinya beliau terbangun. "Sudah, Tante. Kok tante belum tidur?" balas Velda senyum dan masuk kedalam membawa makanan yang baru di beli tadi.

Nando meletakkan bungkusan plastik di atas meja makan. Anita menghampiri dan mengintip belanjaan mereka berdua.

"Beli apa saja ini? Kok banyak?" Anita bertanya pada Velda dan Nando.

"Cemilan, Mama sudah makan?" jawab Nando dan menanyakan pada Ibunya.

"Sudah tadi masak telur rebus," jawab Anita

Velda menoleh kaget dan menatap Nando secara intens. Nando mengangkat bahunya dan mendekati ibunya.

"Nggak usah lihat gua kayak gitu, mama gua memang suka masak telur rebus," kata Nando mengambil sepotong martabak dari bungkusan kotak itu.

Plak!

"Cuci tangan dulu, tadi elo habis menyetir kan? Tante tadi Velda beli beberapa cemilan di pinggir jalan. Jangan sering makan telur rebus ya, tante. Velda tau tante suka banget sama putu mayung. Ini Velda ada beli untuk tante di makan ya!" ucap Velda panjang lebar, Nando pun menuju tempat pencuci piring membersihkan kedua tangannya.

Anita senyum dan pasti merasa tersentuh atas pemberian dari teman kerja putranya. Padahal Anita mengharapkan Velda menjadi menantunya kelak.

Pukul 12.30 malam sudah hampir menuju subuh. Nando masih setia di meja makan menikmati makanan di depannya. Nando menemani ibunya menghabiskan putu mayung itu. Sedangkan Velda sedang mandi, suasana di rumah sangat canggung setelah kedatangan sahabat baiknya yaitu Velda.

"Mama mengharap kalau Velda bisa menjadi menantu dan juga istri baikmu," ucap Anita bersuara memecahkan suasana dalam kesunyian.

"Nando mengerti perasaan Mama. Tapi, Nando tidak bisa memaksa dia mencintai dan menerima perasaan Nando. Dia sudah di jodohkan oleh kedua orang tuanya," kata Nando pelan.

"Sayang banget, ya. Tapi, Velda wanita yang baik dan penurut. Kalau andai saja dia tidak dijodohkan Mama bahagia punya menantu seperti dia."

"Iya, Ma. Nando juga, tapi, biarlah kehendak yang memilih."