Sekarang Velda dan Nando menunggu di teater bioskop, tinggal beberapa menit lagi mereka masuk ke dalam. Sementara itu Nando membeli sesuatu saat menonton nanti.
Velda duduk tak jauh dari studio teater bioskop. Sibuk dengan ponsel miliknya dan merasa seseorang menempati tempat duduk yang kosong itu. Ia mengira itu adalah Nando tapi melainkan bukan.
Malahan orang yang tidak ingin ia temui, dia adalah Dava. Dava senyum pada Velda, tapi Velda tidak membalas senyuman dari Dava. Soalnya ia tidak kenal, tidak lama kemudian Arka menghampiri sahabatnya. Dengan muka merenggut, ia menyerahkan minuman di pesan sama Dava.
Terus beberapa menit kemudian Nando kembali ia juga membawa beberapa makanan untuk Velda. Velda mendongak ia diharuskan ketemu dengan Arka.
"Nih, elo yang mau nonton gua yang beli minuman mu, memang sahabat kampret lo!" sewot Arka sodorkan makanan dan minuman di minta pesan sama Dava.
"Selow lah, bro. Cuma minta doang sudah protes gimana nanti kalau calon jodoh elo dengar, bisa-bisa dia lari duluan karena protes elo," ucap Dava mengambil pesanan dari tangan Arka.
Arka tidak sadar kalau Velda bersebelahan dengan Dava. Jadi Dava balas protes Arka tadi sumber suara itu menghampiri wanita yang duduk di sana.
"Vel, minuman favorit elo kosong, gua beli biasa saja, nggak apa-apa'kan?" seru Nando beritahu kepada Velda.
Velda pun mendongak dan membalas dengan senyumannya. Tapi Arka dan Dava malah menoleh arah sumber itu. Nando tepat berdiri di samping Arka. Sedangkan Dava malah asyik dengan minumannya.
Nando pun turut melirik samping, Arka juga. Saling bertatapan penuh persaingan. Dava yang menyadari dua lelaki sedang beradu untuk merebutkan satu wanita. Daripada nanti rusuh di keramaian studio teater bioskop mungkin Dava harus merelai kan mereka terlebih dahulu.
"Hai, kita ketemu lagi ..., dengan Pak Arka?" sambut Nando menyapa sangat sopan.
Arka malah mengernyit ia mengira kalau Nando tidak mengingat siapa dirinya. Lama menunggu jawaban dari Arka, suara pengumuman dari bioskop pun meminta para pengunjung untuk segera memasuki film yang akan mereka tonton.
"Bapak juga ingin nonton? Sendirian?" Nando masih mengajak bicara dengan Arka.
Dava berdiri tepat di samping Arka, Arka masih diam mencari jawaban yang tepat sambil melirik Dava, sang sahabatnya dapat membantunya.
"Ah iya, kebetulan. Saya dan sahabatku memang mau nonton film jumanji. Kamu?" jawab Arka jujur padahal ia tidak mau nonton kalau tak di paksa mulu sama Dava.
"Sama, aku nonton sama pacarku. Kalau begitu kami duluan," ujar Nando mendekati Velda dan menggenggam tangan Velda memasuki studio teater bioskop tersebut.
Arka diam cuma memandang dua punggung telah menjauh dari penglihatannya. Sedangkan Dava malah ikut memandang dua insan pasangan itu sudah menghilang.
"Payah banget lo, calon jodoh sudah di ambil lelaki cakep. Pantasan pacarnya lebih tampan daripada elo. Selera wanita itu ternyata begitu, " sindir Dava sibuk menyeruput minuman pepsi hingga membunyikan suara angin di seruput itu.
"Berisik lo!" cecar Arka memilih masuk ke studio teater bioskop itu.
Dava mengejarnya sambil terkekeh ia tahu kalau sahabatnya itu lagi cemberu. Wajar kalau lelaki tercyduk sama wanita bermesraan dengan lelaki lain. Perasaan dan cinta itu tidak akan bisa berbohong.
Dava sangat tahu banget kalau Arka suka banget sama wanita tadi yang tidak tau siapa dia. Karena Dava tidak mengenal Velda, yang pastinya Dava yakin kalau Arka itu cemburu banget sama wanita sama-sama ikut nonton film jumanji.
****
Selesai menonton Dava masih bisanya mengganggu sahabat baiknya itu. Ya walaupun usianya sudah kepala tiga juga. Tetap saja Dava masih kayak anak ABG.
Dari pertama masuk studio teater bioskop tadi, Arka bukan memperhatikan layar lebar film melainkan melirik samping tempat duduk jauh dari tempatnya duduki itu. Ia memang di ambang cemburu karena melihat Velda bisa bercanda dengan Nando.
Popcorn di pangkuan Arka malah comot sama Dava sehingga berpindah kepangkuan Dava. Sementara Velda dan Nando di menikmati suasana film itu. Velda merasa tidak nyaman karena ia merasa seseorang memperhatikan dirinya. Tentu Nando mengerti banget sikap Velda, ia mencoba menoleh dan ternyata ia menemukan Arka posisi tempat duduk di atasnya dan sebelah kiri.
"Kayaknya tuh si calon jodoh elo cemburu banget kalau gua mesra sama elo," bisik Nando mendekati wajahnya lebih dekat selayak seperti pasangan kekasih.
"Biarkan saja, buat apa cemburu. Nggak ada gunanya juga," balas Velda memasukan popcorn ke mulutnya.
"Elo yakin nggak mau coba jalan sama dia? Nggak ada salahnya juga, kan?" saran Nando kali saja Velda setuju.
"....."
Velda tidak menjawab sibuk dengan film di layar lebar. Nando pun mengikuti film itu. Sekali-kali ia melirik seberang sana, bahwa Arka masih menatap mereka berdua.
Dari sanalah suasana pun berubah. Saat film selesai, Velda tentu masuk ke toilet sedangkan Arka dan Nando malah di luar. Nando tentu menunggu Velda sementara Arka menunggu Dava.
Kedua lelaki itu diam tidak mengucap satu dua patah dari mulut mereka. Arka malah sibuk dengan ponsel sedangkan Nando sama.
Tak lama kemudian Velda akhirnya keluar dari dunia sesak itu. Sedangkan Arka masih sibuk dengan ponselnya.
"Sudah?" Velda mengangguk, ia melirik sampingnya calon jodoh dari dekat memang biasa saja.
"Kamu nggak masuk?" tanya Velda kembali.
"Nggak, bukannya kamu yang kebanyakan minum?" canda Nando kembali menggenggam tangan Velda.
"Sudah cuci tangan?" kembali lagi Nando bercanda.
"Sudahlah!" balas Velda ikut bercanda tetapi ia melirik Arka masih menunggu Dava.
Nando, Velda, Arka, dan Dava memilih mencari makanan untuk mengisi perut kosong ke empat manusia itu. Tepat di salah satu makanan seafood tetapi seseorang mendekati ke empat manusia sedang mencari makanan yang cocok di lidah mereka.
"Velda!" seseorang memanggil namanya, tentu Velda mencari sumber suara itu. Alangkah terkejutnya Velda bertemu ibunya sendiri di mall ini.
Tepat pula Arka tengah berdebat dengan sahabatnya si Dava. Dari tadi asyik mengganggu pikiran Arka.
"Mama..." gumam Velda
"Kamu sedang apa di sini?" Mama Raiya bertanya kepada putri nya.
"Jalan-jalan, mama sendiri?" jawab Velda santai.
"Jalan-jalan sama Damian?" tebak Mama Raiya.
"Ti--- iya, sama Arka," jawab cepat Velda langsung menarik tangan Arka tanpa sebab membuat Arka terkejut dengan tangan dari calon jodohnya.
"Oh ... Baguslah, mama mengira kamu mencoba untuk kabur dari perjodohan mama. Ya sudah, mama masih sibuk dengan bisnis kerja. Yang rukun dan segera mengakrabkan diri," ucap Mama Raiya meninggalkan mereka berdua.
Sementara yang lain hanya terbengong, setelah Mama Raiya menghilang dari penglihatan. Velda pun melepaskan tangan Arka. Ia lakukan itu agar mamanya tidak prasangka buruk bahwa ia memang menghindar dari dunia perjodohan.
"Yuk, kita pulang," Velda kembali menggenggam tangan Nando.
"Eh, kamu pulang sama Pak Arka saja, bisa? Aku lupa sama sesuatu, tadi Pak Ardan memintaku kembali ke kantor," tolak Nando berbohong sambil melirik Arka segera sadar dengan penolakan itu.
"Memang Pak Ardan mau bahas apa? Kok dia nggak bilang? Kalau begitu langsung saja deh," ucap Velda
"Nggak bisa, ini urusan lelaki. Kalau kamu ikut, nanti malah rahasia lelaki terbongkar. Sekali saja nggak apa-apa'kan?" mohon Nando malah meninggalkan Velda di sana.
Dua jam kemudian, akhirnya Velda di antar oleh Arka. Selama di mobil tidak ada satu dua kata pun dari mulut mereka berdua. Lalu kemana Dava? Tentu alasan Dava harus menjemput pacarnya.
Arka pun dengan mencuri pandangan samping kemudi. Ia ingin mengajak bicara dengan calon jodohnya bukankah ini kesempatan emas bisa berdua.
"Kamu masih marah soal minggu kemarin?" Arka membuka suara pertama dari suasana hening.
"Nggak," jawab Velda singkat.
"Kalau kamu memang masih marah, nggak apa-apa. Untuk soal Mawar maksudku kekasihku..." Arka jeda kata-katanya.
"Sepertinya aku sudah tidak bisa menjalankan perjodohan dari orang tuaku dan juga orang tuamu," ucap Velda datar dan tenang.
"Kenapa? Apa karena aku punya Mawar? Soal Mawar bisa kok, aku beri tahu kepadanya," balas Arka nada bicaranya sedikit tegas.
Velda menyungging senyum, serasa percakapan ini benar-benar lucu. Arka malah mengernyit dengan cengegesan wanita di sampingnya.
"Apa yang kamu tawa'kan? Aku serius, soal Mawar bisa aku bicarakan baik-baik dengannya. Tapi tidak cara membatalkan perjodohan," ulang kembali Arka berbicara.
"Kamu pikir dengan cara memutuskan seorang wanita dengan seenak dirimu hanya karena perjodohan denganku? Kamu pikir seorang wanita barang siap di pakai lalu di buang? Karena ini juga aku tidak mau punya calon suami seperti mu! Lebih baik aku, Velda Amorita Wijaya memilih jomlo daripada menyetujui perjodohan konyol ini," ungkap Velda masih dengan nada datar tetapi seperti menegaskan.
Arka terdiam bukan tidak menjawab semua apa yang wanita itu ucap. Yang pasti tujuan Arka adalah satu. Mengambil hatinya Velda, dan menyakinkan bahwa ia pantas bisa membahagiakannya.
"Kalau kamu mau jomlo silakan aku tidak melarangmu. Aku dan kamu masih status perkenalan tidak ada salah mengenal dirimu. Meskipun kamu bersikap keras untuk menjauh, berarti kamu pencundang!" murka Arka tidak dapat ia menahan kekesalan terhadap Velda.
"Terserah apa katamu, aku memang pecundang. Untuk apa pertahankan kalau memang pada dasarnya tidak saling suka," ucap Velda kemudian ia keluar dari mobil Arka.
Memasuki pekarangan kompleks rumah itu.. Arka malah memukul setir mobilnya, "sialan! Kenapa sih aku harus marah sama dia, ahh..." Arka menyandarkan kepala jok duduknya. Sekali lagi menatap punggung kecil mulai menjauh dari posisi parkiran.
"Seharusnya aku harus sabar menghadapi dia, bukan cara menyudut dan memarahinya. Sekarang kacau sudah, kenapa sih aku susah banget ambil hatinya..." ucap Arka berbicara diri sendiri.
****